Masa kecil generasi ’90-an seperti saya, diisi banyak sekali pilihan lagu anak, idola cilik, dan acara musik khusus lagu anak-anak. Kami tak pernah kehabisan stok lagu-lagu anak yang bisa dinyanyikan bersama teman-teman sepermainan setiap hari. Sesuatu yang tak lagi dinikmati oleh anak-anak generasi sekarang.
Pada era 90’an, saya sangat mudah menemukan lagu anak, baik itu di radio, televisi, kaset pita, atau di pentas-pentas Agustus-an. Pada awal dekade itu, muncul lagu yang saya dan teman-teman sangat suka, yaitu Si Lumba-lumba. Lagu enerjik yang dipadu suara serak bertenaga Bondan Prakoso membuat lagu itu sering dinyanyikan dengan spontan oleh anak-anak dalam keceriaan saat bermain bersama.
Penyanyi cilik lainnya yang mempunyai lagu-lagu hits adalah Melisa. Kalau generasi 90’an sudah lupa siapa dia, bisa lagi mencari lagu dengan lirik “Macet lagi… jalanan macet… Gara-gara Si Komo lewat…”
Yaps, lagu anak yang sangat imajiner berjudul Si Komo Lewat ini dinyanyikan oleh Melisa. Penyanyi dengan nama lengkap Melisa Trisnadi itu juga masih mempunyai lagu yang tak kalah populer seperti Abang Tukang Bakso dan Semut-Semut Kecil.
Selanjutnya penyanyi cilik yang tak kalah populer di kala itu adalah Enno Lerian. Enno mengisi dunia musik anak-anak era 90’an dengan lagu Si Nyamuk Nakal, Oio, Si Dakocan, Salaman, Semua Happy, Semua Ada di Sini, Du Di Dam dan masih banyak lainnya. Dua lagu yang saya sebutkan terakhir adalah hits Enno Lerian yang paling saya suka karena bertema kuliner Indonesia.
Dari genre dangdut juga tidak mau kalah. Mereka juga memberi sumbangsih pada lagu anak. Coba saja simak lagu Kecil-Kecil Si Cabe Rawit. Lagu yang dibawakan Puput Melati ini bergenre dangdut rock berirama cepat yang sangat populer di awal dekade 90’an.
Agnes Monica tentunya juga tidak boleh ketinggalan disebut sebagai artis cilik idola di awal dekade 90’an. Single pertamanya Meong menjadi lagu yang populer di kala itu dengan kutipan lirik yang ikonik “dasar kucing tidak sekolah…”
Pada masa ini juga blantika musik anak diramaikan oleh duo dan group musik anak yang tak kalah seru juga musik-musiknya. Trio Laris merupakan pioner group musik anak di awal 90’an. Beberapa lagu hits mereka seperti Mak Engket, Semua Mencium, dan Au Ah Gelap sangat monumental bagi anak-anak di era itu. Judul lagu yang terakhir sampai saat ini masih viral digunakan netizen dalam berkomentar walaupun saya yakin tidak banyak yang ingat kalau itu judul lagunya Trio laris, termasuk saya.
Trio Kwek-Kwek juga menjadi grup yang mudah diingat karena keunikan namanya. Trio yang beranggotakan Leony Vitria Hartanty, Alfandy Cahyono, dan Dhea Ananda ini muncul di blantika musik tahun 1994. Mereka memiliki hits-hits monumental seperti Rame-Rame, Semua Oke, Jangan Marah, Tanteku, dan Katanya.
Selanjutnya 4 MC Cilik dan 5 Bocah Reggae juga menyita perhatian publik di kala itu. Dua grup ini mempunyai genre yang hampir mirip. 4 MC cilik lebih ke dance music dan hip hop ala Ace of Base atau Fun Factory. Hits mereka waktu itu antara lain Bolos Sekolah, Melati, dan Dicuekin. Sedangkan 5 Bocah Reggae lebih ke arah Disco Reggae ala Inner Circle. Mereka juga mempunyai banyak lagu hits yang enak didengar dan sering diputar di televisi. Beberapa di antaranya adalah Cilukba, Biji-bijian, dan Si Kuman.
Selanjutnya pada paruh kedua hingga akhir dekade 90’an hingga awal 2000-an gelombang lagu anak belum berakhir. Pada waktu itu muncul sosok-sosok fenomenal seperti Joshua, Sherina, Tina Toon, Tasya, Maissy Arsyita, Dhea Imut, Cantika, Christina, Cindy Cenora, Geoffany, Saskia, Angie dan masih banyak lainnya. Dua penyanyi pertama sampai mempunyai film dengan judul nama mereka yaitu Joshua oh Joshua dan Petualangan Sherina.
