Pengamat twitter, bisa ditemui di Jakarta dan sekitarnya seperti azan magrib.

Mitos Orang Kecil dan Puisi Lainnya

Inas Pramoda

1 min read

Mitos Orang Kecil

aku bosan lihat wajahmu, Pak
digantung di dinding-dinding kelas itu,
kantor itu, rumah itu
maka ijinkan aku membakarnya
akan aku siram bekas apinya
dengan air kendi
dari tanah kuburan orang tuaku
dan aku larung bekas abumu
di kali paling kotor di Jakarta ini
sempat aku percaya kau bukan badut
nyatanya kau tukang sedot wc
yang hanya ada nomornya
tanpa ada wujudnya
kau hanya mitos yang bertebaran
di tiang-tiang pinggir jalan
dan tak pernah sampai ke rumahku

(Jakarta, 2022)

Konon Katanya

sulit mencari kabar baik di sini
sebab kabar baik hanya kabar buruk
yang terus berulang
dan kabar baik yang terus berulang
hanya kabar burung
hingga kita merasa baik-baik saja

(Jakarta, 2021)

Merebus Mie di Pagi Hari

jangan telat sarapan
sebab mengutuki pemerintah
paling enak saat perut kenyang

(Jakarta, 2021)

Mengapa Ibu-Ibu Gemar Menggoreng

mengapa ibu-ibu gemar menggoreng?
sebab merebus butuh waktu yang lama
agar air rendaman tulang bisa jadi kaldu
dan minyak bekas menggoreng ikan
bisa digunakan sampai seminggu
buat goreng ayam, kentang, tempe, dan tahu
sedangkan kaldu ayam, atau sop tulang,
atau soto cingur, atau rawon, hanya bisa
dipakai sekali. ibu-ibu bukan tidak paham
cara merebus dan mengukus, hanya saja
makanan berminyak lebih akrab dengan
kemiskinan, dan negeri ini tidak memelihara
orang-orang miskin, sehingga mereka
hidup dengan cara masing-masing.

(Jakarta, 2022)

Yang Kita Panggil Saudara Itu
buat Pace Mace

yang kita panggil saudara itu
yang menyimpan takut akut
dan bahasanya tak pernah kita terjemahkan dengan baik

yang kita panggil saudara itu
yang saudara kandungnya mati diam-diam ditembak aparat

yang kita panggil saudara itu
yang dipandang setengah manusia oleh manusia beradab
di sekolah-sekolah mereka bertanya,
“bagaimana mungkin setengah manusia bersaudara dengan manusia?”

yang kita panggil saudara itu
yang melahirkan anak-anak blasteran di bawah popor senjata
di gereja-gereja mereka mengadu,
“anak-anak kodim ini boleh jadi memang bersaudara.”

yang kita panggil saudara itu
yang harus memanggil kita sambil memanggul salib
biar merunduk dan sopan

yang kita panggil saudara itu
yang kita usir dari rumah kita sendiri

yang kita panggil saudara itu
yang kita kenalkan kepada Tuhan
hingga mereka beriman
bahwa kasih hanya pada-Nya
dan betapa Tuhan begitu egois
tak menyisakan sedikit untuk mereka temukan
sementara yang kita panggil saudara itu selalu mengadu,
“neraka manalagi yang harus kami singgahi hari ini, Tuhan?”

(Casablanca, 2019)

Inas Pramoda
Inas Pramoda Pengamat twitter, bisa ditemui di Jakarta dan sekitarnya seperti azan magrib.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email