Penampilan Niki Zevanya dalam gelaran Coachella Valley Music and Arts Festival 2022 menarik perhatian warga Indonesia. Di tengah hiruk-pikuknya permasalahan sosial politik yang terjadi di dalam negeri, kebanggaan menjadi warga Indonesia dilambungkan oleh penampilan seorang musisi perempuan berusia 23 tahun pada event musik yang rutin digelar di California tersebut sejak 1999. Ya, Niki berhasil mencetak sejarah sebagai perempuan Indonesia pertama yang tampil di event kelas dunia tersebut. Berasama dua penyanyi Indonesia lainnya, Rich Brian dan Warren Hue, Niki menghibur audience di Coachella dengan lagu-lagu hitsnya.
Beberapa hari sebelumnya, Agnez Monica juga membuat langkah besar dengan tampil di event Sound Money Fest, Miami Beach, Florida. Dalam acara yang menjadi bagian dari World First Bitcoin Music Festival ini, penyanyi yang kini lebih dikenal dengan nama Agnez Mo ini berduet dengan musisi dunia, DJ Steve Aoki. Agnez Mo menjadi satu-satunya musisi Indonesia yang tampil pada event tersebut.
Belum berselang lama, pada bulan Desember 2021, group band rock Voice of Baceprot (VoB) memulai debut internasionalnya. Trio perempuan asal Bandung tersebut tampil enerjik di acara Les Transmusicalles, Rennes, Perancis. Tampilan di event tersebut merupakan rangkaian tour Eropa yang dimulai di Harleem, Belanda pada tahun 28 November dan berakhir di Jenewa, Swiss, pada 10 Desember 2021. Kini mereka sudah bersiap-siap kembali melakukan tour Eropa ke Manchester dan London, Inggris pada bulan Juli. Selanjutnya mereka dipastikan akan tampil di event rock internasional Wacken Open Air, Jerman, pada bulan Agustus 2022. Mereka akan sepanggung dengan band-band cadas legendaris seperti Judas Priest, Iron Maiden, dan Slipknot.
Kehadiran musisi-musisi muda Indonesia di event-event bergengsi internasional di tahun ini seperti memberikan angin segar keoptimisan bangkitnya permusikan tanah air. Setelah porak poranda dihajar pandemi Covid-19 secara perlahan musisi-musisi Indonesia mulai menggeliat dengan karya dan perform panggungnya di dalam dan juga di luar negeri.
Sebenarnya jika ditengok ke belakang musisi Indonesia tidak terlalu baru di kancah musik Internasional. Satu dekade sebelumnya beberapa band Indonesia sebut saja Superman is Dead yang tampil di Vans Warped Tour 2009, Mocca di Pattaya Music Festival 2005 dan Jazz Royale Stage Phokingpet Public Park 2009, Navicula di festival musik Envol et Macadam, White Shoes and The Couples Company di Modern Sky Festival 2015 dan The S.I.G.I.T di SXSW 2009. Band Indonesia juga selalu mendapat undangan tampil di Wacken Open Air sejak tahun 2015 hingga 2019. Burgerkill menjadi band pertama Indonesia yang tampil pada event yang digelar di Jerman tersebut sebelum disusul oleh Beside, Down for Life, Jasad , dan Taring.
Mundur agak jauh lagi pada era 90’-an dangdut, campursari, dan keroncong sudah terlebih dahulu go internasional. Raja dangdut Rhoma Irama menjadi salah satu penampil dalam acara World Music and Dance Festival 1992 di Jepang. Selanjutnya “Master of broken heart” almarhum Didi Kempot beberapa kali tampil menghibur pecinta musik campursari di Belanda dan Suriname. Salah satunya adalah event Pasar Malam Indonesia di Belanda tahun 2013. Waldjinah dengan langgam keroncongnya juga pernah merasakan panggung festival musik Tong-Tong Fair Belanda 2013.
