Partai Tak Bergambar
Partai tak bergambar itu berkibar di ujung desa
Warnanya hitam, tiangnya hitam, visi misinya hitam
Setiap orang yang lewat selalu angkat dagu
Mengangkat tangan kiri, mengepal gagah berani
“Panjang umur padamu negeri, panjang umur padamu negeri!”
Teriak orang-orang dalam hati.
Partai tak bergambar itu masih berkibar pada malam hari
Tak terlihat, menyelinap, tertutup bak aurat
Setiap orang tak perlu tunduk dan hormat
Karena kebenaran ada pada pos ronda yang sunyi
“Telah mati sebuah negeri, telah mati sebuah negeri…”
Catat seorang petani.
Partai tak bergambar itu berkibar di Nurani
Terus berteriak, serentak, dan terus bergerak
Setiap orang menjadi api yang bergejolak
“Revolusi padamu negeri, revolusi padamu negeri!”
Lalu hilang atau mati.
–
Sekumpulan Orang yang Kalah Judi
Di pos ronda mereka berkumpul
Setiap orang mengumpat, menggerutu
“Slot tai!”
“Togel bangsat!”
“Ya gaple! Ya remi! Ya asu kabeh!”
Satu orang hanya terdiam planga-plongo
“Kenapa kau diam mas, kau kalah apa?”
“Nyaleg.”
–
Nyoblos, Bimbang
Partai-partai mulai beradu janji
Kata-kata manis mulai dijual gratis
di pasar-pasar
Yang merah bilang, “aku padamu wong cilik!”
Yang biru bilang, “negeri ini akan makmur!”
Yang hijau bilang, “bebas korupsi, takbir!”
Pilih kami! Coblos kami!
Semua punya visi-misi yang baik
Mereka orang-orang baik
Aku bingung, bimbang pilih yang mana
Kuputuskan coblos semua saja
–
Serangan Fajar
Pagi ini begitu sepi
Jalan-jalan melompong
Lampu merah kosong
Matahari begitu terik
Tapi lebih panas politik
Sudah pasti, besok pemilu
Tenda-tenda bertaburan
Ormas-ormas berkeliaran
Tukang becak libur
Penjual tisu libur
Pemulung libur
Manusia silver libur
Sol sepatu libur
Starling libur
Mereka telah
Menukar nasib
Lima tahun ke depan
Dengan amplop
Berlogo partai
–
Untukmu yang Terpilih
Kami tak memilihmu,
Kami hanya ingin makan nasi
Kami tak memilihmu,
Kami hanya ingin masuk surga
Kami tak memilihmu,
Kami hanya ingin bernyanyi
Kami tak memilihmu,
Kami hanya ingin menulis puisi
*****
Editor: Moch Aldy MA