Bali tidak hanya terkenal dengan alam dan pantainya saja, Bali juga memiliki daya tarik lain, yaitu skena musiknya. Hal menarik dari musisi-musisi Bali ini mereka tak sungkan untuk ikut menyampaikan keresahan rakyat lewat musik. Mereka bukan sekadar bermusik, melainkan juga terlibat dalam kegiatan aktivisme. Lagu-lagu mereka banyak mengangkat isu sosial, politik, dan lingkungan. Terdepan kita bisa menyebut, Superman Is Dead, Navicula, Dialog Dini Hari, juga Nosstress yang meskipun musiknya tidak keras seperti Navicula atau SID, lirik-lirik dalam lagu mereka sangat tajam.
Baca juga: Kritik lewat Musik
Nosstress awalnya terdiri dari tiga personel, yaitu Man Angga, Kupit, dan Cok Bagus. Namun pada album terbarunya yang berjudul Istirahat, Nosstress kini hanya tinggal berdua, menyisakan Man Angga dan Kupit saja. Dalam albumnya yang keempat tersebut, Nosstress banyak mengangkat isu sosial, politik, dan lingkungan. Dari 14 lagu dalam albumnya tersebut, hanya dua lagu yang bertema tentang cinta. Berikut beberapa suara Nosstress terkait isu sosial, politik, dan lingkungan.
Beragam Warna
Lewat lagu pertama dalam album Istirahat ini, Nosstress membawa pesan tentang pentingnya toleransi, mengingatkan kita tentang indahnya perbedaan. “Lihat kawan indahnya berbeda. Beragam warna dan suara. Dunia tak akan pernah nampak indah. Jika hanya ada kamu tanpa mereka”. Dibawakan dengan suara yang berbeda dan kontras, antara Man Angga dan Kupit membuat lagu ini terdengar sangat unik.
Kopi, Senja dan Logika
Di lagu ini menurut saya Nosstress sedikit menyindir fenomena yang terjadi pada para milenial. Tentang kegemaran mereka menghabiskan waktu dan uang untuk segelas kopi di kafe yang sedang populer lalu membagikannya di media sosial. Dan seringkali lupa tentang masa depan mereka. “Aku suka senja. Ketika sudah cukup akan siang. Dan yakin makan malam akan tersaji. Rintik hujan ku suka. Ketika ku dapat berteduh kering. Hangat dan tersedia cukup makanan.”
Adek
Di sini Nosstress mengajak kita semua untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan, sebab kita juga yang akan menuai manfaatnya. Nosstress juga menyadarkan kita tentang kondisi lingkungan sekarang yang semakin tidak karuan, jauh dari kata asri. “Adek jika ingin berkejaran dengan capung. Mari adek kita jaga air bumi jangan kotor. Kini capung tlah hilang. Dia pergi entah ke mana. Dia memeberi tanda, kita lupa jaga bumi.”
Bu Darmi
Ini merupakan lagu yang memotret kondisi sosial di masyarakat kita, pahit tapi begitulah kenyataannya. Juga menampar kita semua yang kurang peduli terhadap sekitar. Dibuka dengan kalimat, “Kututurkan sebuah cerita. Kisah sedih yang jadi biasa, karena kita menutup mata.” Berkisah tentang keluarga miskin yang terpaksa berhutang untuk memenuhi kebutuhannya, apalagi mereka memiliki anggota keluarga yang banyak, ditambah lagi kebutuhan untuk melaksanakan upacara agama, semakin membuat Bu Darmi menderita.
Selain itu, di lagu ini Nosstress juga menunjukkan sesuatu yang kontradiktif di Bali. “Gema ripah alamnya harmonis. Begitu tertulis di brosur pariwisata. Ibu Darmi kembali menangis. Keluarga harmonis butuh tangisan Bu Darmi.” Ketimpangan seperti ini saya yakin tidak hanya terjadi di Bali. Ketika suatu kota atau daerah sibuk bersolek menampilkan kecantikannya, mereka lupa tentang nasib dan kesejahteraan penduduknya.
Tak cukup hanya di situ, dalam lagu ini Nosstress juga memotret seorang perempuan yang selalu menjadi korban di lingkuangan yang patriarki. Sudah harus menanggung malu kerena berhutang, mengurusi seluruh persoalan domestik, Bu Darmi juga mengalami KDRT. “Menang mungkin, kalah sudah pasti. Nampaknya begitu tulis tangan Pak Darma. Ibu Darmi kembali meringis. Pak Darma jadi bengis Bu Darmi jadi sasaran.”
Kanan Kiri
Sebuah lagu yang mengkritik perilaku pejabat yang suka sewenang-wenang terhadap rakyat. Memanfaatkan privilige yang dimiliki untuk kepentingan pribadi. “Katanya jangan lewat sini. Jalan ini untuk pak mentri. ‘Kan makan siang untuk negri. Sudah kamu gak mungkin ngerti, semua demi kemajuan negri.”
Nosstress juga mengkritik keras kebijakan yang dibuat pemerintah dengan semena-mena tanpa memperhatikan dan mendengarkan kebutuhan rakyat. Serta keberpihakan pemerintah terhadap investor, atas nama demi kemajuan negri.
“Hai, pemimpin. Sebenarnya negri mau di bagaimanakan?”
“Penduduk negri ini mau dijadikan apa?”
“Maju yang bagaimana? Mundur itu gimana?”
“Kok petani digusuri, nelayan diusiri, melawan ditangkapi, korupsi dilindungi.”
Si Kancil
Dalam lagu ini Nosstress bekerja sama dengan Rara Sekar. Dugaan saya lagu ini terinspirasi dari Salim Kancil seorang aktivis yang harus kehilangan nyawa karena berjuang mempertahankan haknya. “Si Kancil adalah kita, yang ditikam massa. Dirampas tanahnya. Dirampas kehidupannya. Si Kancil adalah kita, yang ditikam massa. Ketika melawan, dihilangkan jiwa raganya.”
Mari Pikir
Sebuah kecaman terhadap penguasa yang gila-gilaan dalam mengeksploitasi sumber daya alam, tanpa memerhatikan kelestarian lingkungan, bahkan rela mengorbankan rakyat sendiri. “Di banyak tempat di bumi yang kita cinta. Sumber hidup manusia dijarah yang berkuasa. Yang kecil tak berdaya, dibungkam bila perjuangkan haknya. Banyak yang terjadi terang di depan mata. Tanah, air, udara, dirampas tak bernurani. Hutan dibakar, gunung dikeruk, laut tak lagi biru.”
Owa Kecil
Owa adalah salah satu jenis kera yang paling langka di dunia. Di lagu ini Nosstress mengingatkan tugas kita sebagai manusia, untuk selalu hidup selaras dengan alam, peduli terhadap lingkungan serta makhluk lain, termasuk hewan. “Mencinta dengan menjaga, memang itu tugas kita. Mencinta dengan menjaga, alam beserta isinya.”