Obral Takdir
Besar ruang kantung dalam saku
Ialah takdir yang paling laku
Badai cemas tagihan utang
Tak terbantu laris barang
Di rumah kami saling menyapa
Di pasar kami tak membela
Siasat kami menjemput peluang
Firasat kami mencuri uang
Tuhan kami sama
Rezeki kami berbeda
Tapi apakah Tuhan
Penyebab inflasi tahunan?
–
Dua Tokoh Pasar
Bisakah puisi
memperkenalkan sebuah tokoh,
Semacam Uda dan Kokoh
Di pasar grosir Jakarta Pusat
Menjemput uang dalam dompet lipat?
Bisnis menuju bengis,
uang menjadi berlipat,
Sepucuk surat perceraian
Antar penjual dan penawar
Ya! Tidak sudi aku sebut pembeli;
Omong kosong banyak maunya
Tong kosong dalam nota merah
–
Serba 35
Kupikir dalam-dalam bersama profesor
Menyangkut hitung-hitungan pasar
Benarkah ia meraih keuntungan?
Kutanya berkali-kali kepada mafia
Tak sampai ujung tanya, aku ditusuknya
Benarkah ia merusak harga pasar?
Kuduga semua berasal dari
Pemain baru yang terlatih
Dengan ilmu cepat saji
Yang juga cepat basi
–
Online Membeli Offline
Tangan pembeli menyentuh layar genggam
Bukan tangan kotor yang mengaduk sambal
Bahkan tak pernah melihat wajah UMKM (Untuk Mendaur Kekosongan Makanan) dalam perutnya sendiri
Chekout!
Sihir tongkat Harry Potter menjelma dalam jemari
Ia tak perlu melihat dapur racikan untuk lidah mungilnya
Lidah yang kekal atas rasa tak dikenal
–
Ujung-Ujungnya Tetap Duit
Orang-orang pasar menjelma jadi robot
Yang menukar kebahagiaan dengan keuntungan
Yang menukar kesedihan dengan kerugian
Yang tak menangis kala membohongi
Yang tak marah kala dihina oleh pembeli
Partai-partai menimbun uang untuk dua periode
Ormas-ormas membekukan uang untuk
umat
Yang tak berkelompok tetap mencari uang
Kasihan, tapi, mau bagaimana lagi?
Hanya puisi-puisi yang berserakan dan berantakan dan berceceran
Yang bisa kau hirup seperti udara bebas
Walaupun penyairnya tak lekas berpenghasilan
*****
Editor: Moch Aldy MA