Nyoblos, Bimbang dan Puisi Lainnya

renaldi septian

1 min read

Partai Tak Bergambar

Partai tak bergambar itu berkibar di ujung desa
Warnanya hitam, tiangnya hitam, visi misinya hitam
Setiap orang yang lewat selalu angkat dagu
Mengangkat tangan kiri, mengepal gagah berani
“Panjang umur padamu negeri, panjang umur padamu negeri!”
Teriak orang-orang dalam hati.

Partai tak bergambar itu masih berkibar pada malam hari
Tak terlihat, menyelinap, tertutup bak aurat
Setiap orang tak perlu tunduk dan hormat
Karena kebenaran ada pada pos ronda yang sunyi
“Telah mati sebuah negeri, telah mati sebuah negeri…”
Catat seorang petani.

Partai tak bergambar itu berkibar di Nurani
Terus berteriak, serentak, dan terus bergerak
Setiap orang menjadi  api yang bergejolak
“Revolusi padamu negeri, revolusi padamu negeri!”
Lalu hilang atau mati.

Sekumpulan Orang yang Kalah Judi

Di pos ronda mereka berkumpul
Setiap orang mengumpat, menggerutu
“Slot tai!”
“Togel bangsat!”
“Ya gaple! Ya remi! Ya asu kabeh!”

Satu orang hanya terdiam planga-plongo
“Kenapa kau diam mas, kau kalah apa?”
“Nyaleg.”

Nyoblos, Bimbang

Partai-partai mulai beradu janji
Kata-kata manis mulai dijual gratis
di pasar-pasar

Yang merah bilang, “aku padamu wong cilik!”
Yang biru bilang, “negeri ini akan makmur!”
Yang hijau bilang, “bebas korupsi, takbir!”

Pilih kami! Coblos kami!

Semua punya visi-misi yang baik
Mereka orang-orang baik
Aku bingung, bimbang pilih yang mana
Kuputuskan coblos semua saja

Serangan Fajar

Pagi ini begitu sepi
Jalan-jalan melompong
Lampu merah kosong
Matahari begitu terik
Tapi lebih panas politik
Sudah pasti, besok pemilu
Tenda-tenda bertaburan
Ormas-ormas berkeliaran

Tukang becak libur
Penjual tisu libur
Pemulung libur
Manusia silver libur
Sol sepatu libur
Starling libur

Mereka telah
Menukar nasib
Lima tahun ke depan
Dengan amplop
Berlogo partai

Untukmu yang Terpilih

Kami tak memilihmu,
Kami hanya ingin makan nasi
Kami tak memilihmu,
Kami hanya ingin masuk surga
Kami tak memilihmu,
Kami hanya ingin bernyanyi
Kami tak memilihmu,
Kami hanya ingin menulis puisi

*****

Editor: Moch Aldy MA

renaldi septian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email