Musik tanah air terus bergerak dinamis, dipengaruhi oleh situasi, perkembangan teknologi, juga minat dan mood dari generasi ke generasi.
Pada dekade 90’an kita disajikan dengan banyaknya musik rock, baik solois maupun band. Masuk dekade 2000’an banjir grup band ber-major label. Musik pop menjadi sangat laku saat itu. Baik pop reguler maupun pop Melayu. Kemudian masuk ke dekade 2010’an berbeda lagi. Mulai marak era solois dari banyak genre, walaupun kebanyakan genre juga pop. Sekitar lima tahun belakangan, musik Indonesia memasuki babak baru. Banyak muncul solois dengan media barunya. Tentu juga dengan warna musik yang baru.
Baca Editorial tentang Beatles: Yoko Effect
Salah satunya adalah Fiersa Besari, musisi pendatang baru yang sering dijadikan ikon musik indie. Hits awalnya yang berjudul Waktu Yang Salah berhasil memanjakan kuping pendengar lawas sekaligus menjaring pendengar baru generasi Y dan Z. Lagu dengan notasi sendu dan lirik yang mengamini patah hati itu mampu memberi ruang baru di dunia musik saat ini. Sangat berbeda dibanding satu atau dua dekade lalu ketika yang dianggap musik “apik” itu ya musik romantis namun macho.
Apa Itu Indie?
Pada dasarnya indie merupakan sebuah sistem produksi dan distribusi karya musik. Indie atau kependekan dari kata independen bisa diartikan sebagai mandiri. Pada awalnya karya musik oleh seorang musisi maupun band agar dapat mencakup pendengar yang luas harus bekerja sama dengan label-label besar. Hal ini dikarenakan pembuatan album musik butuh biaya yang besar. Belum lagi kalau membuat music videonya. Selain itu, sebuah karya musik harus dipublikasikan ke khalayak agar terdengar luas. Di sinilah peran label musik membantu (memodali) produksi dan distrubusi musik.
Skena musik indie pada awalnya dipakai oleh band-band aliran rock dan metal. Bahkan istilah yang dipakai yaitu musik underground. Mereka memulai gerakan independen musik guna melawan “kapitalisme” industri musik. Beberapa band yang mengawali gerakan indie yaitu PAS Band, Godbless, dan band punk rock lainnya. Secara umum skena musik indie menyuarakan isu-isu sosial. Dalam lirik-liriknya mengusung keresahan sosial, politik, dan hukum.
Baca juga tentang Dewa 19:
Sistem independen musik menyisakan problem tersendiri pada musisinya. Seperti yang telah disinggung di awal tadi tentang biaya produksi musik, beberapa musisi terkadang memilih “kompromi” soal ini. Beberapa musisi memilih untuk bekerjasama dengan label rekaman guna membiayai produksi musiknya. Alhasil awalnya mendapat banyak kecaman dari sesama rekan musisi dan tampaklah bahwa sistem indie justru adalah bagian dari industri musik yang mulanya ingin dilawan.
Generasi selanjutnya kemudian memaknai indie sebagai sebuah genre musik. Pemahaman istilah ini mungkin terjadi pro kontra. Agak susah memang ketika menjelaskan genre musik lewat sebuah tulisan. Genre indie secara umum menonjol pada pola petik akustik yang khas, vokal mendayu, lirik mem-bucin dan bila perlu dikasih sentuhan drum tipis.
Terkadang indie yang dimaksud di sini juga masuk ke genre lain yang sering beririsan. Sebut saja genre folk, jazz, bahkan juga pop. Karena pada praktiknya sangat jarang ditemui sebuah grup musik membawakan lagu dengan satu genre murni. Dalam banyak kasus, mereka mencampurkan beberapa genre dalam satu lagu. Indie pop, indie folk, maupun indie jazz.
Genre indie saat ini cukup diminati banyak orang. Terutama kaum muda penikmat patah hati. Bahkan mereka berusaha mempromosikan tagline “Kopi dan Senja” sebagai sebuah cara menikmati waktu senggang di sore hari. Minum kopi di senja hari sambil mendengar musik Fourtwnty. Begitu mereka menyebutnya.
Maraknya coffee shop berperan besar atas lakunya lagu-lagu indie. Secara tidak langsung banyak orang yang kenal musik indie, atau bahkan mendengar musik ini pertama kali di coffee shop. Dan ini pula yang secara tidak langsung mengenalkan musik indie ke pelanggan, yang kebanyakan adalah generasi milenial urban.
Coffee shop bertema klasik kebanyakan memutar lagu indie folk. Sebut saja musik-musik semacam Sisir Tanah, Ponco Bramatyo, Silampukau. Mungkin musik jenis ini yang cocok dengan temanya. Sambil mensesap pahitnya kopi single origin, menikmati setiap baris lirik yang terdengar di telinga. Nikmat sekali bukan?
Baca tentang Sheila on 7:
Coffee shop jenis populer secara umum memperdengarkan musik indie pop. Sebut saja Nadin Amizah, Fiersa Besari dan Febby Putri, Danilla. Musik indie pop sepertinya musik yang paling cocok untuk diperdengarkan di coffee shop populer. Karena kebanyakan pelanggannya generasi milenial kampus yang sedang terbuai dan memperjuangkan kisah cinta.
Nadin Amizah dan Fiersa Besari menjadi penyanyi yang paling banyak didengarkan oleh generasi saat ini. Bahkan dua penyanyi ini mendapat predikat streaming terbanyak di spotify tahun 2021. Tak heran jika mereka menjadi penyanyi dengan streaming terbanyak karena memang penikmatnya mayoritas generasi milenial yang mengandalkan platform digital saat mendengarkan musik. Platform digital menjadi media baru bagi musisi muda untuk mendistribusikan karyanya.
Hal ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang hidup di jaman analog dan rilisan fisik. Walaupun sebenarnya penyanyi seperti Nadin Amizah juga mengeluarkan rilisan fisik, rilisan fisik secara umum hanya dikonsumsi oleh para kolektor – bukan pendengar kebanyakan. Bagi kolektor pun, rilisan fisik hanya untuk dikoleksi – alias disimpan. Saat mendengar musiknya ya tetap buka Spotify. Lha gimana lagi sudah ada yang simpel kenapa nyari yang ribet. Tinggal geser touchscreen kemudian klik langsung ready.
Kembali lagi, indie sebagai genre cukup berhasil memikat pendengar generasi saat ini. Lirik yang mendayu, musik easy listening, dan musisinya yang kekinian menjadi faktor utama mengapa musik ini laku. Wajar jika musik ini cepat masuk di telinga karena generasi sekarang yang cenderung menyukai yang simpel dan cepat. Tidak ada yang salah soal ini. Semua tergantung pilihan.
Jadi, siapa musisi indie favoritmu?