Obituari Kawan Lama
andai kata mati dapat ditarik kembali, Bung,
mungkin bakal kucerabut gelepar gelisah
dari akar-akar rambutmu terlebih dahulu, lantas
kurangkai benih dan batang dan daun-daun dan
membiarkan mereka tumbuh dalam rindang kepalamu
aku mungkin tak tahu waktu: terbata-bata mencermati
kabut yang membuat kalut saraf-saraf ketenteramanmu
aku mungkin tak paham sendu: terpasah dalam telaga
kelam nan mengasingkanku dari kenyataan waktu
andai kata hidup dapat dilanjur kembali, Bung,
mungkin bakal kuulur benang-benang padu
yang kepadanya kau dapat merajut kehendak
perihal teduh dan meneduhkan—tak henti-henti,
hingga tak ada di antara kita yang terperangkap
dalam hangus suram segala hal tak berdaya.
(Oktober 2022)
–
Kepada Riuh
riak-riak alir arak berdesakan
dalam kerongkongan. dari lorong
telinga merebak renung pengembara:
bahwa tiap langkah mestinya berpaut
riuh yang membuat penuh lubuk jiwa
sedangkan bentang jalan tak pernah gempar
dengan pekerjaan—kecuali sunyi yang
menjelma dalam gemuruh angin malam,
ceruk-ceruk tanah, dan napas payah kesepian
pada akhirnya riuh hanya berkerumun
dalam sesak tengkorak, membuatnya sibuk
berkecamuk dengan segenap ketakpastian;
tatkala denyut jantung telah lama redup
dan bersemayam pada derita tiada rupa.
(Oktober 2022)
–
Kesaksian
Demi dingin pusara suci
aku benarkan bahwa noktah ini
terlampau luhur dari kasak-kusuk
persinggahan bersimbah sandiwara
Rebahku beralaskan tapang cemerlang
dari mantra-mantra teraniaya
Sementara aku menikmati pertunjukan
rengek binatang yang tak ingat satu pun
sanubari yang mereka porak-porandakan
Barangkali kesaksian ini tak begitu
leluasa bergelantungan pada benakmu
yang tengah memar musabab kehampaan
Namun sungguh: hanya kematianlah yang
kuasa menggeret bencana menuju binasa.
(Oktober 2022)
–
Pulau-pulau Seberang
Bilamana tampuk usia adalah
entak tumit pada tanah asing
Sudikah terbenamnya matahari
menjadi serunai pemakaman
masygulku dalam damai?
Sebab cerita-cerita peralihan
sekadar sekelebat mengalihkan
putus asa dari singgasananya
alih-alih melebur dalam benderang
yang dapat kudekap sewaktu-waktu
Kadang gelombang laut pun tak
sampai hati menegaskan batas
mana yang mesti kuberi isyarat,
agar tak semata-mata menarik
mata jiwa dan ragaku dalam angan
hari baik yang tak kenal tentu.
(Oktober 2022)
–
Sebelum Pecundang Menerjang Keberanian
I.
sebelum pecundang menerjang keberanian
kebun-kebun telah mengejawantah rahim
bagi nalar dan bunga-bunga pereda
busuk bangkai pengkhianatan nurani
II.
sebelum pecundang menerjang keberanian
segala yang pedih tuntas tercarak dalam
buku-buku, tak sirna dan tak setitik pun
terkikis bual lecat yang diabadi-abadikan
III.
sebelum pecundang menerjang keberanian
perlahan lubang-lubang bergelimang pada
tiap perkara yang disumbat paksa: bersiap
meledak pada kumandang batas kesabaran
IV.
sebelum pecundang menerjang keberanian
kebenaran akan merundung sekongkol dusta
dalam rupa keranda, batu kubur, juga hantu-
hantu yang menjemput mereka dengan serapah.
(Oktober 2022)
*****
Editor: Moch Aldy MA