Fitur story di Instagram melahirkan tradisi saling mengucapkan selamat ulang tahun dengan membagikan foto orang yang berulang tahun disertai caption ucapan selamat lengkap dengan musik latar lagu Selamat Ulang Tahun atau Happy Birthday To You. Sebenarnya, tradisi ini sama saja dengan tradisi ucapan selamat ulang tahun di masa lalu yang dibuat dalam format surat atau kartu ucapan.
Baca juga:
Tradisi ucapan ulang tahun versi lawas mensyaratkan hubungan yang lebih personal antara yang mengucapkan dengan yang diucapi. Sementara itu, ucapan ulang tahun via story Instagram berangkat dari jenis hubungan simbolis dalam format foto atau video yang dipoles dengan efek-efek dalam fitur edit media. Foto dan video tersebut kemudian dibagikan di dunia maya dan dilihat bahkan oleh orang-orang yang tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan orang yang berulang tahun.
Biasanya, orang yang berulang tahun akan mengunggah ulang (reposting) unggahan orang yang mengucapinya selamat ulang tahun atau “HBD”. Aksi reposting ini dimungkinkan oleh adanya fitur mention atau menyebut dan menandai pengguna Instagram lain dalam unggahan berupa story.
Menariknya, reposting unggahan orang lain yang mengucapi selamat ulang tahun ini sekaligus berfungsi sebagai pengumuman bagi orang yang tidak mengetahui hari ulang tahun pengguna Instagram yang bersangkutan. Dari sini, story ucapan selamat ulang tahun bisa pula dimaknai sebagai kode agar orang lain juga mengucapi selamat ulang tahun.
Lazimnya, individu akan mengucapi seseorang yang pernah melakukan hal serupa kepada dirinya. Ini menunjukkan bahwa terdapat semacam kebutuhan moral untuk membalas budi kepada orang-orang yang pernah mengucapi kita ketika ulang tahun, yakni dengan cara melakukan hal yang sama di hari ulang tahun mereka. Ada hubungan timbal balik dalam aktivitas ini, khususnya untuk urusan menjadi eksis di Instagram karena menarik perhatian banyak pasang mata.
Lebih jauh, fenomena ini menunjukkan bagaimana citra itu dibentuk pada persepsi orang lain dalam konteks hubungan sosial. Guy Debord dalam Society of the Spectacle (1967) menjelaskan bahwa orang-orang menganggap sentral peran citra dalam membentuk relasi sosialnya melalui tontonan ketimbang teks atau oral.
Persoalan norma timbal balik sudah ada sejak lama. Norma timbal balik ini didasarkan pada prinsip-prinsip pertukaran. Marcel Mauss, seorang antropolog asal Perancis, mengemukakan bahwa aktivitas tukar-menukar barang dan jasa merupakan suatu bentuk transaksi moral untuk memupuk hubungan sosial. Selain itu, aktivitas ini bukan hal yang bersifat cuma-cuma, tetapi juga mengharapkan imbalan secara implisit.
Merujuk istilah Ekonomi, terdapat konsep biaya (cost), imbalan (reward), dan keuntungan (profit) dalam pertukaran sosial. Biaya adalah usaha untuk mengawali proses pertukaran dalam suatu asosiasi. Imbalan adalah pemberian harapan maupun pengharapan secara moral dalam prinsip pertukaran. Kemudian, keuntungan adalah modal sosial yang terkumpul ketika seseorang telah mendapatkan imbalan yang diharapkan.
Peter M. Blau menegaskan bahwa perilaku sosial ditentukan oleh tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi dari orang lain. Jika reaksi yang diharapkan tidak datang, maka tindakan itu akan berhenti.
Individu tertarik pada ganjaran—baik intrinsik (hal-hal yang bersifat afeksi) ataupun ekstrinsik (hal-hal yang bersifat material). Pola seperti ini terlihat jelas karena dijembatani oleh nilai-nilai sosial yang melembaga. Dalam hal ini, seseorang yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada orang lain melalui story berusaha membangun suatu asosiasi. Nantinya, ganjaran yang diberikan pihak lain berfungsi sebagai penguat ikatan sosial. Sebaliknya, ketidakseimbangan ganjaran berpotensi memperlemah ikatan. Dengan kata lain, seseorang yang berusaha membangun asosiasi dengan orang lain akan mengharapkan imbalan sebagai bentuk penghargaan yang seimbang berupa ucapan selamat ulang tahun dari orang lain.
Jika individu A yang telah berupaya membangun asosiasi dengan individu B, tapi individu B mengabaikan asosiasi tersebut dengan tidak memberikan ganjaran yang seimbang kepada individu A, maka individu A akan berhenti berupaya membangun asosiasi itu lebih lanjut. Jika individu A memiliki daya tawar rendah dalam struktur sosial baru ini, lalu ia tidak mendapatkan ganjaran banyak melakukan upaya untuk membangun relasi (cost), maka akan muncul perasaan tidak percaya diri pada individu A.
Usaha yang dikerahkan (cost) dalam membentuk suatu asosiasi dengan orang lain menjadi investasi simbolik bagi individu. Dari banyaknya investasi simbolik yang ditanamkan, idealnya akan meningkatkan kemungkinan memperoleh penghargaan yang seimbang dari pihak lain sebagai upaya memelihara ikatan sosial.
Baca juga:
Perlu diingat bahwa proses pertukaran ini dilakukan melalui media sosial. Ganjaran atau keuntungan personal yang menjadi luarannya pun berupa modal sosial yang menambah daya tawar individu dalam arena sosial. Kepemilikan modal sosial ini sekaligus mereproduksi kedudukan sosial individu dalam arena sosial Instagram. Apabila individu berhasil memperoleh modal sosial (profit) setelah melakukan berbagai upaya (cost) untuk membangun investasi simbolik kepada target jaringan sosialnya di Instagram, maka ia akan memperoleh citra diri yang lebih rekognitif.
Serangkaian transaksi moral ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada akhirnya, ucapan selamat ulang tahun merupakan sarana pemeliharaan hubungan sosial, meskipun orientasinya adalah pencapaian tujuan atau kepentingan masing-masing individu.
Editor: Emma Amelia