Le Biere, Central Park
dua perempuan western
satu blonde, yang lain braids
bicara di café dalam aksen irlandia
anak-anak bertaburan
di theme park
pelayan café–spook
membawa ice bucket & carlsberg beer
bill dan perjuangan kelas
sore itu, bagiku, muram & gerah
kekasihku menyodorkan menu:
“mau pesan apa?”
aku pesan vodka, puisi bukowski
& maret, hujan bulan maret turun di barat jakarta, kan?
urban studies & gang buntu II pancoran,
warga miskin kota yang digusur pertamina
aku pesan vodka & batal memesan bukowski
kekasihku, perempuan tropis, bergetar hatinya
melupakan opera shakespeare
& kenistaan kota, depresif–seringai matanya
merundung & diam temangu
omong-omong, le biere tanpa jimi hendrix dan blues
aku, kekasihku, merindukan blues dan pembangkangan
sejak berbelanja kanvas, kuas dan acrylic di kkv
ia akan melukis blues dan penggusuran
bagimana dengan pembangkangan? tanyaku.
jimi hendrix sudah mati, jawabnya.
tetapi blues masih melengking, sayang.
aku sudah mati, ujarku.
tetapi percik pendar kembang api masih menyalak, katanya.
aku, kekasihku, kemudian menegak aura nihilism dalam sloki vodka.
–
Paso Grande, 2018, 13% Alc – 750 ml
sebuah toko buku
restoran & central park
around the mall & fuck super culture capitalism
daging, all you can eat, & semangkuk salad buah
& eat till we’re fat & ugly, dear!
oh, fuck! why you shouldn’t become a vegetarian?
discharge, my favorite band tshirt, sepasang sandal jepit
& training pants & beri tahu uniqlo, hermes, ia tak sekadar pedagang
di kemanggisan, ia pencuri dan menipu
sebuah toko minuman
gincu & obat sariawan
red wine, ya, ia minum red wine di kosan
mengenakan lipstik, sebelum (bukan sesudah), ia kumur-kumur
menghancurkan buku bukowski & reading poetry
di kemanggisan, di cortado café, menjelang pukul lima atau enam
segelas americano & buku politik & puntung rokok di asbak–kekasihnya tiba
& rendra menulis blues for bonnie di café di pinggir gang yang sama
aku setuju allen ginsberg & gelas minumannya
back to dorm & kissing
membuka red wine & memutar chopin: nocturne op. 9 no. 2
paso grande, 2018, 13% alc – 750 ml
mabuk, menjual buku & menyobek bukowski
–
Looking For Iwd in EP Woodgate, NY
novo amor
jangkar & janggut
tebing, kapal & pantai
“and i hear your ship is comin’ in
your tears a sea for me to swim”
tubuh perempuan yang terapung
siluet & pirang rambut
first aid, peluk & tangisan
“caught the air in your woven mouth
leave it all, l’ll be heaving how you went”
ada sebuah tangga menuju ke rumah
“my dear, is it all we’ve ever been?”
lampu teplok
sehelai handuk
& senyuman
“shook the best when your love was home
storing up on your summer glow”
sweeter putih, kedodoran & ilalang
perempuan itu, di depan kaca, amati lebam di wajah
perempuan itu, di kamar mandi, bunuh diri di bathtub
dan ali john meredith-lacey melarungnya ke laut
“oh, anchor up to me, oh love, oh love”
–
Pop Culture
di hollywood forever cemetery tertulis sebuah obituari;
jika kau
aku tetap
mencintaimu
jika aku
kau tetap
bersamaku
–
Pamflet Pembunuh Nietzsche
aku adalah kesunyian hutan belantara
dan api bagi diriku sendiri
aku merobohkan moral modernitas
serupa penghancuran
tembok berlin
pasca reunifikasi
hidup hanya menyoal kepedihan
dan rasa sakit
dengan keberanian, bukan heroisme,
hidup akan menari-nari
tanpa keberanian, aku atau kau
hanya akan menggeletak serupa batu
tanpa hasrat
dan tidak bergairah sama sekali
dan jika aku menyebut diriku
sebagai seorang pemberani
karena percikan pendar kembang api
menyalak dalam hidupku
aku tidak merindukan
ketenangan dan ketentraman
aku hanya merindukan pesimisme
dan tanpa pesimisme
hidup akan berakhir pada keranjang sampah
dan kita akan digiring masuk ke selokan
pesimisme artinya menolak pendisiplinan
menjungkirbalikkan keumuman
dan menjatuhkan keangkuhan
aku adalah milikku sendiri
dan membiarkan nyala api tetap terbakar
hingga setiap puing, jelaga
serta kehangusannya jatuh berserakan
aku tidak lahir sebagai seorang prajurit
menolak takdir sebagai penghamba
dan menantang setiap tirani
aku telah menghancurkan setiap grafiti
membakar setumpuk buku
dan menegasi kuasaku
aku ingin menjadi seorang kriminal
untuk menjadi bebas dan merdeka;
mencuri setiap kegembiraan
dan membunuh semua angkara
pemberontakan terhadap sesuatu yang mapan
adalah kesia-siaan belaka
mengabaikan dan anti terhadap segala kemapanan
adalah pemberontakan yang sesungguhnya
menjadi seorang pesimis
artinya sekaligus menjadi seorang nihilis
seperti diogenes, ia menyaksikan kunang-kunang
yang menanti musim semi dan mengusir para perompak
aku dan kau tidak membutuhkan penjara dan istana
kita hanya membutuhkan seikat mawar dan anggur
yang dituangkan pada hari rekuiem
aku tidak percaya abad pencerahan
nietzsche dan semua mitologinya
aku hanya percaya diriku sendiri
dan sebongkah kasih yang bersinar di dalamnya
dan aku membuat ukuran kemanusiaanku sendiri.
Kemanggisan, 2021.
*****
Editor: Moch Aldy MA