Merayakan Kesalehan dan Solidaritas lewat Megengan Show

Ni'am Khurotul Asna

1 min read

Masyarakat Jawa sangat terikat dengan tradisi slametan atau syukuran yang seakan telah menjadi urat nadi dalam hampir seluruh aktivitas sosial mereka. 

Secara garis besar, ada empat jenis slametan yang merangkum seluruh kehidupan masyarakat Jawa. Pertama, berkaitan dengan kehidupan seperti kelahiran, khitanan, pernikahan, dan kematian. Kedua, peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, Asyura, dan sebagainya. Ketiga, berkaitan dengan sosial seperti bersih desa. Terakhir, berkaitan dengan urusan pribadi seperti ganti nama, pindah rumah, dan sebagainya. 

Namun, yang jelas, sebagai bagian dari tradisi Islam-Jawa, esensi slametan adalah sedekah dan doa. Jadi, pada dasarnya ini merupakan tradisi Islam yang sumbernya juga dapat ditemui baik secara eksplisit maupun implisit dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Salah satu tradisi slametan adalah Megengan. Megengan berasal dari kata megeng yang artinya menahan. Masyarakat Jawa memeringati Megengan sebagai wujud menahan diri dari segala hawa nafsu karena akan memasuki bulan Ramadan.

Prosesi inti Megengan adalah mensyukuri nikmat yang diperoleh dengan membawa dan berbagi makanan sebagai simbol rasa syukur. Sajian seperti apem yang dibawa masyarakat dalam perayaan Megengan memiliki makna permohonan maaf bagi sesama. Menariknya, nama makanan apem diambil dari kata ngafwan atau ngafwun yang berarti permohonan maaf.

Baca juga:

Tradisi slametan tak lepas dari budaya masyarakat yang mengadakannya. Artinya, penyelenggaraan slametan bisa berubah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya. Megengan pun tak luput dari perubahan itu.

Di Desa Jajar, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, Megengan dibuat updated dalam format Megengan Show. Megengan Show di Desa Jajar ini menyatukan nilai-nilai Islam dan identitas kultural masyarakat Jawa dalam rangkaian prosesnya. Selain terdapat slametan yang menjadi inti prosesi, terdapat pula pementasan kesenian tradisi lokal modern. Anak muda hingga orang tua bisa ikut mengekspresikan kreativitasnya dan menikmati hiburan rakyat dalam bentuk panggung budaya di Megengan Show.

Hakikat Megengan sebagai slametan untuk memohon kepada Allah agar diberi kekuatan lahir dan batin dalam menjalani puasa Ramadan, serta mendoakan para leluhur yang telah meninggal dunia tidak lantas membuat Megengan saklek. Megengan Show justru menjadi panggung budaya rakyat karena yang sukses memadukan tradisi lama seperti ambengan dengan tradisi lokal Desa Jajar yang lebih modern. Pementasan kesenian lokal Desa Jajar ini tidak memiliki pakem tertentu, bisa pagelaran wayang, tari, karawitan, musik religi modern, hingga kajian agama.

Prosesi inti Megengan Show hampir sama dengan Megengan sebelumnya yakni adanya arakan ambengan dan salawat Salalahuk yang diiringi dengan musik gamelan. Nantinya, ambengan akan dimakan bersama-sama. Salawat Salalahuk merupakan lantunan syair bahasa Arab dan bahasa Jawa dengan iringan musik bedug. Isi syairnya adalah ajaran agama dengan selipan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW serta doa-doa keselamatan. Pemahaman agama juga diberikan untuk masyarakat melalui ceramah agama yang dikemas dalam gaya lokal.

Baca juga:

Inovasi Megengan Show ini tak lain merupakan sebuah ijtihad masyarakat Jajar, wujud keterbukaan diri dan wawasan mereka dalam memproduksi keterbaruan. Penghayatan ajaran Islam yang dibalut dengan tradisi lokal dan kesenian secara tidak langsung dapat mengontekstualisasikan ibadah dengan upaya menguatkan solidaritas sosial atau rasa kemanusiaan secara luhur.

Megengan maupun Megengan Show, menyitir antropolog kondang Clifford Geertz, merupakan wujud nyata peran slametan sebagai ritus yang sederhana, formal, jauh dari keramaian, dan dramatis di pusat keseluruhan sistem agama Jawa dan mengikat nilai luhur di masyarakat. Sebagai slametan yang terus berinovasi, Megengan berdampak positif pada kebutuhan spiritual, sosial, dan pendidikan masyarakat lokal.

 

Editor: Emma Amelia

Ni'am Khurotul Asna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email