Pada Mulanya adalah Grindr
Sesosok manusia bernama kamu
mengirim pesan teks
berisi salam perkenalan. Selanjutnya
pertanyaan & pernyataan
basa-basi singkat &
rundingan jadwal bertemu.
Pada mulanya adalah grindr
hanya grindr.
Lalu kau datang dengan kereta itu
menepi di bawah pokok-pokok sunyi
yang memandang dalam
diam musim semi.
Kemudian kau turun dan membawaku
ke satu kehidupan baru.
Palem Raya, 2020
Tamasya
Ada sebuah lanskap
kota J namanya.
Ada sebuah masa
tahun X zamannya.
Ada sebuah hari
hari F sebutannya.
Ada sebuah pertemuan
kita berdua yang menentukannya.
Pada sebuah kafe S yang cantik lagi mahal
kau berkisah tentang hidupmu yang sunyi.
Pada regukkan kopi yang kesekian
kuceritakan tentang hidupku yang sepi.
Seketika waktu jadi tali
dan kita mengulurnya lagi.
Diulang-ulang terus-menerus
tiada habis.
Bagaikan jalan-jalan yang kita lalui
dan tak berujung.
Yang menghidangkan pintu-pintu menuju kisah-kisah baru
kita bertamasya tanpa henti.
Detik menjadi menit
menit menjelma jam.
Dan matahari kemudian terbenam
tetapi kita masih bersama.
Tiba-tiba terperangah
sebab telah berjumpa.
Palem Raya, 2020
Pick Up
Di saban malam
sesosok kamu datang mengunjungiku
kau memarkir keretamu di tepi jalan
dan aku seketika masuk.
Air mukamu damai sekaligus kecut di balik kemudi
melontarkan obrolan hangat dan ringan
sembari bertanya tentang menu makan malam.
Kemudian kita berangkat
meninggalkan daun-daun gugur
nasihat purba ibu-bapak
agama, budaya, dan barangkali
dosa-dosa yang tercecer.
Pipa, 2021
Ketika Aku Menemukan Kau
Ketika aku menemukan kau
(sosok yang kucari-cari di dalam mal
pasar tradisional, kantor pemerintahan
taman kota, stasiun-stasiun, pelabuhan
bandara, tepian pantai, aliran sungai,
di saban waktu, tiada henti, susuri tahun demi tahun):
segala terasa berharga dan bermakna.
Ketika aku menemukan kau:
di saban hari, aku bangun pagi dan berangkat kerja
dan mengharap waktu laju berlalu untuk pulang
dan bertemu kau lagi.
Ketika aku menemukan kau:
aku berdoa kepada Tuhan yang romantis:
waktu boleh saja berlalu, daun-daun boleh berguguran
tetapi tidak dengan usia kita.
Ketika aku menemukan kau:
segala mimpi perlahan minggat atau mati
atau luruh atau tanggal satu per satu
kecuali hidup bahagia bersama kau
mengayuh sampan kehidupan, berdua
menuju pelabuhan di balik bulat rembulan.
Palem Raya, 2021
Hujan Sederas Kangen
Hujan sederas kangen
mengguyur atap rumahkku bertalu-talu
seolah kenangan mengetuk pintu
menggigilkan tubuhku
yang terlelap kesepian.
Hujan sederas kangen
mengenangkan aku pada
legit senyumanmu
ketika kita bercengkerama
di atas putih pasir pantai
yang menghadap Laut China Selatan.
Kamu bersandar ke nyiur pokok kelapa
sementara aku terbaring bahagia
pada kedua indah pahamu.
Palem Raya, 2021
Sajak Desember
Desember yang beku
jalanan basah
reranting pada pepohonan
tepi jalan seolah menggigil
menyanyikan lagu sepi
mencipta sepia
menghadirkan episode-episode
kenangan manis
pada hati yang berdetak
pada rindu
orang-orang berpayung
hitam di jalanan
atau yang termangu
ditampar sunyi
pada mobil-mobil murung
yang melaju dengan gamang.
Selamat malam.
Aku ucapkan jua kalimat itu
selepas gagal membaca cuaca
selepas hati tergugu sendirian
pada tungku.
