Di Warung Pecel
Anak muda itu tertatih menuju warung pecel langganannya. Sesampai di sana
ia langsung memesan dengan sopan:
“Rindu satu windu ya.”
“Minumnya?”
“Air Mata.”
“Pakai es?”
“Air Mata hangat.
Tanpa sedih yang
berkepanjangan ya.”
Rindu dan Air Mata tersaji.
Ia menyantapnya dengan lahap,
sampai lupa rindu sudah terbayar
dan air mata sudah kering juga lenyap.
(19 Juli 2022)
–
Di Halaman Depan
Kuketuk pintu rumah
Pemberi Hati dan kutanya:
Kenapa aku diberi hati
yang merasa bersalah
setiap hari?
Ia berkata betapa
hitam kelam hati
yang kugenggam
Aku pun meminta
agar hati ini diganti,
“dengan riba pun tak apa
asalkan baru dan berguna.”
(22 Juni 2022)
–
Iklan Obat Sepi, Sedih, dan Gusar
Kamu kesepian? Atau sedih berkepanjangan? Atau justru,
butuh ruang mengekspresikan
berbagai hal yang menggusarkan?
Ketuklah rumah bahasa berpintu puisi! Karena ia menerima tamu seperti kamu yang sedari tadi memikirkan apakah sebaiknya menjemput mati atau jangan.
(12 Juli 2022)
–
Disebabkan Rendra
Disebabkan Rendra,
setiap yang membaca
akan rindu kepada puisi.
Disebabkan Rendra, setiap
yang menikmati ingin menjadi
puisi itu sendiri. Disebabkan
Rendra. Disebabkan Rendra.
(14 Juli 2022)
–
Maka Menulislah
Dan jadikan ia penggaris-pengukur: seberapa patah, seberapa bodoh,
seberapa payah, seberapa ceroboh, seberapa kesedihan, seberapa kehilangan, seberapa tak bergunanya puisi,
seberapa rindunya kamu padanya, hari ini.
(Agustus 2019)
*****
Editor: Moch Aldy MA