Kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja, bahkan di tempat-tempat yang dianggap suci sekali pun. Film Spotlight berusaha menggambarkan hal tersebut. Film ini menceritakan usaha koran Boston Globe untuk mengungkap kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh para pastor kepada anak-anak. Terdengar mengerikan, bukan? Akan lebih mengerikan lagi saat kita tahu bahwa film ini berdasarkan kisah nyata.
Spotlight sendiri merupakan tim reportase khusus dari Boston Globe yang bertugas menginvestigasi kasus-kasus secara mendalam. Saat itu, tim yang terdiri dari Robby, Mark, Sascha, dan Matt ingin menyelidiki kasus penipuan di kepolisian. Rencana tersebut berubah sejak Boston Globe kedatangan editor baru yaitu Baron.
Pada rapat perdana, Baron mengatakan tertarik dengan kolom yang ditulis oleh Eileen McNamara. Kolom itu membahas kasus pencabulan oleh Pastor Geoghan di enam paroki berbeda selama 30 tahun terakhir. Ketertarikan Baron direspons remeh oleh karyawan lain. Karyawan lain menganggap bahwa itu hanya sebuah kolom biasa. Meski tidak direspons dengan baik, Baron tetap kukuh untuk menyelidiki kasus ini secara mendalam. Dia pun menugaskan tim Spotlight untuk mengambil tugas ini.
Kekejian yang Ditutupi
Sedari awal, Baron dan tim Spotlight menyadari bahwa kasus ini adalah kasus yang sulit. Dokumen kasus kekerasan seksual yang dilakukan pastor ditutup-tutupi oleh gereja dan pengadilan. Baron mengajukan mosi ke pengadilan untuk membuka dokumen tersebut untuk umum. Namun, mosi yang diajukannya secara tidak langsung sama dengan menggugat kuasa gereja. Hal inilah yang sempat dikhawatirkan oleh petinggi Boston Globe, sebab 53% dari pembaca mereka beragama Katolik.
Tim Spotlight mengawali investigasi dengan menemui Garabedian dan Macleish. Keduanya adalah pengacara yang banyak mengawal kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh para pastor. Dari penjelasan mereka berdua, diketahui bahwa gugatan kekerasan seksual kepada para pastor sering mengalami jalan buntu karena tiga hal: pertama, batas gugatan yang hanya tiga tahun dan kebanyakan korban tidak pernah menggugat selama itu. Kedua, walaupun para korban terus melawan, undang-undang hanya membatasi ganti rugi yang sedikit untuk kasus pencabulan anak. Ketiga, pihak korban serta pengacara banyak ditekan oleh pihak gereja.
Setelah menemui Garabedian dan Macleish, tim Spotlight menemui Phil Saviano, salah satu anggota dari organisasi korban kekerasan seksual pastor yang diberi nama SNAP (Survivor Network of Those Abused by Priest). Saviano bercerita pada mereka bahwa dia dicabuli Pastor David Holley saat usianya masih 11 tahun. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh para pastor cabul tersebut bukan hanya pelecehan jasmani, tapi juga pelecehan rohani. Para pastor tersebut memanfaatkan jubah mereka untuk memperkosa anak kecil.
Baca juga:
Awalnya, tim Spotlight menganggap bahwa ada 13 pastor cabul di Boston seperti yang diungkapkan oleh Saviano. Namun, perkiraan tersebut sirna setelah Mike berbincang dengan Richard Sipe, seorang mantan pastor yang pernah bekerja di pusat rehabilitasi gereja. Selama 30 tahun, Sipe meneliti tentang para pastor yang cabul beserta korban-korbannya. Beberapa kali Sipe mencoba mengungkapkannya sampai akhirnya dia dikeluarkan dari keuskupan karena mencemari nama gereja.
Dari Sipe pula, tim Spotlight tahu bahwa setelah kedapatan mencabuli, para pastor tersebut hanya dipindahtugaskan dengan alasan yang dibuat-buat, seperti cuti sakit, cuti paksa, dibebastugaskan, dan panggilan darurat. Tim Spotlight terkejut sebab perkiraan 13 Pastor dipatahkan oleh Sipe. Menurutnya, ada sekitar 90 dari 1500 pastor di Boston yang pernah mencabuli anak-anak.
Mosi yang diajukan Baron untuk membuka dokumen kasus kekerasan seksual oleh Pastor Geoghan disetujui oleh pengadilan. Dari dokumen tersebut, diketahui bahwa Kardinal Law mengetahui kebejatan Pastor Geoghan dan tidak bertindak apa-apa.
Pertentangan sempat terjadi antara Robby dan Mike. Mike ingin agar tim Spotlight segera mengeluarkan berita tentang kebejatan Pastor Geoghan, tetapi Robby tidak menyetujuinya. Dia menyuruh Mike untuk sedikit bersabar sambil mencari bukti dari kasus pastor lainnya. Baginya, mereka tidak bisa hanya melaporkan kasus Pastor Geoghan karena hal itu bisa dengan mudah dibantah oleh gereja sebagai kelalaian semata.
Kejahatan Sistemik
Robby ingin menunjukkan bahwa kebejatan para pastor ini adalah kekerasan seksual yang sistemik dan dilindungi oleh gereja. Mereka harus fokus untuk menggugat lembaga dan sistem alih-alih fokus pada pastor secara individu.
Singkatnya, berbagai bukti berhasil dikumpulkan dan Boston Globe mencetaknya menjadi artikel. Artikel tersebut bukan hanya menggemparkan Boston dan Amerika Serikat, tapi juga dunia.
Artikel tersebut bukan pemberhentian terakhir tim Spotlight. Sepanjang tahun 2002, mereka menulis 600 artikel tentang skandal kekerasan seksual yang dilakukan oleh para pastor. Total ada 249 pastor dan biarawan di Keuskupan Boston yang didakwa atas tindak pencabulan.
Dalam kasus ini, tindakan yang dilakukan oleh Kardinal Law dan antek-anteknya adalah sebuah kejahatan. Pelaku dilindungi untuk menjaga nama baik agama dan gereja tanpa memikirkan kehidupan macam apa yang mungkin akan dialami para korban ke depannya.
Kasus macam ini sudah sering terulang di berbagai negara dengan latar belakang agama yang berbeda. Di Prancis, sejak 1950 sampai 2020 dilaporkan ada sekitar 330.000 anak yang menjadi korban pelecehan pastor dan pejabat Gereja Katolik Prancis. Di Indonesia, kita tentu belum lupa dengan kasus kekerasan seksual di Pesantren Shiddiqiyyah
Berbagai kasus kekerasan seksual yang terjadi di ruang yang seharusnya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan membuktikan bahwa tidak ada ruang yang benar-benar aman di dunia ini. Para pelaku serta mereka yang bersekutu untuk melindungi kekerasan seksual tidak jauh berbeda dari iblis.
Editor: Prihandini N