Baca juga: Lorong Kosong Pendengar Keroncong
Di arena musik rock modern, Indonesia juga mempunyai sejarah panjang yang membanggakan. Band rock ‘n’ roll The Tielman Brother sudah menggemparkan dunia sejak tahun 1950-an. Band yang dikenal dengan aksi panggung yang nyentrik ini pernah merasakan tampil di Expo ’58 (Brussels World’s Fair/ Exposition Universelle et Internationale de Bruxelles) dan beberapa panggung Belanda. Band dengan personel bersaudara keturunan Indonesia itu bahkan diakui sebagai salah satu perintis rock ‘n’ roll di Belanda. Suatu kebanggaan yang jarang diketahui, bahkan oleh masyarakat pecinta musik Indonesia.
Pindah Negara
Jika kita melihat siklus dari beberapa musisi Indonesia yang mendunia atau go internasional, ada satu kesamaan pola dari perjalanan karir mereka. Ya, mereka semua berpindah dulu ke luar negeri, menetap dan rekaman di sana. Niki, Rich Brian, dan Warren Hue pindah ke Amerika untuk membuat lagu, rekaman, dan memasarkan lagunya di sana. Maka jangan heran kalau banyak penikmat musik Indonesia merasa asing dengan lagu-lagu mereka. Termasuk saya yang hanya mengenal beberapa lagu dari Niki yang sering diputar di radio seperti Lose, Lowkey, dan Always Rising yang menjadi original soundtrack film Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings.
Sebuah langkah yang pragmatis memang untuk pindah ke negara kiblat musik dunia dalam berkarir musik. Karya dan talenta mereka akan mudah dilirik label besar kelas dunia. Iklim musikal di sana juga membuat mereka lebih mudah membangun mood untuk membuat lagu. Ditambah lagi oleh masyarakat di sana yang sangat apresiatif terhadap karya musik. Begitu juga banyak kritikus musik yang akan selalu menggugah musisi untuk membuat karya yang lebih baik lagi.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah dengan berkarir di Indonesia maka tidak bisa atau setidaknya sulit mendapatkan perhatian dunia? Sangat dilematis jika harus menjawab hitam putih antara bisa dan tidak. Tidak ada jawaban absolut. Walau ada sebagian kecil yang bisa, itu adalah pengecualian. Sebuah kombinasi antara kualitas musik, kerja keras label rekaman dalam pendistribusian karya dan kemunculannya di momentum yang tepat.
Jika melihat masih carut-marutnya sistem royalti dan minimnya kesadaran apresiatif musik masyarakat maka akan sangat berat jika harus bilang bahwa iklim permusikan di Indonesia sedang baik-baik saja dan kondusif untuk memulai langkah musisi baru untuk go internasional. Masyarakat Indonesia masih sulit menerima lagu yang tidak konvensional dan membawa unsur kebaruan. Itulah sebabnya band progresif rock seperti Discus malah lebih dikenal dan diapresiasi di luar negeri daripada di negaranya sendiri.
Minimnya jumlah kritikus musik, penelitian tentang musik, dan pengarsipan musik juga membuat perkembangan musik Indonesia seperti berjalan di tempat. Industri musik tidak sesederhana plug and play. Butuh kerjasama berbagai elemen untuk menggerakkan sistem permusikan yang sehat dan produktif.
Terlepas dari segala permasalahan di blantika permusikan tanah air, setidaknya hari ini kita bisa sejenak berbangga, terharu dan mempunyai semangat baru dengan munculnya Niki, Rich Brian dan Warren Hue di panggung Choacella. Kita juga sedang tidak sabar menunggu aksi Voice of Baceprot (VoB) di arena sakral Wacken Open Air 2022 pada bulan Desember mendatang. Apakah ini sebuah sinyal positif bangkitnya musik Indonesia? Kita tunggu saja. Waktu yang akan menjawabnya.