Drama Korea kerap dijadikan pelarian dari rutinitas penontonnya. Menikmati dunia fiksi yang penuh keceriaan dan kebahagiaan membantu menghilangkan sedikit penat akan kesemerawutan dunia nyata. Namun, apa yang terjadi jika drama yang kita tonton malah menampilkan kesenduan hidup? Bisakah kita tetap menikmatinya?
Lost merupakan salah satu drama keluaran stasiun tv JTBC. Lost yang berjudul Korea 인간실격 (Ingansilgyeok) memiliki arti literal Human Disqualification. Judul ini terinspirasi dari novel Human Disqualification karya Osamu Dazai.
Di dalam scriptbook-nya, Kim Ji Hye selaku penulis naskah menyampaikan:
“Lost adalah kisah tentang keterasingan, kesepian, dan perasaan terdiskualifikasi. Karena alasan inilah, saya dengan berani menggunakan judul dari novel luar biasa yang memaparkan kisah mengenai kesepian dalam diri manusia. Kedua kisah ini memiliki nuansa yang sangat berbeda, meski begitu keduanya menyentuh elemen kunci dalam konteksnya.”
Lost merupakan karya televisi pertama dari sutradara Hur Jin-Ho. Memang nama Hur Jin-Ho sudah banyak dikenal di dunia perfilman Korea Selatan. Ia telah bertahun-tahun berkarya di dunia perfilman layar lebar. Salah satu karya legendarisnya adalah The Last Princess. Selain menjadi karya layar kaca pertama Hur Jin-Ho, Lost juga merupakan drama cameback Ryu Jun Yeol dan Jeon Do Yeon setelah beristirahat dari layar kaca selama kurang lebih lima tahun.
Lost merupakan salah satu drama yang ditunggu oleh penggemar drama dan film di Korea Selatan. Menjadi salah satu drama project 10 Years Aniversary JTBC dan membawa nama besar seperti Hur Jin-Ho, Kim Ji Hye, Jeon Do Yeon serta Ryu JunYeol, tak heran bila banyak yang berharap dan menaruh ekspektasi tinggi pada drama ini. Sayangnya saat penayangannya, drama ini mengalami penurunan rating yang cukup tinggi. Banyak penonton beranggapan ceritanya terlalu menyedihkan, terlebih ditayangkan saat pendemi, membuat masyarakat Korea Selatan beralih pada drama yang bernuansa lebih cerah dan membahagiakan.
Sinopsis
Lost bercerita tentang Lee Bu-Jeong (Jeon Do Yeon), seorang wanita 40-an tahun yang merasa tidak mencapai apa-apa dalam hidupnya. Ia kehilangan pekerjaannya serta janin dalam kandungannya, memiliki suami yang berselingkuh serta ibu mertua yang kerap menuntut. Lee Bu-Jeong perlahan-lahan tenggelam dalam kesepian dan keterpurukan, serta perasaan gagal sepanjang hidupnya.
Pada sebuah kesempatan Bu-jeong bertemu dengan Lee Kang Jae, seorang pemuda 27 tahun yang juga merasa dirinya bukanlah apa-apa dan tidak akan bisa menjadi apa-apa. Lee Kang Jae, menjalani bisnis jasa pelayanan (stan-in service) sebuah pekerjaan di mana ia berakting menjadi apa saja yang dibutuhkan pelanggannya. Ia bisa berpura-pura menjadi teman, kekasih, keluarga, kerabat, apa pun.
Pertemuan Bu-Jeong dan Kang Jae telihat seperti sebuah keajaiban. Kang jae yang tanpa sengaja mendengar Bu-Jeong mengungkapkan isi hati pada ayahnya di halte bus, merasa seakan mendapati dirinya sendiri yang terjebak dalam perasaan tidak menjadi apa-apa. Pertemuan mereka setelah itu semakin terasa seperti sebuah kebetulan. Kang Jae bahkan sempat menghentikan Bu-Jeong saat ia mencoba mengakhiri hidupnya sendiri. Kang Jae seakan ada dalam tiap momen keterpurukan yang dirasakan Bu-Jeong.
Ironi Kematian
Dibuka dan ditutup dengan kematian, Lost memulai kisahnya dengan adegan pemakaman. Kang Jae mendapati bahwa sahabat yang ia percaya, yang ternyata mengkhianatinya dan membawa lari uangnya, kini telah meninggal dunia. Karena temannya tak memiliki keluarga, maka mau tidak mau Kang Jae menjadi orang yang mengadakan pemakaman.
