Bukunya yang telah terbit adalah Jazz untuk Nada (2016); Tidak Ada Pagi Revolusi, Sementara Ada Pagi Jatuh Cinta (2021); dan Hari-Hari Berbagi Api (2022).

Ode untuk Dante Alighieri dan Puisi Lainnya

Krisnaldo Triguswinri

1 min read

ode untuk dante alighieri

“abandon all hope, ye who enter here”

di inferno
air mata dan darah jatuh ke kaki
belatung, ulat, dan cacing menggerogoti

sungai darah mendidih
padang pasir yang hangus
bersemayam jiwa-jiwa yang dibakar selamanya

runtuhnya babel, jatuhnya lucifer dari paradiso
dan kutukan athena bagi arakhne
adalah simbol kekal pendosa

kelopak mata yang dijahit
jiwa-jiwa yang buta
gloria in excelsis deo

ia bangun di kamis putih
sebelum jumat agung
demi api penyuci

ia dibungkus alang-alang dan mencuci muka
demi keluar dari neraka, anjing hades
dan lumpur yang busuk

di puncak api penyucian
bersemayam taman eden
lilin indah yang menerangi langit

dan ia berpakaian putih
bermahkota bunga lily
serupa beatrice

sakit aku, tubuhku eros

I
di bawah jembatan, sungai, dan menara
lebam nubuat sesalnya

almanak tepi jurang merangkak tebing
tulang-belulang melengking agung

sakit aku, tubuhku eros
di dalam arus yang keos
di ruas bebas dan mengupas

api melahap seluruh aku

II
lonceng, liang belatung
dan patung terpasung
soliter aku
merangkaki tangga api berbatu

terowongan remang
dosa melayang
sesak dada mengaku
merasuk menangis aku

iman
cinta dan harapan
terang ilahi tuhan

tahta surgawi
martir dan seluruh malaikat yang terberkati

berkat atas kebaikan
tiada jiwa yang terhukum

III
hi, lihat itu siapa yang datang
di seberang?

vergilius, oh, vergilius
penyair baik
dan bijak

tetapi mengapa ia masuk neraka?

karena ia tak percaya tuhan

kwatrin tentang yang kudus

soneta asmaradana terdengar
di singup renjana yang oktober

soneta jelaga terakhir
di gegap gempita yang ahasveros

kuseka sengkarut avon sonder berhembus
demi kwatrin tentang yang kudus

kuseka langut kematian sonder menghunus
demi kwatrin tentang yang firdaus

tuhan menguntai surah
di taman bunga yang basah

dan barangkali ada sekuntum lara
atau mungkin pendar yang mendera

barangkali ada sebongkah risau
atau mungkin haru yang menderu

dan daun murbei berguguran
diguyur rintik 27 tahun kemudian

di gejayan no. 41

dan sisa harum
meranum rangkum

balairung,
mengungkung dan canggung

neon-neon malam
elok di cengkeram

dan pergi ke selokan mataram

bulan dan bintang emerald
di dekat boulevard

dan ironi terlontar
di bunyi sunyi menyiur

sebab viola itu belum jua berangsur

dan seonggok aku kibar dengar
rendra, agar bersyair:
“sajak sebotol bir”

kau janji kita akan ke selatan
naik bus kota terakhir ke giwangan
dan menenun lamun di prawirotaman

tapi ini jogja, aku berkata,
viola dan rendra
adalah nelangsa

oktober blues

barangkali bekas tangis
terlukis, lalu turun gerimis
di tempias kanvas
tipis, studio lukis walter spies

goresan sedu-sedan
rupa bunga dandelion
berwarna putih
keruh, patah-patah

mengapa tak almond
atau setulip mata orang bagdad?

karena oktober
semua gradasi warna;
sepia!

*****

Editor: Moch Aldy MA

Krisnaldo Triguswinri
Krisnaldo Triguswinri Bukunya yang telah terbit adalah Jazz untuk Nada (2016); Tidak Ada Pagi Revolusi, Sementara Ada Pagi Jatuh Cinta (2021); dan Hari-Hari Berbagi Api (2022).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email