Belajar dan memperbarui ilmu-ilmu terkini adalah hak yang harus diberikan kepada guru. Ungkapan “Tidak ada kata berhenti untuk belajar” harus ditanamkan tidak hanya pada siswa, tapi juga pada guru. Guru harus mengikuti perkembangan zaman, tidak boleh merasa puas dengan ilmu yang dimiliki.
Malik Fadjar yang merupakan salah satu tokoh pendidikan bangsa pernah menyampaikan bahwa untuk menyongsong masa depan kita harus memperbarui semangat dan tekad. Prinsip itulah yang juga harus dipegang oleh guru. Guru harus mau belajar agar dapat membantu peserta didiknya berubah dan menjadi merdeka dalam belajar. Guru juga harus mau menerima perubahan dalam segala aspek yang berhubungan dengan proses belajar dan mengajar.
Simak video Okky Madasari Guru Keren yang Membebaskan
Konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan Kemendikbudristek secara tersirat menuntut guru untuk bisa berkreasi dan berinovasi dalam kegiatan belajar dan mengajar. Guru diharapkan dapat terus memberikan dan membagikan praktik baik saat mengajar di kelas.
Sejak lama, guru memiliki miskonsepsi terhadap perubahan media belajar dan asesmen. Banyak guru yang merasa jika model media pembelajarannya tidak sesuai dengan kurikulum maka sudah pasti akan melenceng dan salah. Sehingga, harapan untuk mengembangkan media pembelajaran menjadi beban baru bagi para guru di samping beban administrasi lainnya. Lebih dari itu, guru juga merasa tidak aman jika asesmen atau model penilaian menggunakan cara dan metode yang baru.
Merdeka Belajar memberikan ruang kepada guru untuk bisa membuat media pembelajaran yang tidak dibatasi kurikulum. Guru bisa membuat asesmen yang lebih relevan dengan kondisi peserta didik di sekolahnya. Merdeka Belajar mengembalikan makna kurikulum dalam pendidikan sebagai sebuah rancangan yang memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada setiap anak untuk mengembangkan potensi yang sudah ada dalam diri mereka.
Keberadaan konsep Merdeka Belajar ini sesungguhnya adalah kesempatan emas bagi guru dan murid untuk saling belajar satu sama lain. Guru bukan lagi seseorang yang harus berdiri di depan kelas dan membanjiri siswa dengan ceramah materi. Di masa sekarang ini, utamanya saat masa pandemi ketika guru tidak bisa menghadirkan fisiknya di dalam kelas, guru harus menjadi pendamping belajar siswa. Guru yang terbiasa dengan kegemaran membanjiri materi pada siswa lambat laun segera ditinggalkan oleh siswa dengan berbagai alasan.
Mengajar dengan Rasa
Guru sama dengan dokter, perawat, teknisi, dan profesi lainnya yang saat melaksanakan praktiknya perlu menggunakan kompetensi dan kode etik profesi. Maka sudah seharusnya guru bisa dan mau untuk menimba ilmu-ilmu baru dari berbagai sumber.
Sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut, guru yang merdeka belajar adalah guru yang paham dengan kemampuan siswa-siswi di dalam kelasnya. Mereka belajar dari siswa dengan kepribadian yang berbeda sehingga guru dapat memilihkan media pembelajaran dan asesmen yang adil bagi seluruh peserta didik.
Bahkan untuk melahirkan hasil yang lebih optimal, guru harus membantu siswa untuk menemukan cara belajar mereka agar siswa menjadi pribadi yang lebih kritis dan mandiri. Itulah yang diharapkan dari konsep Merdeka Belajar.
Selanjutnya, guru harus bersifat reflektif yang artinya guru mau menerima kritik dan saran. Guru yang berhasil menghadapi kritik dan saran akan menjadi guru yang secara mandiri dapat mengukur kualitas proses pembelajaran yang mereka aplikasikan di dalam kelas. Hal itu juga merupakan cita-cita dari konsep Merdeka Belajar yang mengajarkan bahwa hasil proses belajar bukan hanya sekadar angka pada rapor namun juga keberhasilan dalam melakukan evaluasi pada setiap tahap proses belajar dan mengajar.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam proses belajar dan mengajar, guru dan siswa harus menerapkan 3C untuk melahirkan rasa. Pertama, guru dan siswa harus memiliki satu cita-cita yang sama. Cita pada proses pembelajaran adalah hal apa yang dituju dari kegiatan pembelajaran. Kedua, Cara apa yang digunakan untuk mencapai Cita kegiatan pembelajaran. Guru harus memastikan bahwa media yang mereka buat dan sediakan untuk siswa adalah cara terbaik untuk menyelaraskan siswa-siswi dengan berbagai macam kepribadian. Ketiga, Cakupan yang berarti adalah pelajaran apa yang akan dipelajari untuk mencapai cita pembelajaran.
Guru harus menanamkan prinsip manfaat apa yang akan siswa dapatkan jika mempelajari suatu pelajaran. Manfaat itu tidak hanya sekadar nilai namun manfaat di kehidupan sehari-hari yang bisa mereka pelajari. Apabila 3C tersebut dapat dipenuhi oleh guru dan diselaraskan dengan kemampuan murid maka akan menghasilkan rasa. Rasa berarti guru dan murid dapat menikmati manfaat dari proses belajar tersebut. Kedua pihak dapat benar-benar mengaplikasikan dan merasakan apa itu Merdeka Belajar.
Terakhir, guru bukan pahlawan tanpa tanda jasa. Guru adalah profesi berat dengan segala beban di pundak guru maka sudah saatnya kita memahami bahwa guru adalah pahlawan dengan jasa sepanjang masa, tidak hanya bagi para suatu bangsa namun juga untuk para siswa secara individu.