Sajak-sajak turun dari langit
sebagai doa dan pengharapan
serupa keping-keping salju.
Mari pulang
gagang pintu
sudah sedingin hati.
Palem Raya, 2020
Biarkan Aku Mengajakmu Menepi
Sekali lagi biarkan aku
mengajakmu menepi
jauh
melintasi kelok-kelok jalan yang lengang,
jembatan demi jembatan
tepian pantai,
di mana kompas kehilangan kewarasannya
dan tak seorang pun mampu menemukan
diri kita.
Sekali lagi kukatakan
jangan dulu mati, jangan
sekarang
Masih ada jalan-jalan yang belum kita susuri bersama
di utara sana.
Palemraya, 2020
Kelak
Kelak selepas mata kita tak lagi dapat saling menatap, terpisah oleh beribu kilometer jarak yang menyesakkan dada setiap kali kita terkenang hari ini, dengan cara apa kamu akan menyayangi diriku yang tinggal seberkas bayangan, yang tak wujud, yang tak lagi dapat kau ajak berbincang & kau peluk, yang pelan-pelan memudar tergerus waktu juga usiamu.
Kasihku, kelak setelah ingatanku pun hancur dan mengubah kenangan kita menjadi burung-burung yang beterbangan ke surga, barangkali hanya potret, secarik gambar usang yang kita ambil malam ini, yang bakal mengekalkan kenangan kita, diri kita.
Palem Raya, 2021
Pertanyaan
Apa yang pasti pada dunia
yang bahkan sama sekali tidak pasti?
Apa yang bisa menyenangkan
sedangkan segalanya hanyalah sementara?
Laut yang dalam barangkali hati kita
yang kesepian & menunggu.
Apa yang abadi
barangkali hanyalah cinta.
Palem Raya, 2021
Nota untuk Usia 22 Tahun
Sebuah gurun
di mana musafar
mengembara
Sesudah itu
mata angin hirap
kedua tungkai ruruh
tangis-tangis habis
Palem Raya, 2021
Museum Kesedihan
Manusia: museum kesedihan. Sudah berapa banyak koleksi dukamu? Dan kamu membawanya bepergian dari satu kota ke kota lain. Menyembunyikan tangis. Menggantinya dengan tawa.
Palem Raya, 2021
Sedalam-Dalam Sajak
Sedalam-dalam sajak
takkan mampu menampung
air mata kerinduan
seorang kekasih.
Kata-kata telah lama mati
Terkubur bersama harapan
dan doa.
Kenangan pelan-pelan memudar
Cinta kasih pun hampir usai.
Apa
kabar
kau,
Masa lalu?
Tiada benarkah salam perpisahan itu?
Palem Raya, 2021
Kepada Ayah
Q: “Ayahanda, kenapa aku melihat setan setiap kali aku bercermin?”
A: “Ketahuilah, anakku, semua orang memiliki borok. Dan oleh karena itu, mereka mengenakan topeng.”
Palem Raya, 2021
Natal
Bulan yang basah dan tak mengenakan jaket
memandang dirimu terdiam bersama kesepian.
“Merry christmas, Nak, merry christmas!” ujar Bulan.
Tetapi kau bergeming, menatap pohon cemara dalam hening.
Dari ruang tengah, telepon rumah berteriak melengking-lengking.
Seperti kesunyian, seperti melankoli.
Namun kau abai, lalu masuk kamar,
menarik selimut, sebelum menangis.
Di luar hujan turun bertalu-talu.
menggantikan butir salju
menghajar atap
menerbitkan rindu.
Keping-keping kenangan.
“I’m here, honey, alone and feeling cold.
Please come, hug me.”
Palem Raya, 2020
Sendok & Mata Pisau
Dengan apakah kubandingkan perisahan kita, my love?
Dengan sepokok pohon di gurun
yang daunnya
jatuh
satu
demi
satu?
Atau seekor burung kecil
yang nyungsep
sebab sayapnya patah
di sebuah tempat tak bernama?
Barangkali hanya foto + sebuah sajak:
teman malam panjang nan sepi di musim ini.
Sementara Whatsapp
bertelepon tatap muka
kurasakan seperti ujung sendok
sekaligus mata pisau.
Palem Raya, 2020