Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Penikmat fiksi di waktu-waktu senggang. Berdomisili Gresik.

Mati Dua Kali

Alva Reza

2 min read

Mati Dua Kali

Ma, hari ini aku mati dua kali
Yang pertama dan paling awal
Aku mati terpukul benda tumpul
Yang mewujud barisan postingan
Berwajah sengit dan nihil cinta
Di suatu galaksi yang mereka sebut media sosial
Sosial, Ma, media sosial kata mereka

Ma, hari ini aku mati dua kali
Yang kedua dan kuharap yang terakhir
Aku mati terkena sebuah serangan yang secepat kilat
Ketika aku santai berkendara dengan motorku
Dari galaksi media sosial menuju kehidupanku
Kusadari tetiba tubuhku telah penuh dengan darah
Dan kepalaku terpisah dan tak lagi kenal tubuhnya
Kehidupanku yang riil, Ma

Kehidupanku membunuhku dengan penuh syahdunya
Begitu kilat dan begitu dadakannya
Aku was-was, Ma
Aku sungguh was-was untuk hari esok

Surabaya, 4 November 2021

Cara Menikmati Sebuah Senja

Pada sebuah senja yang dingin:
Ambil alih gelas yang disodorkan teman
Tak perlu berucap mantra, reguk saja sampai tandas
Rasakan. Rasakanlah semesta tersedot dan salto di dalam kepala
Temukan manis dan lembutnya desir angin mulai membelai telinga
Lalu sempatkan berkenalan dengan sekelompok batu

Sekarang ambil alih lagi gelas yang disodorkan teman
Lupakan janji-janji politik, kita dan mereka sama-sama teler
Ulangi sesuai instruksi awal jika kau sebelumnya gagal
Tak usah berkecil hati kalau-kalau kau ternyata tak mampu menemukan manis dan
lembutnya desir angin, atau batu menolak niat baikmu untuk berkenalan

Jangan biarkan temanmu menunggu, segera ambil alih lagi gelasnya
Kali ini cukup bayangkan saja dalam kepala
Bayangkan bahwa kau telah membabat kepala seluruh bajingan
Bayangkan bahwa kau telah membabat kepala seluruh bajingan di pemerintahan
maupun yang semayam dalam dirimu sendiri
Pada sebuah senja yang dingin

Surabaya, November 2021

Jam 3 Pagi

aku terbangun di jam 3 pagi
kucing-kucing beterbangan di atap
seekor cecak memangsa dua tikus gempal
semuanya serba membingungkan

aku terbangun di jam 3 pagi
aku membuka teleponku
sepi dan nyenyat
tak satu pun pesan dan panggilan
hanya wajahku terpampang di layar depan:
kuyuh, lesu dan kelu
bekerja apa ia di dalam sana?
seperti 360 tahun tanpa cinta
terlalu panjang bagi manusia-manusia 12 tahun

yang telah puas bercinta di kamar
mandi sekolah

aku terbangun di jam 3 pagi
kucing-kucing berjatuhan dari atap
seekor cecak kehilangan buntut
“negara lebih penting dari masalah pribadi”
tegas seorang juru bicara di berita

sialan, aku terbangun di jam 3 pagi
kucing-kucing tak terbang lagi
cecak dan tikus malah tak nampak
hari ini aku siap tersesat kembali

Gresik, 2021

Bulan Pagi

Aku melihat aku pagi-pagi
Seperti bulan itu
Sendiri dikalahkan subuh
Dalam remang sendiri tinggal
Sementara bintang-bintang lama tanggal

Merah semuanya merah di ufuk jauh
Sebentar lagi biru semuanya biru semua tahu

Sehimpun burung lalu-lalang
Berduyun-duyun menyampaikan kabar kabur

Aku melihat aku pagi-pagi
Menjadi sebentuk bulan yang kalah
Menyerahkan nasib pada pagi
Hari demi hari

Gresik, 2021

Seperti Geprek

aku ingin makan geprek
yang cabainya adalah jerit-jerit tertahan
sementara proses dapurnya membawaku
kepada padang suram cobek
dan takdir mewujud
sebagai sebentuk ulekan coklat tua
yang menggeprek sisa terakhir harapan
tanpa satu saja kata untuk menawar derita
aku ingin makan geprek
seorang pekerja ingin makan geprek
ibu menyusui ingin makan geprek
dan selalu ingin memesan satu lagi

Gresik, 2021

Murka Perempuan pada Rembulan

perempuan mencekik rembulan
di latar hitam yang beku
ketika desis angin
tak lagi menjawab
tiap-tiap baris tanya
yang tak pernah beralamat

perempuan menggorok rembulan
yang segera mati seketika
ketika pudar cahayanya
tak lagi meyakinkan
tanya tak beralamat
di lapak kumuhnya yang sepi
ditegaskan nyenyat kendaraan
pada ungu batas tepi malam,
“berikan merah yang itu,”
Jalanan lengang jadi barisan darah

perempuan menyeret pulang rembulan

Surabaya, 2021

Bulan (Masih) Sabit

dan tahun masih prolog
belum genap bulan
masih sabit tergantung
di sana-sini sudah merah
meminta-minta darah

siapa orangnya yang ngeh
bahwa bulan punya sabda
punya unek-uneknya
tau kapan mesti berutara
dan tahun masih prolog

(Untuk saudara-saudara setanah air yang diterjang beragam rupa bencana di awal
tahun 2021)

Gresik, 2021

Alva Reza
Alva Reza Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Penikmat fiksi di waktu-waktu senggang. Berdomisili Gresik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email