Jamuan Kematian dan Puisi Lainnya

Dita Mawarsari

1 min read

MANTRA

Dipadupadankan luka
Bergumul dengan iblis
Membuka jalan pintas
menuju seribu neraka
O atas nama setia,
kau tikamkan belati
di jantungmu sendiri

Bak pahlawan yang diagungkan
oleh kebodohan-kebodohan
Kau regang nyawa di altar suci
Setelah menggaungkan janji
sehidup semati
Tanpa sadar, kau pun mati
Atas nama setia,
kau tikamkan belati
di jantungmu sendiri
Atas nama setia!
Kau jumpai derita!

(Solo, 10 Oktober 2021)

KAMUFLASE

Ternyata para peri takut sepi.
Mereka berpesta menghabiskan malam, dan menari kegirangan di bawah sinar rembulan.
Malam meleburkan bahagia di sela-sela gelak tawa yang menyalak-nyalak bagai lolongan serigala yang ditakuti manusia.
Tapi pagi sudah datang, dan matahari mulai bekerja.
Oh tidak, ternyata kesedihan awan tumpah pada pagi hari ini!
Hujan menetes, lamunan menetas,
menghapus jejak-jejak kegembiraan semalam.
Sialan, muram datang lagi.
Lagi-lagi rasanya seperti menunggu mati.
Ternyata manusia tak takut sepi.

KUTUKAN

Purnama mekar sempurna
Menguasai malam, memamerkan
elok pada semua
Sadar, kalau malam ini dia berkuasa Bagaimana tidak, purnama telah menjadi syarat utama untuk mengedarkan kutukan

Di dasar semesta, padang pasir paling fana
Seorang penyihir tua sibuk mengaduk kuali sambil sesekali merapal mantra
Sttttttt, ini adalah ramuan pesanan tuan perkasa.
Katanya untuk dapatkan hati nona muda.
Dalam kepalanya si penyihir tidak berhenti bertanya
“mengapa manusia suka memakan dosa bulat-bulat?”

Lalu penyihir tua sibuk lagi dengan kualinya: Malam ini begitu indah kalau saja tidak tercemar kutukan dan serapah yang berlalu lalang. Dunia makin gila rupanya!

JAMUAN KEMATIAN

Hening, raut wajahnya masih terkejut dengan berita malam itu. Duka dan sendu secara tiba-tiba saling beradu, berlomba menampilkan kilasan masa lalu. Kehangatan dan canda yang sebelumnya dirasakan mulai tenggelam dalam redup. Setiap mulut di rumah itu salling bermain kata. Ucap bela sungkawa, berharap bisa membius luka walau sementara.

Malam ini, duka baru saja memilih sang inang, Si Punya Duka. Maut baru saja menjemput cintanya. Tidak akan ada lagi dekap hangat, yang tersisa hanya dingin. Dingin dan kaku. Terbujur kaku. Sementara sebagian tersedu dalam tangis, sebagian tak lagi kuasa tersenyum miris.

Ramai.

Kasak-kusuk tetangga terdengar ngilu bagi telinga Si Punya Duka. Mondar-mandir antara dapur dan ruang tamu. Menyiapkan jamuan kematian.

Ramai.

Pelayat datang silih berganti. Ucap bela sungkawa meski kadang malah terkesan jemawa. Sengaja pamer gelang emas di pergelangan tangan. Satu demi satu dari mereka mengambil giliran untuk bertanya.  Pertanyaan yang sama dan tentu saja sudah ratusan kali didengar oleh Si Punya Duka.

“Kenapa dia mati?”

Sepertinya mereka sengaja menuangkan cuka ke dalam luka basah itu. Sementara Si Punya Duka hanya menjawab dengan suara pilu. Muak.

“Aku tidak tahu kenapa dia mati, dia tidak bercerita tentang rencananya untuk mati. Aku tidak tahu kenapa dia harus mati.”

Matanya menatap kosong para pelayat yang terdiam. Biarkan saja mereka pulang dengan penasaran. Lagipula mereka tidak benar-benar peduli dengan kepedihan batinnya. Mereka hanya ingin tahu kenapa dia mati sehingga besok punya gosip baru ketika belanja sayur.

Menjelang pagi, makin ramai. Ibu-ibu sibuk di dapur sementara sebagian lainnya meronce kembang setaman. Suara tawa mereka menyadarkan Si Punya Duka bahwa hidup terus berjalan. Si Punya Duka masih harus hidup, dengan duka.

Pada akhirnya dia memutuskan bergabung dengan mereka, meninggalkan sejenak tubuh kaku itu. Berjalan gontai, ikut melayani para pelayat. Menjawab semua pertanyaan memuakkan sambil sesekali menyeka air mata dengan sapu tangan lusuhnya.

Tentu saja orang-orang masih menatapnya iba. Tapi hidup terus berjalan bukan? Jamuan harus disiapkan. Malam ini, mereka semua akan berpesta setidaknya sampai 7 hari kedepan.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Dita Mawarsari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email