Kakek dan Cucu
pada suatu sore yang nahas
bumi yang lelah berputar
tersandung kakinya sendiri.
bumi punya kaki, kek?
o, tentu punya, liliku sayang.
kalau enggak punya, dengan apa
bumi mengelilingi matahari, kan?
kata guru, bumi itu bulat,
enggak punya tangan dan kaki.
ya, gurumu benar. tapi ini lebih dari benar.
ya sudah, deh, terserah kakek saja.
terus, apa yang terjadi saat bumi terpeleset?
karena bumi enggak bisa berdiri lagi
malam jadi berlangsung lama.
lama sekali.
lama banget ya, kek?
lamaaaaa banget.
tapi syukurlah ada gadis kecil yang kuat
tebak siapa namanya.
lili!
ya, kamu benar. aku tuh heran
bisa-bisanya kamu menebak
dengan tepat setiap tebakan kakek.
heh heh heh. lalu, lili bisa bangunin bumi lagi?
bisa dong. soalnya lili kuat.
dengan kelembutannya, dia membantu bumi.
kuat kok lembut, kek?
ih, nyanggah terus ya, kamu.
jadi enggak habis-habis ceritanya.
heh heh, kuat kok lembut, kek?
enggak ada yang lebih kuat dari kelembutan.
akhirnya, dengan bantuan lili
bumi bisa berdiri lagi.
setelah berterima kasih
kepada lili kecil yang manis
hal pertama yang dia lakukan
adalah menari-nari
berputar-berputar.
karena lili kecilku itu,
matahari jadi terbit lagi
menghiasi hari-hari kakek
yang sebelumnya gelap.
(Sabtu, 18 Juni 2022)
–
Mati Lampu
saat listrik tiba-tiba padam
tak ada yang lebih mendamaikan
dari lilin yang dinyalakan
abang-abang gerobak kaki lima.
terangnya seteduh kunang-kunang
di kampungku yang jauh.
para tetangga berkumpul di luar rumah.
berbincang, bergunjing, dan mengeluh,
atau sekadar menyalakan rokok.
anak-anak girang bermain di halaman
atau tantrum bergulingan.
aku pun berdiri di depan pintu
memandang langit yang dicerahkan
ribuan bintang yang selama ini
disembunyikan lampu jalan.
karena tak berhasil mengenal rasi,
aku menciptakan dongengku sendiri
tapi malah menemukan wajahmu di sana.
atau di mana-mana.
lampu dari motor yang melintas
membuatku menyadari
gerimis yang turun tipis-tipis.
ah, nasi gorengku sudah jadi.
terima kasih. dua ribunya kerupuk saja ya, bang.
nggih, mas.
di dekat jendela aku menyantapnya.
semoga lampu tak cepat-cepat menyala
dan hujan turun lebih deras.
(Jumat, 17 Juni 2022)
–
Dua Bulan
tak seperti biasanya
ada dua bulan malam ini
satu berwarna merah muda
satu lagi biru tua
bulan yang biasa muncul
sedang libur ke alun-alun,
makan sate sosis
sambil nonton kitiran.
sudah lama ketiga bulan bergantian jaga
tapi jadwal mereka kadang bentrok.
jika sudah begitu,
ada lebih dari satu bulan
yang muncul di langit kota.
sayangnya, orang-orang di bawah sana
yang terlalu sibuk untuk mengangkat wajah
tak menyadari
ada berapa bulan malam ini.
mereka juga tak pernah bertanya-tanya
masih adakah bulan di langit?
masih adakah langit?
(Sabtu, 18 Juni 2022)
–
Ke Mana Perginya
lho, rasanya baru kemarin
ia bermain di seberang jendela
mengejar ayam dan bebek dan berlarian
menyusul perahu kertas di kali
bermandi lempung
dalam deras hujan
rasanya belum lama
ia dengar nyanyi
potong bebek angsa
cicak-cicak di dinding
naik kereta api tut tut tut
siapa hendak pergi
ia termangu depan jendela dan melihat
pantulan wajahnya samar-samar—
tapi, siapa gerangan si tua itu?
(25 Oktober 2019)
–
Rujak
di selasar itu, kau datang
membawa semangkuk rujak
dengan sambal kacang
yang kausangrai di penggorengan.
mendung sepanjang siang
tak jua jadi hujan,
senja meredup dengan cepat.
aku mengambil sepotong jambu
kau mangga muda
kita mengutipnya dengan sambal
mengunyahnya dengan sisa gigi.
dulu, di kebun itu, anak-anak biasa bermain
menghabiskan sore hingga ba’da magrib
mengumpulkan daun ketapang kering
untuk dicelupkan ke kolam kura-kura.
lalu kita dengar sajak tua:
kembalilah o, kembalilah
o, sang waktu, kembalilah
jadikan aku kanak-kanak lagi
hanya untuk malam ini.
ah, berapa lama lagi kita nikmati
senja yang beranjak sepi ini?
aku terbatuk
terlalu banyak menelan kacang
atau mungkin sibuk mengenang
hingga lupa mengunyah.
kaupandang langit berawan
aku di sisimu.
di sebelah kita, daun-daun gugur bagai waktu.
akankah hujan turun malam ini?
(25 Oktober 2021)
–
Milad
jika umur adalah hutan
jadilah pohon yang meneduhkan.
jika usia adalah awan
jadilah hujan yang menumbuhkan.
jika hidup adalah laut
jadilah maut yang menghanyutkan.
(5 Desember 2019)
*****
Editor: Moch Aldy MA