Lost memperlihatkan kematian kepada penonton dari berbagai sudut pandang. Bagaimana kematian memberikan makna yang berbeda pada tiap-tiap individu. Bagi Kang Jae, kematian ayahnya adalah awal mula kemalangan hidupnya. Melihat ayahnya terjebak di rumah sakit dan tak bisa melakukan apa-apa, hingga memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri, menimbulkan banyak pertanyaan dalam diri Kang-jae.
Hidup Kang Jae kecil dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Ia mempertanyakan makna hidup, makna keberadaan, serta makna kematian itu sendiri. Namun, kematian sang ayah seakan menutup semua aksesnya untuk menemukan jawaban. Kang Jae kecil yang dipenuhi pertanyaan dan tak menemukan seorang pun untuk menjawab pertanyaan itu, tumbuh besar dan menganggap bahwa uang adalah jawabannya. Ia menjadikan uang sebagai tolok ukur kehidupan.
Sementara Bu-jeong, kehilangan ayahnya ketika dia berusia 40-an, setelah mengalami berbagai kepahitan hidup, dan merasa bahwa dirinya tak pernah menjadi apa-apa. Bu-Jeong kehilangan sosok paling berarti dalam hidupnya. Sang ayah yang selalu mendengarkan berbagai keluh kesahnya, tempat berdialog, tempat berkeluh kesah, tempat bersandar dari kerasnya hidup. Melalui kematian sang ayah, Bu-Jeong menemukan makna hidup itu sendiri, melalui tiap gerakan dan usaha sang ayah. Keseluruhan perjalanan hidup sang ayah adalah jawaban bagi Bu-Jeong, jawaban bahwa hidup bukan hanya perkara menjadi, bahwa yang lebih penting dari menjadi adalah proses yang ia lalui.
Hal ini mungkin terdengar klise, namun penonton akan memahami saat melihat proses yang dilalui Bu-Jeong dalam menemukan jawaban atas hidupnya yang pahit. Dari prosesi pemakaman ayahnya, penonton dapat melihat bagaimana Bu-Jeong merefleksikan diri, menapaki jejak yang ditinggalkan ayahnya. Jejak kehidupan sang ayah. Penonton akan dapat memahami betapa berartinya kenyataan bahwa Bu-Jeong berhasil menemukan jawaban tersebut.
Diawali dengan kematian teman Kang Jae dan diakhiri dengan kematian ayah Bu-Jeong, Lost memperlihatkan sebuah ironi yang indah dari kematian. Bagaimana kematian membawa makna yang berbeda bagi tiap individu, memberikan pertanyaan sekaligus jawaban.
Karakter Pendukung yang Solid
Tak hanya Bu-Jeong dan Kang-Jae, Lost juga memiliki banyak pemeran pendukung. Tiap karakter dalam Lost seakan terhubung satu sama lain, serta saling merefleksikan kehidupan satu dengan lainnya. Melalui lagu Broken Hallelujah ciptaan Leonard Cohen serta kisah King David dan Bathshebah, penulis mengilustrasikan kompleksitas hubungan antara tiap karakter di dalam cerita.
Kisah David dan Bathshebah berhasil memvisualisasikan kisah cinta segitiga rumit antar pemainnya. Kang Jae – Bu Jeong – Jin Jun Su (Park Byung Eun) suami Bu-Jeong, sebuah hubungan yang rumit, kompleks dan sulit dimengerti.
Setiap karakter punya peran, fungsi dan porsi cerita yang pas. Meski begitu mereka tetap sebuah karakter yang berdiri sendiri, hidup dan memiliki dunianya sendiri. Bukan sebuah karakter yang diciptakan hanya untuk kepentingan karkater utama, tetapi merupakan karakter yang hidup dan memiliki dunianya sendiri, namun saling terhubung satu dengan lainnya.
Salah satu karakter yang paling menarik adalah karakter Jang A Ran (Park Ji Young). Ia adalah atasan Bu-Jeong, seorang artis yang menulis autobiografi, sedangkan Bu-Jeong adalah ghost writernya. Bu Jeong mengetahui sisi gelap A Ran ketika ia menyaksikan A Ran menjadi korban kekerasan suaminya. Saat mencoba menyelamatkan A Ran, Bu Jeong malah menjadi korban kekerasan suami A Ran.
Bu Jeong yang menyadari bahwa ia bukanlah satu-satunya korban kekerasan suami A Ran mencoba mengeksposnya. A Ran yang merasa citranya akan rusak jika publik mengetahui kelakuan suaminya, beralih menggunakan kekuasaannya untuk menghentikan Bu-Jeong. Ia membuat Bu-Jeong dipecat dari pekerjaannya.
