Banjir rob bukan peristiwa langka di beberapa wilayah di Pantai Utara Jawa, mulai dari Semarang, Demak, Pekalongan, Tegal, Pati, Rembang, hingga Tuban. Namun, banjir rob yang terjadi baru-baru ini merupakan salah satu yang terparah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Ketinggian air laut mencapai 210 cm di atas permukaan laut, dan ketinggian ini menggenangi sebagian wilayah di Jawa bagian utara.
Jika berkaca pada situasi yang terjadi, banjir rob beberapa saat lalu diakibatkan oleh 4 hal seperti yang disampaikan Yanto, Ph.D, dosen Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Keempat hal tersebut antara lain yaitu : fenomena pasang-surut laut yang menjadi siklus, meningkatnya debit aliran sungai besar di sekitar pantai akibat curah hujan yang tinggi serta rusaknya hulu sungai, fenomena perubahan iklim, serta turunnya permukaan tanah pesisir pantai.
Dari beberapa penyebab tersebut, poin pertama dan ketiga merupakan faktor alam yang pada dasarnya hanya dapat dihindari dengan tindakan preventif atau pencegahan, ataupun melalui pembangunan fasilitas pencegahan banjir rob. Namun yang perlu menjadi perhatian serius ialah faktor kedua dan keempat yang banyak diakibatkan oleh manusia. Pembangunan yang lajunya terus meningkat setiap saat akibat pertumbuhan penduduk dan menggeliatnya aktivitas ekonomi meninggalkan beberapa kerusakan masif. Kerusakan-kerusakan tersebut bukan hanya terjadi dalam skala kecil yang bisa diperbaiki, namun juga berdampak luas terhadap lingkungan.
Menurunnya upaya konservasi lingkungan khususnya area hutan serta konsekuensi dari berubahnya tata guna lahan menyebabkan sungai besar yang seharusnya mampu mengalirkan air hujan ke hilir tidak dapat berjalan dengan maksimal. Alih fungsi lahan yang menyebabkan lebar sungai menjadi lebih sempit membuat debit air yang besar tidak mampu ditampung oleh sungai. Selain itu, sungai yang disalahgunakan sebagai tempat pembuangan limbah juga turut menyebabkan banjir di pemukiman masyarakat kian parah, sebab limbah yang menumpuk akan menyebabkan kedalaman sungai kian menyusut.
Penurunan Permukaan Tanah
Permasalahan tidak hanya berhenti sampai di situ. Penurunan permukaan tanah di daerah sekitar pantai juga turut memperparah banjir yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. Meningkatnya pembangunan industri, fasilitas publik, pemukiman penduduk, serta pengeboran air tanah menjadi beberapa hal yang menyebabkan permukaan tanah di sekitar pantai terus menurun setiap tahunnya. Area pantai yang tidak memiliki tanggul akan rentan terkena imbas air pasang apabila ketinggian muka tanah di daerah tersebut menurun.
Pasca banjir, pemerintah serta dinas terkait menegaskan akan mengebut pembangunan tanggul laut guna mencegah air pasang masuk ke permukaan tanah. Namun apakah itu adalah solusi terbaik? Para ahli dan peneliti dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia banyak yang menyatakan bahwa banjir rob yang terjadi di sepanjang Pantai Utara Jawa bukan semata-mata disebabkan air pasang, lebih dari itu banjir kali ini juga diperparah dengan penurunan permukaan tanah (land subsidence). Penurunan permukaan tanah adalah kondisi yang tidak bisa diperbaiki, namun bisa dihentikan apabila ada usaha untuk meminimalisirnya. Dua penyebab utama menurunnya permukaan tanah ialah akibat pembangunan gedung-gedung yang semakin banyak, serta pengeboran air tanah yang tidak terkendali, khususnya di daerah pesisir pantai.
Bagi pemerintah, menyuruh warga untuk berhenti mengambil air tanah bukanlah hal yang mudah, sebab mustahil bagi pemerintah menyuruh warga berhenti mengambil air tanah sedangkan mereka tidak terlebih dahulu memberikan alternatif sumber air yang baik dan layak untuk digunakan. Salah satu upaya yang mungkin bisa digunakan untuk menghentikan warga mengebor air tanah ialah dengan terlebih dahulu menyediakan infrastruktur penyalur air bersih dengan harga yang murah, sehingga dapat diakses oleh semua masyarakat. Dengan adanya instalasi air bersih, maka masyarakat tentu akan beralih. Salah satu alasan mengapa masyarakat hingga kini masih mengebor air tanah ialah karena mahalnya biaya air, ditambah akses ke infrastruktur penyedia layanan air bersih yang masih sulit.
Baca juga:
Perubahan iklim yang sulit dikontrol menyebabkan peningkatan tinggi air laut terus terjadi setiap tahun. Air laut setiap tahunnya terus mengalami peningkatan ketinggian dari 3 – 8 mm. Namun banjir rob kali ini bukan hanya serta merta karena tingginya air pasang, namun juga penurunan permukaan tanah di beberapa daerah di Pulau Jawa sudah sangat parah. Beberapa wilayah seperti di Jakarta dan Pekalongan bahkan terus mengalami land subsidence sebesar 15 – 20 cm setiap tahunnya. Bayangkan saja jika penurunan muka tanah tidak mampu dikendalikan, dalam 10 – 20 Tahun ke depan akan seperti apa daerah pesisir pantai utara di Pulau Jawa.
Meskipun banyak menimbulkan pro dan kontra, melihat situasi banjir dan terus menurunnya muka tanah di beberapa wilayah di kota besar Pulau Jawa, rasanya mungkin saja akan ada beberapa wilayah yang tenggelam. Solusi penanggulangan apabila tidak dibarengi dengan upaya pencegahan tidak akan berarti apa-apa. Pemerintah sebagai institusi yang bertanggung jawab harus mampu mengatasi banjir rob yang sudah menjadi siklus musiman di beberapa daerah. Namun naif sekali jika kita hanya menyalahkan pemerintah. Masyarakat sebagai penyokong sekaligus aktor dalam kehidupan sosial bermasyarakat juga harus ikut mendorong perubahan serta mengawal program pemerintah guna mencegah banjir yang semakin parah kembali terjadi. Tidak perlu melakukan hal besar untuk mencegah bencana, cukup mengubah kebiasaan-kebiasaan kecil yang buruk dengan kebiasaan baik yang terus dilakukan.