Kesepian Abadi
Kesepian adalah tanah air
kita yang harus kehilangan
lahan karena tanahnya tak lagi subur;
Kita yang terlampau lelah karena
air dan limbah terlanjur berbaur.
Kesepian adalah malam-malam
kita yang mati dihantam
dendam karena bualan di atas mimbar
menyulap kelam menjadi
seonggok sabar
yang gentar.
Seolah kitalah pemenang waktu yang
pada saatnya akan bahagia
selamanya. Padahal kesepian
telah lama menidurkan kita
di tepian waktu
dengan kata.
Kita adalah sepasang kesepian
di lorong-lorong kematian
yang perlahan semakin senyap.
Perlahan semakin sunyi. Hingga
perlahan kesepian
membawa kita
abadi.
Kematian Sepi
Kesepian menjelma pepohonan
rindang dipeluk hujan, dan
meradang dilahap api
kemerdekaan.
Yang fana. Yang rentan.
Yang penuh umpatan.
Kesepian mengejawantah pada jalanan
aspal penuh lobang, seolah danau di mana
ikan-ikan menganga siap menerima
umpan berupa janji-janji.
Yang sampah. Yang muntah.
Yang ramah-marah.
Kesepian menyelimuti rembulan
malam yang murung setelah
cahayanya dipasung oleh
gemerlap kota
dan gedung-gedung.
Yang brutal. Yang palsu.
Yang melulu tak menentu.
Pada akhirnya kesepian
adalah gempa yang mengguncang
semua kemunafikan. Karena semua
kemunafikan adalah hantu
yang merasuki kita saat kematian
enggan mendatangi.
Gerimis Malam itu
Gerimis malam itu
menjadi insrumen paling
merdu, yang mengiringi
kenangan menari
soal masa lalu.
Gerimis malam itu
menyuburkan rindu,
yang telah kau tanam
dengan sendu di pekarangan
waktu.
Gerimis malam itu
mengheningkan cinta
yang karam diterjang
jarak, yang kelam
digulung isak.
Gerimis malam itu
Malam gerimis itu
yang basah dan
sendu.
Kau menadah rintik
dalam matamu yang
lentik.
Dan dalam dadamu
yang makin berdebar,
gerimis menitipkan raut
yang terpaut dengan
sabar. Perlahan
pudar,
Seperti negara kita
yang semakin
hambar.
Kenangan yang Kesepian
Kenangan itu, kau tahu,
adalah keabadian yang
meniadakan perpisahan;
Wajah lain pertemuan
yang hadir dalam
kesunyian waktu.
Kenangan itu, kau tahu,
merupakan sebutir
kesenangan yang
menguap
pada wajah bengap
peradaban.
Sebelum kau tunggang-langgang
ditelan masa lalu, kenangan
lebih dulu hadir:
Dalam wajah purba
Dalam wajah duka
Dalam wajah luka
Mari sini, kau yang sama-sama sepi,
kita menelanjangi waktu
sebelum aku dan kau
purna menjadi kita, yang
saling merenda dalam
kenangan; yang saling
merindu dalam kehilangan.
Tempat
Tanah
Air.
Akhir Kesepian
Ada yang menanak air mata karena kesepian
Ada yang terbahak-bahak karena kesepian
Pada akhirnya kesepian bukanlah sejumlah duka
Pada akhirnya kesepian bukanlah sejumput bahagia
Kesepian adalah apa-apa yang merangkum
segala keharusan yang hadir
dalam hidup:
Berduka, bahagia, menangis, tertawa
merindu, mencintai, membenci,
menindas dan tertindas, sejahtera,
kejahatan, kebaikan, dan lain-lain,
dan lain-lain,
dan lain-
lain.
Pada akhir yang paling
akhir, awal yang paling
awal, kesepian adalah
masing-masing yang
merangkum kita
menjadi
ada.
(Yogyakarta, 2022)