Kritik Keberpihakan Filsuf Jurgen Habermas kepada Israel

Tedy Aprilianto

2 min read

Sejak perang antara Palestina dan Israel memanas pada 7 Oktober 2023 lalu, banyak tokoh besar memberikan komentar serta status dukungannya, tak terkecuali filsuf besar Mazhab Frankfurt, Jurgen Habermas. Habermas memberikan argumen tentang pembelaan terhadap tindakan Israel. Habermas memberikan pernyataan bahwa reaksi yang dilakukan Israel di Gaza merupakan hal yang dapat dibenarkan. Dalam argumennya, ia menilai jangan ada asumsi publik yang menilai Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.

Habermas menilai reaksi Israel adalah reaksi yang tidak sebanding dengan kondisi genosida yang disengaja. Israel melakukan serangan balik merupakan bentuk pembelaan atas serangan Hamas. Habermas menilai keberpihakannya terhadap Israel merupakan bentuk solidaritas terhadap kaum Yahudi. Adapun tujuan lain keberpihakan Habermas ialah untuk menekan pertumbuhan pemahaman politik antisemitisme. Sebagai filsuf sosial dan politik yang cukup ternama, Habermas tetap memegang teguh prinsip solidaritas.

Baca juga:

Habermas menolak tuduhan genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza. Selain itu, ia menilai bahwa apa yang dipikirkan orang terkait genosida oleh Israel merupakan tuduhan orang yang telah kehilangan parameter berpikirnya. Dalam mengungkapkan argumen tersebut, Habermas juga menilai kondisi dunia. Semenjak eskalasi konflik memanas, banyak negara di dunia memihak Palestina sehingga Israel pun mendapatkan pandangan buruk. Dengan adanya dinamika tersebut, Habermas menilai di Jerman atau bahkan di dunia sikap antisemitisme bakal tumbuh. 

Dengan pembacaan tersebut, Habermas menilai dirinya sangat perlu bersolidaritas dengan Israel untuk memberantas gerakan atau gertakan masyarakat terkait antisemitisme. Ia menyuarakan antisemitisme, khususnya di Jerman, karena di sana pernah ada pandangan historis yang mendiskriminasi kaum Yahudi. Dalam keberpihakannya kepada Israel, Habermas menganjurkan kepada publik perlunya kesadaran dalam mengakui keberlangsungan hidup orang Yahudi dan Israel sebagai nilai-nilai fundamental.

Baca juga:

Argumen Habermas Tak Dapat Dibenarkan

Habermas menilai langkah Israel melakukan serangan balasan terhadap Palestina pasca serangan Hamas merupakan hal yang dapat dibenarkan. Namun, Habermas di sini tidak menilai bagaimana perlakuan Israel yang secara historis memiliki catatan kelam terhadap masyarakat Gaza.

Habermas menilai dan meminta publik untuk tidak berasumsi bahwa Israel melakukan genosida terhadap masyarakat Palestina. Akan tetapi, asumsi yang dimaksud oleh Habermas ini berbanding terbalik dengan keadaan di medan perang. Berdasarkan data pemerintah Palestina, 14.800 orang telah menjadi korban tewas atas perlakuan Israel. Sebanyak 68% korban jiwa adalah anak-anak dan perempuan.

Argumen Habermas terkait penolakan tuduhan genosida layak dibantah, sebab Israel sendiri telah menyerang Gaza tanpa pandang bulu hingga menyebabkan anak-anak dan perempuan pun menjadi korban. Argumen Habermas yang berpihak kepada Israel tidak valid dan manusiawi. Data yang beredar sama sekali tidak bisa membenarkan argumen tersebut.

Argumen Habermas bisa dibenarkan jika fokus utamanya hanya pada antisemitisme. Namun, tidak dengan keberpihakannya menolak mengakui bahwa Israel telah melakukan genosida, begitu pun dengan pembenaran tindakan Israel kepada masyarakat Gaza.

Dari argumen Habermas, antisemitisme ini hanyalah argumen yang berlandaskan historis Jerman. Habermas berbicara antisemitisme bakal tumbuh karena Yahudi pada masa lalu didiskriminasi di Jerman dan dipindahkan ke tanah Palestina. Akan tetapi, Habermas tidak memahami apa yang dilakukan oleh bangsa Yahudi yang pindah ke tanah Palestina. Kembali ke sejarah, bangsa Yahudi yang dipindahkan ke Palestina ini merebut hak tanah masyarakat Palestina. Karena ketakutan antisemistisme muncul, Habermas menilai pihak Israel merupakan pihak yang dapat dibenarkan. 

Pembenaran yang valid adalah pembenaran bahwa Yahudi telah merebut tanah Palestina. Hal ini sudah tercatat dalam berbagai macam catatan sejarah. Tindakan perlawanan Palestina terhadap Israel merupakan perang perebutan tanah, bukan untuk menumbuhkan antisemitisme. Begitu pun dengan pemahaman dan sikap mayoritas negara-negara anggora PBB.

Dalam voting sidang umum PBB, mayoritas masyarakat dunia menilai perang Palestina dan Israel adalah kejahatan kemanusiaan, bukan penumbuhan sikap antisemitisme. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa solidaritas Habermas kepada Israel hanyalah bermodal ketakutan antisemitisme, bukan berlandaskan kemanusiaan.

 

Editor: Prihandini N

 

Tedy Aprilianto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email