Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Lagi-Lagi Senioritas

Hillbra Naufal Demelzha Gunawan

1 min read

Senioritas di lingkungan universitas di Indonesia adalah fenomena uzur yang masih terus dipelihara atas nama kultur. Di situ, model relasi yang hierarkis tumbuh subur antara mereka yang lebih dulu menjadi mahasiswa dengan mereka yang baru menjadi mahasiswa belakangan.

Senioritas membuat kampus sebagai tempat belajar menjelma jadi seolah-olah barak militer. Doktrin-doktrin agar mahasiswa baru patuh tanpa mempertanyakan perintah digaungkan. Para senior bebas menyalahgunakan wewenang dan berbuat semau gue hanya karena lebih tua. Sering kali, para pelaku senioritas tidak memikirkan konsekuensi dari perilaku mereka. Yang mereka pentingkan hanyalah perasaan puas dan bangga yang harus dijaga dengan menindas para junior. Alih-alih menghentikan, pihak universitas justru sibuk menutupi tindakan senioritas selagi belum ada korban jiwa.

Fenomena senioritas di kampus-kampus jelas tidak sejalan dengan cita-cita Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Fenomena ini sekaligus menunjukkan kontradiksi yang memalukan; lingkungan pendidikan di negara demokrasi justru tidak mempraktikkan demokrasi.

Senioritas mahasiswa bukan fenomena baru. Ia telah berlangsung sejak zaman dahulu. Dalam buku Catatan Seorang Demonstran, Soe Hok Gie menceritakan kesaksiannya tentang tindak senioritas para penyelenggara ospek Universitas Indonesia. Mereka membentak, memaki, dan melalukan kekerasan fisik terhadap para mahasiswa baru.

Sayangnya, senioritas tetap tidak hilang meskipun telah melalui berkali-kali pergantian menteri dan perubahan kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia. Senioritas terlanjur membudaya. Usaha untuk memutus mata rantai fenomena ini pun terhalang faktor psikis personal seperti keinginan membalas dendam dalam benak para korban senioritas.

Baru-baru ini, senioritas kembali menelan korban jiwa, tepatnya di Poltekpel Surabaya. Korbannya adalah seorang taruna yang dianiaya oleh seniornya. Pelaku lalu menyatakan permohonan maaf dan mengaku khilaf atas perbuatannya. Kepada polisi, pelaku mengaku bahwa ia tidak menyangka apabila korban akan sampai meninggal dunia akibat dari pembinaan yang dilakukannya.

Pertanyaannya, pembinaan macam apa yang dilakukan dengan cara memukul langsung ke arah perut dan ulu hati? Pembinaan berupa kekerasan bukanlah jalan untuk mengembangkan karakter individu. Alih-alih mendidik karakter individu agar baik, yang terbentuk justru karakter pendendam yang juga akan melakukan hal yang sama terhadap junior yang dibinanya nanti.

Baca juga:

Program pendidikan karakter yang digembar-gemborkan pemerintah di ranah pendidikan bertabrakan dengan eksistensi praktik senioritas. Hakikat pendidikan karakter tidak hanya melatih kecerdasan emosional dan intelektual, tapi juga tindakan yang memanusiakan manusia. Kontradiksi dua hal itu menjadikan pendidikan di Indonesia hipokrit. Para mahasiswa yang dididik untuk saling mengasihi justru menjadi orang-orang bertajuk senior yang hobi mendehumanisasi.

Program pendidikan karakter belum berhasil memberantas masalah-masalah fundamental yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Institusi-institusi pendidikan tinggi harus segera berbenah dan berusaha sebaik-baiknya menciptakan lingkungan kampus yang demokratis, damai, dan aman bagi para peserta didik. Jangan sampai ada lagi nyawa melayang karena tindakan khilaf dari para senior.

Pesan saya buat para pelaku senioritas yang masih merasa hebat dan berbangga diri atas tindakannya:

Kalian tidak keren saat menindas junior. Kalian hanya terlihat bodoh di hadapan mereka. Kelak, kalian akan menyadari bagaimana bodoh dan tidak lucunya kalian saat melakukan hal itu. Salus populi suprema lex esto!

 

Editor: Emma Amelia

Hillbra Naufal Demelzha Gunawan
Hillbra Naufal Demelzha Gunawan Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email