Tiga Epitaf Sengau
Sebilangan rindu
rumah sakit
sakit hati
hati kunang-kunang
menyala-nyala
Sepersekian api
membakar segalanya
hujan abu
tulang rusuk gosong
sop conro dan iga bakar
Sesekali hidup
sebuah kebetulan
kau menghitung peluang
dan
berkali-kali
mati
(2022)
–
Symphony 08 Salah Alamat
napas panjang The Beatles
nyawa pendek Gie
kertas minyak kehujanan
minoritas kena retas
dari screening dan screenshot
melesat dan terusir
di sebuah alkisah
negara dan dosa-dosanya
aku tak lagi mendengar ikan paus mendengus
jangkrik berlompatan di telinga
kita semua rindu damai dan senyum Soeharto
timbangan, emas dan mahar
kacamata dan kuncir rambut
aku kelilipan: sedang kau
berusaha memahami
puisiku dengan susah payah
sudah cukup, “ini tidak ada
hubungannya dengan keributan”
pengarang sudah mati bunuh diri
di halaman terakhir buku cerita
—tanpa alamat, tanpa akhir
kita bertepuk tangan
tiada akhir
atas kesedihan
dan betapa kerdil kita
(2022)
–
(Temanku) Mencoba Masuk Lingkaran (Sastra Paling Edgy)
Ini dia kisah temanku. Benar-benar pilu.
Tak baik kuceritakan. Ini aib. Aku kasihan.
Kau tak usah ikut kasihan. Siapa engkau mengasihani temanku. Aku pun tak berhak. Jadi begini. Temanku ingin bergabung. Dalam lingkar pertemanan. Katanya paling puisi. Edgy semboyanku. ******** nabiku. Tulang punggungku tersusun dari kata asing. Semakin asing semakin keren. Bahasaku adukan jenang dan dodol Garut. Bukan, itu kampungan. Bahasaku croissant (dibaca: krwa-san) dan tequila (dibaca: te’kila) campur mozzarella. Semakin tidak dipahami semakin asoy. Temanku masih saja berusaha masuk ke lingkaran itu. Ia tidak pernah menyerah. Hingga ia tak lagi menulis puisi. Hingga puisi meleburkan tubuhnya, dan makna menjadi malna. Menjadi kata yang pecah pada batok kepala ******* *****, gimbal **** **********, sedikit Flamboyan, tentu dengan mimpi, masuk lingkaran sastra paling edgy.
(2022)
–
Haiku Hokya
1
kipas angin berdesing
peluru rebahan
di jemuran basah kehujanan
2
tak perlu lagi humor
orang bersin, mata kelilipan
yang lain tersinggung
3
ayat-ayat setan
begal lebih mulia
orang hutang lebih galak
4
benarkah kita sembahyang
di ujung daun pisang
hampir jatuh, sambil misuh
5
tentu bukan soal
aku sebilangan gaji
awal bulan cerah
6
yang musykil
keributan akhir bulan
bokek dan penuh tagihan
7
berterima kasihlah pada
puisi yang tak menghidupi
hanya Indomie seleraku
(2022)
–
Poetica Lebaran
sejulur lidah api
menggelepar di atas meja
opor, gule, ketupat, lontong
segala kolesterol dan asam urat
menjadi paling menyayat
“bukankah keluarga itu
tak bisa dipisahkan?”
—O, keluar, gak?
(2022)
*****
Editor: Moch Aldy MA