Kadang Main Musik Kadang Tidak

Napas Baru Musik Tradisi

Djoko Santoso

2 min read

Keragaman musik di tanah air selalu ada dan berubah tiap zamannya. Ada masanya musik pop kenangan terdengar di mana-mana, lalu musik ini dilarang rezim Orde Lama. Setelahnya, musik Rock ‘N Roll dan balada juga pernah nge-hits, lalu dilarang rezim Orde Baru. Di Orde Reformasi, musik lebih beragam. Ini berkat iklim politik yang lebih permisif terhadap ragam budaya, terutama budaya dari luar.

Musik tradisi yang notabenenya musik asli tanah air pun turut terdampak perubahan politik budaya. Musik-musik dengan lirik berbahasa daerah awalnya hanya diterima di local area saja. Ditilik ke belakang, secara kualitas dan kuantitas, musik tradisi mulai diterima khalayak ramai lewat almarhum Didi Kempot.

Lagu hits Didi Kempot banyak berasal dari album Cidro yang diciptakan tahun 1989. Album ini cukup berjodoh dengan pendengarnya yang kala itu didominasi bapak-bapak. Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, dan banyak lagu lainnya ikut nge-hits kemudian. Didi Kempot menancapkan pondasi musik tradisi populer di Indonesia. Lambat laun, musik ini semakin digemari khalayak dari berbagai latar belakang dan mendapat tempat tersendiri di ceruk musik anak muda. 

Pasca mangkatnya Didi Kempot, jagat musik tradisi di Indonesia malah semakin bersinar. Munculnya talenta-talenta baru seperti Denny Caknan, Ndarboy Genk, dan Guyon Waton mengisi kekosongan yang ditinggalkan sang maestro.

Penyanyi asal Ngawi, Denny Caknan, mengawali peruntungan musiknya lewat single Kartonyono Medot Janji. Di Kanal YouTube, videonya ditonton lebih dari 275 juta kali. Lagu-lagu setelahnya pun telah ditonton puluhan juta kali. Denny Caknan duduk di tempat dan waktu yang tepat di ceruk musik tradisi. Hampir semua lagu gubahannya nge-hits mengisi ruang-ruang publik musik Indonesia; televisi, radio, kafe, kendaraan umum, dan hajatan warga.

Penerimaan musik tradisi di kalangan anak muda tak lepas dari peran media sosial yang semakin masif. Munculnya talenta baru musik tradisi diamplifikasi lewat media sosial seperti YouTube dan TikTok oleh para musisi cover.

Melejitnya musik tradisi ini cukup unik. Musik yang sebenarnya sudah ada sejak lama “hidup lagi” dan jangkauannya meluas hingga skala nasional. Ia kemudian kian kukuh menjadi ceruk tersendiri dalam bisnis hiburan tanah air. Musisi tradisi mulai muncul di layar televisi nasional dan mendapat porsi yang lumayan banyak di setiap pertunjukannya. Bahkan, ada nominasi penghargaan untuk penyanyi/grup musik berbahasa daerah terbaik. Ini menandakan bahwa musik tradisi mulai dianggap setara dengan musik-musik lain.

Pertengahan tahun kemarin, Kota Solo mengadakan event musik bertajuk Solo Keroncong Festival. Sesuai tajuknya, pertunjukkan didominasi oleh penampil musik keroncong. Maestro keroncong Solo, Eyang Waldjinah, menjadi penampil utama dalam event ini. Yang di luar dugaan, exposure penonton meningkat ketika Kukuh Prasetya dan Abah Lala naik ke atas panggung. Pelantun tembang Mendung Tanpo Udan dan Ojo Dibanding-bandingke ini sengaja ditaruh di setlist terakhir sebagai laga pamungkas. Mayoritas penonton berdiri dan mendekat ke panggung ketika mereka berdua tampil. Antusiasme penontonnya mengalahkan musisi nasional dan lebih senior yang juga tampil di sana.

Baca juga:

Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika musik tradisi bakal bisa diterima kalangan anak muda. Dulu, musik tradisi menjadi bahan olok-olok. Penikmat musik ini dikatakan kurang gaul. Musik yang identik dengan sifat kedaerahan otomatis penggemarnya juga berasal daerah, dengan stereotip daerah yang melulu tertinggal dan terbelakang.

Akankah popularitas musik tradisi akan terus bertahan? Bisa iya, bisa tidak.

Lagipula, tren budaya populer pada dasarnya cepat berubah. Popularitas musik tradisi lambat laun juga bakal meredup seiring berubahnya angin musik tanah air. Genre penggantinya apa, kita belum tahu. Bisa jadi mengulang genre-genre yang telah ada, tapi tidak menutup kemungkinan ada genre musik baru yang lahir.

 

Editor: Emma Amelia

Djoko Santoso
Djoko Santoso Kadang Main Musik Kadang Tidak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email