Menulis musik dan beberapa pernik-pernik budaya populer lainnya

Mendefinisikan Grunge

Kukuh Basuki

4 min read

Ketika kata grunge terdengar, spontan nama band yang muncul di pikiran adalah Nirvana seolah itu sudah seperti rumus Phytagoras yang dipakai untuk menghitung keliling segitiga. Tidak mudah menyebutkan beberapa band di luar Nirvana untuk mewakili genre musik yang lahir di Seattle, Amerika Serikat ini. Mungkin, jika dipaksa untuk berpikir lebih keras, kebanyakan orang hanya bisa menyebut segelintir grup musik saja, misalnya Pearl Jam, Sonic Youth, dan The Vines.

Mendefinisikan bagaimana style fashion grunge juga tidak semudah mendefinisikan style fashion subkultur lain seperti punk dan metal. Tidak ada garis yang jelas membatasi pakaian dan gaya rambut khas grunge. Bayangan orang tentang style fashion grunge umumnya merujuk ke pakaian Kurt Cobain, yakni kaos yang dipadu dengan baju flanel tebal, celana jeans sobek, dan sepatu Converse All Star.

Lalu, bagaimana perkembangan musik grunge mulai dari lahirnya genre musik ini hingga sekarang? Bagaimana pengaruhnya bagi kultur populer dunia, termasuk Indonesia? Tidak banyak media massa ataupun literatur yang mencatatnya.

Baca juga:

Buku Grunge Still Alive: Catatan Seorang Pecundang ini adalah salah satunya. Buku ini hadir pada ruang dan waktu yang tepat, serta masih menjadi satu-satunya buku yang mampu menjawab pertanyaan tentang serba-serbi musik grunge dan perkembangannya di Indonesia.

Sebagai buku musik, buku ini mempunyai rujukan literatur yang lumayan padat. Selain memuat rujukan dari buku, surat kabar, jurnal, dan situs web, buku yang diterbitkan oleh Octopus Publishing pada tahun 2018 ini juga memuat perspektif lebih dari 200 orang aktivis grunge di tanah air sebagai sebagai responden yang terlibat dalam penulisan buku ini.

Penulisnya, Yoyon Sukaryono, atau yang dikenal sebagai YY, sangat efektif mengombinasikan pengalamannya bertahun-tahun berkecimpung  sebagai musisi dan aktivis grunge dengan keterampilannya menulis karya ilmiah. YY sangat telaten mengumpulkan dan memilah informasi tentang grunge dari wawancara, tulisan di blok, hingga dari zine yang beredar di komunitas musik yang tidak mudah didapat karena hanya dicetak dalam jumlah eksemplar yang sangat terbatas.

YY memulai bab pertama dengan menelusuri asal usul grunge, mulai dari era sebelum subkultur grunge resmi digunakan untuk menyebut salah satu genre di dunia musik.Pembahasan di bagian ini sangat penting untuk membantu kita mendefinisikan apa itu grunge. Sering kali, popularitas suatu istilah dalam musik membuat definisi dasar menjadi seolah tidak penting, sampai-sampai etimologi istilah tersebut terlupakan.

Grunge berasal dari slang grungy” yang secara harfiah berarti “jorok” dan “kotor”. Orang yang pertama kali menggunakan kata grunge dalam khasanah musik adalah Mark Arm pada tahun 1981. “…dengan memakai nama Mark McLaughlin untuk sebuah majalah Seattle, Desperate Times, ia mengkritik band Mr. Epp dan The Calculations sebagai ‘Pure grunge! Pure Noise! Pure Shit!‘” (hal. 3)

Beranjak dari bab pertama, YY mengajak pembaca merasakan atmosfer perkembangan musik grunge pasca kelahirannya. Mulai dari munculnya band Mudhoney yang diorbitkan oleh Sub Pop, label yang nantinya berpengaruh besar terhadap perkembangan musik grunge. Kemudian, munculnya band-band baru pada kompilasi Deep Six di tahun 1986 oleh C/Z Record. “Rekaman ini menampilkan multiple tracks dari enam band: Green River, Soundgarden, Melvins, Malfunkshun, Skin Yard dan U-Men. Bagi sebagian besar dari mereka, ini merupakan penampilan pertama mereka dalam sebuah rekaman.” (hal. 6)

Karakteristik musik yang biasa disebut sebagai Seattle sound ini juga dibahas dalam buku Grunge Still Alive. Dari penelusuran YY di situs Grunge 101 History, “…musik grunge adalah bentuk unggul persilangan progressive rock dicampur classic rock, ditambah psychedelic rock, digabung dengan musik folk dari Selatan, lalu dikawinkan dengah hard rock.” (hal. 14)

Persinggungan grunge dengan beberapa aliran musik yang mempunyai akar musik rock masih terdengar jelas. “Musik grunge pada umumnya berkarakter gitar elektrik dengan memakai efek yang berdistorsi berat, dinamisasi lagu yang sangat kontras dengan lagu umumnya, dan lirik yang berbeda atau penuh kemarahan.” (hal. 15); sebuah kombinasi suara yang sangat unik pada era awal kelahirannya.

