Menulis setiap hari, kecuali sedang tidak.

Obituari Kawan Lama dan Puisi Lainnya

Reyhan F. Fajarihza

1 min read

Obituari Kawan Lama

andai kata mati dapat ditarik kembali, Bung,
mungkin bakal kucerabut gelepar gelisah
dari akar-akar rambutmu terlebih dahulu, lantas
kurangkai benih dan batang dan daun-daun dan
membiarkan mereka tumbuh dalam rindang kepalamu

aku mungkin tak tahu waktu: terbata-bata mencermati
kabut yang membuat kalut saraf-saraf ketenteramanmu
aku mungkin tak paham sendu: terpasah dalam telaga
kelam nan mengasingkanku dari kenyataan waktu

andai kata hidup dapat dilanjur kembali, Bung,
mungkin bakal kuulur benang-benang padu
yang kepadanya kau dapat merajut kehendak
perihal teduh dan meneduhkan—tak henti-henti,
hingga tak ada di antara kita yang terperangkap
dalam hangus suram segala hal tak berdaya.

(Oktober 2022)

Kepada Riuh

riak-riak alir arak berdesakan
dalam kerongkongan. dari lorong
telinga merebak renung pengembara:
bahwa tiap langkah mestinya berpaut
riuh yang membuat penuh lubuk jiwa

sedangkan bentang jalan tak pernah gempar
dengan pekerjaan—kecuali sunyi yang
menjelma dalam gemuruh angin malam,
ceruk-ceruk tanah, dan napas payah kesepian

pada akhirnya riuh hanya berkerumun
dalam sesak tengkorak, membuatnya sibuk
berkecamuk dengan segenap ketakpastian;
tatkala denyut jantung telah lama redup
dan bersemayam pada derita tiada rupa.

(Oktober 2022)

Kesaksian

Demi dingin pusara suci
aku benarkan bahwa noktah ini
terlampau luhur dari kasak-kusuk
persinggahan bersimbah sandiwara

Rebahku beralaskan tapang cemerlang
dari mantra-mantra teraniaya

Sementara aku menikmati pertunjukan
rengek binatang yang tak ingat satu pun
sanubari yang mereka porak-porandakan

Barangkali kesaksian ini tak begitu
leluasa bergelantungan pada benakmu
yang tengah memar musabab kehampaan

Namun sungguh: hanya kematianlah yang
kuasa menggeret bencana menuju binasa.

(Oktober 2022)

Pulau-pulau Seberang

Bilamana tampuk usia adalah
entak tumit pada tanah asing
Sudikah terbenamnya matahari
menjadi serunai pemakaman
masygulku dalam damai?

Sebab cerita-cerita peralihan
sekadar sekelebat mengalihkan
putus asa dari singgasananya
alih-alih melebur dalam benderang
yang dapat kudekap sewaktu-waktu

Kadang gelombang laut pun tak
sampai hati menegaskan batas
mana yang mesti kuberi isyarat,
agar tak semata-mata menarik
mata jiwa dan ragaku dalam angan
hari baik yang tak kenal tentu.

(Oktober 2022)

Sebelum Pecundang Menerjang Keberanian

I.
sebelum pecundang menerjang keberanian
kebun-kebun telah mengejawantah rahim
bagi nalar dan bunga-bunga pereda
busuk bangkai pengkhianatan nurani

II.
sebelum pecundang menerjang keberanian
segala yang pedih tuntas tercarak dalam
buku-buku, tak sirna dan tak setitik pun
terkikis bual lecat yang diabadi-abadikan

III.
sebelum pecundang menerjang keberanian
perlahan lubang-lubang bergelimang pada
tiap perkara yang disumbat paksa: bersiap
meledak pada kumandang batas kesabaran

IV.
sebelum pecundang menerjang keberanian
kebenaran akan merundung sekongkol dusta
dalam rupa keranda, batu kubur, juga hantu-
hantu yang menjemput mereka dengan serapah.

(Oktober 2022)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Reyhan F. Fajarihza
Reyhan F. Fajarihza Menulis setiap hari, kecuali sedang tidak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email