Jung A Ran adalah seorang artis yang menjaga citra dirinya. Ia dan suaminya memiliki citra sebagai keluarga bahagia, pasangan yang saling mendukung dan mencintai. Ia tak ingin kehilangan citra itu, maka meski ia sendiri adalah korban kekerasan dalam rumah tangga, ia menahan diri dan tetap menjalani hidup sebagai istri yang baik. Meski ia sendiri adalah korban, ia menggunakan kekuasannya untuk menghancurkan orang lain, dan menjadi pelaku kekerasan.
Keindahan Monolog
Salah satu hal yang paling berkesan ketika menonton Lost adalah monolog Kang Jae dan Bu-Jeong dalam tiap episodenya. Monolog yang memperlihatkan kompleksitas hidup, baik bagi Kang Jae maupun Bu Jeong. Mereka kerap memulai monolog dengan memanggil sang ayah, 아버지 (abeoji) atau ayah dalam bahasa Korea. Monolog ini seakan menjadi cara bagi Kang Jae dan Bu-Jeong untuk membuka diri pada penonton. Memperlihatkan kegundahan dan kegelapan dalam diri mereka.
Melalui monolog ini pula penulis memperlihatkan perkembangan karakter Bu-Jeong dan Kang Jae. Bagaimana mereka merasa tersesat dalam kehidupan ini, serta bagaimana mereka mencoba mencari jawaban dari pertanyaan hidup. Kang Jae terjebak dalam pemikiran bahwa uang adalah tolok ukur kebaikan. Baginya orang yang paling banyak menghabiskan uang untuknya adalah orang yang paling mencintainya. Hidupnya yang hanya dipenuhi pertanyaan tanpa jawaban membuatnya merasa berada di kehampaan. Bagi Kang Jae, Bu-Jeong adalah jalan menemukan jawaban, atau malah awal dari beragam pertanyaan baru.
Sementara bagi Bu-Jeong yang hidup dalam ketiadaan, bersama suami yang tidak bisa memahami dirinya, atau ibu mertua yang menolak memahami dirinya, Kang Jae adalah orang asing yang membuatnya merasa dipahami. Satu-satunya orang selain ayahnya yang berhasil melihat kesedihan di dalam dirinya. Orang-orang di sekitar Bu-Jeong kerap melihat Bu-Jeong sebagai sosok yang dipenuhi kemarahan. Namun Kang Jae adalah satu-satunya orang yang melilhat kesedihan dalam diri Bu-Jeong,
“Mengapa kau selalu terlihat sangat sedih?” sebuah pertanyaan sederhana itu terlempar dari Kang Jae kepada Bu-Jeong. Sebuah pertanyaan yang memvalidasi segala kesedihan Bu-Jeong selama ini.
Baik Kang Jae maupun Bu-Jeong hidup dalam kehampaan dan kesepian yang tidak seorang pun pahami. Keduanya berdialog dan mencoba menemukan jawaban dari beragam pertanyaan yang terpendam. Dialog yang membawa keduanya menemukan cahaya baru dalam hidup. Keduanya tidak begitu saja terlepas dari kehampaan dan kesendirian itu, namun keduanya menemukan celah kecil untuk bisa tetap bernapas.
Bagi saya Lost bukanlah sebuah kegagalan. Drama ini memang tidak mendapatkan rating yang luar biasa, namun rating hanyalah satu dari sekian banyak tolok ukur keberhasilan sebuah drama. Drama ini berhasil memperlihatkan kompleksitas hidup dari berbagai sudut pandang. Kesepian yang dialami mereka yang berusia 20-an, 40-an atau bahkan 60-an. Kenyataan bahwa siapapun itu, terlepas dari usia, bisa saja terjebak dalam kesepian. Menonton Lost mungkin akan membuat kita merasa kehabisan energi, atau ikut tersesat di beberapa titik. Namun itu adalah sebuah perjalanan yang layak dilalui.
***
Editor: Ghufroni An’ars
Reviewnya bagus banget kak! Ringan, ga susah untuk mengerti. Jadi makin paham perasan dari kedua pemeran utama. Jujur aku blm selesaiin drama ini karena aku ikut down banget waktu nonton. Tapi setelah membaca review ini kayaknya aku harus segera mencari waktu luang utk nyelesein episode yg blm aku selesein deh
Reviewnya bagus banget kak! Ringan, ga susah untuk mengerti. Jadi makin paham perasan dari kedua pemeran utama. Jujur aku blm selesaiin drama ini karena aku ikut down banget waktu nonton. Tapi setelah membaca review ini kayaknya aku harus segera mencari waktu luang utk nyelesein episode yg blm aku selesein deh