Baca juga:

Subkultur Grunge

Dengan menggunakan kacamata pop culture, YY menjabarkan lanskap perkembangan grunge yang mewabah di kalangan anak muda. Peniruan budaya atau imitasi sebuah genre musik dari Seattle ini melewati tiga tahap, yaitu proyeksi, subjektif, dan objektif. Tiap fase diterangkan dengan cukup komprehensif oleh penulis pada halaman 51 sampai 67.

Tidak terbatas pada genre musik, grunge juga menjadi sebuah komunitas sosial anak muda Indonesia. YY membahas secara komplet pola pembentukan komunitas, pernak-pernik budaya apa saja yang mengiringi perkembangan, dan bagaimana setiap individu atau kelompok mengekspresikan ke-grunge-annya berdasarkan sumber data yang kaya. Di bagian ini, pembaca akan menemukan literatur unik tentang hal-hal apa saja yang memengaruhi bagaimana cara komunitas grunge membangun mode dan cara berpakaian mereka.

Buku ini juga membahas grunge sebagai subkultur anak muda dari sisi psikologis. Dengan teori Havighurst, YY mencoba merunut bagaimana grunge sukses menjadi identitas kelompok anak muda yang dipenuhi semangat pemberontakan terhadap budaya yang sudah mapan. Pernak-pernik subkultur grunge yang menjadi jalan masuk ke genre ini digandrungi anak-anak muda, serta menjadi elemen penting dalam pembentukan identitas kelompok ini.

Pengaruh siaran MTV sangat signifikan sebagai katalisator semangat grunge yang cocok dengan jiwa muda, yakni pembangkang dan berani. Dengan adanya MTV, seolah-olah anak muda menemukan apa yang mereka cari. “Tidak terbantahkan lagi bahwa MTV adalah faktor utama yang turut menambah benih serta memupuk hingga tumbuh suburnya komunitas grunge di Indonesia. Komunitas grunge mengenal budaya asal, band-band, cara berpakaian, dan gaya hidup grunge dari MTV.” (hal. 132)

Literatur Langka

Dalam buku ini, penulis benar-benar memberikan sebuah panorama luas musik grunge. Mulai dari band-band pengusung musik ini di mancanegara yang mungkin kita sudah tahu, tetapi baru sadar bahwa mereka pengusung musik grunge. Misalnya, Smashing Pumkins, Bush, dan Silver Chair, hingga band-band grunge yang tidak banyak dikenal masyarakat awam seperti Screaming Trees, The Walkabouts, Fluid, TAD, L7, dan Babes In Toyland.

Selain itu, buku ini juga memberikan daftar band-band grunge tanah air seperti Klepto Opera, Bolong, Ballerina’s Killer, Toilet Sounds, Seek Six Sick, Navicula, dan masih banyak lainnya. Hal ini membuat pembaca mempunyai peta eksplorasi musik grunge yang lebih luas.

Banyaknya literatur yang dirujuk oleh buku Grunge Still Alive ini adalah suatu keunggulan tersendiri. Akan tetapi, banyaknya rujukan juga membuat buku ini sulit dipahami karena penulis tidak memberikan kesimpulan secara ringkas dan lugas, baik di setiap babnya ataupun pada akhir buku. Pembaca menjadi kesulitan mengambil saripati dari buku setebal 278 halaman ini.

Baca juga:

Terlepas dari segala kekurangannya, lahirnya buku ini layak diapresiasi, baik itu oleh penggiat musik grunge, pengamat seni, akademisi yang bersinggungan dengan dunia musik dan kajian sosial budaya, ataupun masyarakat umum pada cakupan yang lebih luas. Minimnya literatur, khususnya buku tentang musik grunge, membuat posisi buku ini sangatlah penting: sebuah artefak literasi suatu subkultur yang sangat berpengaruh bagi anak muda di suatu zaman.

Grunge Still Alive mengajak pembaca merasakan kebisingan yang penuh semangat panggung-panggung musik grunge dan dinamika yang terjadi di sekitarnya pada setiap era. Sekurang-kurangnya, buku ini mampu memperluas wawasan pembaca sehingga mereka melihat grunge tak hanya sebatas Kurt Cobain, Nirvana, atau lagu Smells Like Teen Spirit saja.

 

Editor: Emma Amelia

Kukuh Basuki
Kukuh Basuki Menulis musik dan beberapa pernik-pernik budaya populer lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email