Baca juga:
Pada paruh kedua tahun 2000-an lagu anak sudah semakin meredup dan tidak mendapatkan tempat di blantika musik tanah air. Ada beberapa penyanyi di periode itu namun tidak lagi populer atau pun menghasilkan lagu-lagu hits yang dikenang oleh anak-anak.
Pada awal periode 2010-an harapan bangkitnya permusikan anak-anak sedikit terobati ketika munculnya group Cowboy Junior. Kemunculannya yang fenomenal di masa sepinya penyanyi cilik menjadikan mereka cepat menjadi idola baru anak-anak di waktu itu. Namun sayang sekali lagu-lagu yang mereka bawakan mayoritas bertemakan percintaan dan dunia remaja. Hal itu membuat mereka sangat sulit dikategorikan sebagai grup musik anak.
Harapan saya kembali bangkit ketika di tahun 2014 muncul single lagu anak Malu Sama Kucing yang dibawakan Romaria. Lagu itu sempat viral dan yang palin menggembirakan adalah tema lagunya sangat mewakili dunia anak. Namun (lagi-lagi) sayang sekali kiprah Romaria tidak semulus pendahulu-pendahulunya di dunia idola cilik. Singlenya yang kedua Jangan Ngambek Aja tidak sepopuler single pertamanya. Selanjutnya kurang terdengar lagi apakah Romaria masih mengeluarkan single atau tidak. Setelah Romaria, sepertinya saya tidak pernah mendengar lagi idola cilik yang berhasil menembus pasar musik nasional hingga detik ini.
Industri musik hari ini
Pertanyaan yang mungkin terlintas di benak khalayak umum terutama pemerhati lagu anak adalah mengapa hal ini bisa terjadi? Akan sangat kompleks dan problematis untuk menjawabnya dengan satu penyebab tunggal. Tapi kalau diharuskan menjawab hal yang paling signifikan adalah berubahnya orientasi pelaku industri musik di Indonesia.
Baca juga:
Di era 90’an banyak sekali mayor label yang memberikan tempat bagi penyanyi cilik untuk rekaman dan mendistribusikan lagu-lagunya ke masyarakat. Fokus mayor label di dunia anak itu berdampak domino pada sektor-sektor lainnya. Melimpahnya lagu anak-anak membuat media massa seperti televisi dan radio banyak membuat acara-acara musik anak.
Di era saya masih kecil sangat banyak pilihan acara lagu anak-anak di televisi. Sebut saja yang paling populer seperti Tralala-Trilili, Bando, Kring-Kring…Olala, Cilukba, dan Klak-Klik. Jam tayang acara lagu anak yang berbeda-beda di berbagai stasiun televisi membuat anak-anak sangat mudah mencari hiburan lagu yang sesuai dengan tahapan usianya setiap hari.
Selanjutnya pasar lagu anak yang sangat menjanjikan itu juga akan menyedot banyak pelaku seni di luar anak-anak seperti penulis dan pencipta lagu anak. Di era 90’an ketika beberapa mayor label menaungi banyak artis cilik membuat dunia industri musik anak sangat meriah dan gemerlap. Hal itu membuat penulis lagu anak semakin bermunculan dan bersemangat membuat karya-karya musik anak di setiap tahunnya.
Melimpahnya lagu anak juga membuat dunia perfilman di televisi mempunyai banyak stok untuk serial film kartun mereka dengan lagu anak-anak Indonesia sebagai pembuka dan penutupnya. Beberapa lagu film anak-anak yang sangat populer di era saya masih kecil saya adalah lagu Doraemaon, Crayon Shinchan, Ninja Hatori, Chibi Maruko Chan, Kobo Chan, Sailor Moon, P-Man, Animaniac, dan Mojacko. Lagu-lagu itu selain cukup memorable dan memberi kesan indah, juga mempunyai struktur yang sederhana sehingga mudah dihafalkan dan dinyanyikan oleh anak-anak, terlebih bagi mereka yang menyukai filmnya.
Baca juga: Perjumpaan Musik dengan Film
Sayang sekali di era sekarang para pelaku industri musik, khususnya perusahaan rekaman mayor label tidak banyak memberikan kesempatan dan kepercayaan bagi penyanyi cilik untuk berkiprah di dunia permusikan anak. Mereka lebih menyasar pasar remaja dan dewasa yang lebih menjanjikan secara ekonomi. Praktis pola industri permusikan nasional yang sarat akan keegoisan khas orang dewasa ini membuat anak-anak di era sekarang sangat kekurangan asupan musik yang sesuai dengan tahapan usia perkembangan mereka.
Jika anak-anak sekarang lebih menyukai menyanyikan lagu dewasa, itu bukan salah mereka atau bergesernya selera lagu pada anak-anak. Mereka hanya tidak lagi punya pilihan lagu anak-anak yang melimpah seperti pada era-era sebelumnya.