Bukunya yang telah terbit adalah Jazz untuk Nada (2016); Tidak Ada Pagi Revolusi, Sementara Ada Pagi Jatuh Cinta (2021); dan Hari-Hari Berbagi Api (2022).

Pamflet Pembunuh Nietzsche dan Puisi Lainnya

Krisnaldo Triguswinri

2 min read

Le Biere, Central Park

dua perempuan western
satu blonde, yang lain braids
bicara di café dalam aksen irlandia

anak-anak bertaburan
di theme park

pelayan caféspook
membawa ice bucket & carlsberg beer
bill dan perjuangan kelas

sore itu, bagiku, muram & gerah
kekasihku menyodorkan menu:
“mau pesan apa?”

aku pesan vodka, puisi bukowski
& maret, hujan bulan maret turun di barat jakarta, kan?
urban studies & gang buntu II pancoran,
warga miskin kota yang digusur pertamina

aku pesan vodka & batal memesan bukowski

kekasihku, perempuan tropis, bergetar hatinya
melupakan opera shakespeare
& kenistaan kota, depresif–seringai matanya
merundung & diam temangu

omong-omong, le biere tanpa jimi hendrix dan blues
aku, kekasihku, merindukan blues dan pembangkangan
sejak berbelanja kanvas, kuas dan acrylic di kkv
ia akan melukis blues dan penggusuran

bagimana dengan pembangkangan? tanyaku.

jimi hendrix sudah mati, jawabnya.
tetapi blues masih melengking, sayang.

aku sudah mati, ujarku.
tetapi percik pendar kembang api masih menyalak, katanya.

aku, kekasihku, kemudian menegak aura nihilism dalam sloki vodka.

Paso Grande, 2018, 13% Alc – 750 ml

sebuah toko buku
restoran & central park

around the mall & fuck super culture capitalism
daging, all you can eat, & semangkuk salad buah
& eat till we’re fat & ugly, dear!

oh, fuck! why you shouldn’t become a vegetarian?
discharge, my favorite band tshirt, sepasang sandal jepit
training pants & beri tahu uniqlohermes, ia tak sekadar pedagang

di kemanggisan, ia pencuri dan menipu

sebuah toko minuman
gincu & obat sariawan

red wine, ya, ia minum red wine di kosan
mengenakan lipstik, sebelum (bukan sesudah), ia kumur-kumur
menghancurkan buku bukowski & reading poetry
di kemanggisan, di cortado café, menjelang pukul lima atau enam
segelas americano & buku politik & puntung rokok di asbak–kekasihnya tiba
& rendra menulis blues for bonnie di café di pinggir gang yang sama

aku setuju allen ginsberg & gelas minumannya

back to dorm & kissing
membuka red wine & memutar chopin: nocturne op. 9 no. 2

paso grande, 2018, 13% alc – 750 ml
mabuk, menjual buku & menyobek bukowski

Looking For Iwd in EP Woodgate, NY

novo amor
jangkar & janggut
tebing, kapal & pantai

“and i hear your ship is comin’ in
your tears a sea for me to swim”

tubuh perempuan yang terapung
siluet & pirang rambut
first aid, peluk & tangisan

“caught the air in your woven mouth
leave it all, l’ll be heaving how you went”

ada sebuah tangga menuju ke rumah
“my dear, is it all we’ve ever been?”

lampu teplok
sehelai handuk
& senyuman

“shook the best when your love was home
storing up on your summer glow”

sweeter putih, kedodoran & ilalang
perempuan itu, di depan kaca, amati lebam di wajah
perempuan itu, di kamar mandi, bunuh diri di bathtub

dan ali john meredith-lacey melarungnya ke laut
“oh, anchor up to me, oh love, oh love”

Pop Culture

di hollywood forever cemetery tertulis sebuah obituari;

jika kau
aku tetap
mencintaimu

jika aku
kau tetap
bersamaku

Pamflet Pembunuh Nietzsche

aku adalah kesunyian hutan belantara
dan api bagi diriku sendiri

aku merobohkan moral modernitas
serupa penghancuran
tembok berlin
pasca reunifikasi

hidup hanya menyoal kepedihan
dan rasa sakit

dengan keberanian, bukan heroisme,
hidup akan menari-nari
tanpa keberanian, aku atau kau
hanya akan menggeletak serupa batu
tanpa hasrat
dan tidak bergairah sama sekali

dan jika aku menyebut diriku
sebagai seorang pemberani
karena percikan pendar kembang api
menyalak dalam hidupku

aku tidak merindukan
ketenangan dan ketentraman
aku hanya merindukan pesimisme

dan tanpa pesimisme
hidup akan berakhir pada keranjang sampah
dan kita akan digiring masuk ke selokan

pesimisme artinya menolak pendisiplinan
menjungkirbalikkan keumuman
dan menjatuhkan keangkuhan

aku adalah milikku sendiri
dan membiarkan nyala api tetap terbakar
hingga setiap puing, jelaga
serta kehangusannya jatuh berserakan

aku tidak lahir sebagai seorang prajurit
menolak takdir sebagai penghamba
dan menantang setiap tirani

aku telah menghancurkan setiap grafiti
membakar setumpuk buku
dan menegasi kuasaku

aku ingin menjadi seorang kriminal
untuk menjadi bebas dan merdeka;
mencuri setiap kegembiraan
dan membunuh semua angkara

pemberontakan terhadap sesuatu yang mapan
adalah kesia-siaan belaka

mengabaikan dan anti terhadap segala kemapanan
adalah pemberontakan yang sesungguhnya

menjadi seorang pesimis
artinya sekaligus menjadi seorang nihilis

seperti diogenes, ia menyaksikan kunang-kunang
yang menanti musim semi dan mengusir para perompak

aku dan kau tidak membutuhkan penjara dan istana
kita hanya membutuhkan seikat mawar dan anggur
yang dituangkan pada hari rekuiem

aku tidak percaya abad pencerahan
nietzsche dan semua mitologinya

aku hanya percaya diriku sendiri
dan sebongkah kasih yang bersinar di dalamnya

dan aku membuat ukuran kemanusiaanku sendiri.

Kemanggisan, 2021.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Krisnaldo Triguswinri
Krisnaldo Triguswinri Bukunya yang telah terbit adalah Jazz untuk Nada (2016); Tidak Ada Pagi Revolusi, Sementara Ada Pagi Jatuh Cinta (2021); dan Hari-Hari Berbagi Api (2022).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email