Rumah Hantu
aku pernah tinggal di sebuah rumah
yang luas dan nyaman membuat siapa saja begitu betah
cerah di pagi hari
hangat di siang hari
teduh di sore hari
sejuk di malam hari
tapi
konon
di rumah itu ada hantu
yang akan muncul pada waktu-waktu tertentu
namun tak pernah kulihat selama tinggal di rumah itu
tapi
konon
di rumah itu ada hantu
yang muncul
setiap malam
setiap malam jumat
setiap malam kliwon
setiap malam jumat kliwon
tapi
konon
di rumah itu ada hantu
yang juga muncul
setiap bulan purnama
setiap bulan september akhir
setiap bulan oktober awal
Ibadah Minggu Pagi
pada suatu minggu
aku bangun di awal pagi
lebih awal dari hari-hari yang lalu
lebih dulu dari matahari
berdandan dengan sandang paling rapi dari lemari
bersanding dengan bapak, ibu, kakak dan adik
naik mobil keluarga khas masyarakat ekonomi menengah pinggir kota
menuju tempat ibadah di pusat kota
enam puluh delapan menit tidak terasa
kami sudah tiba di gerbang gereja
mencari parkir dan berhenti
turun dari mobil dan jalan kaki
melangkah kami dari katedral
menuju seberang ke istiqlal
menunaikan ibadah sunah berjamaah
setiap satu tahun sekali
Tidak Ada Rotan di Desa ini
beberapa tahun belakangan
sering terjadi perkelahian
antar warga saling berebut lahan
perkelahian tak terhindarkan
kendati demikian
para warga bersepakat tidak boleh menggunakan senjata tajam
karena kepercayaan bahwa siapa yang menikam maka akan sial hingga tujuh turunan
kendati demikian
perkelahian tetap tak terhindarkan
warga bersepakat menggunakan alat pemukul ranjang yang terbuat dari rotan
seperti perkelahian pada umumnya
warga yang kuat adalah pemenangnya
warga yang kalah harus menyerahkan lahannya
melihat warga yang kuat semakin berkuasa
kepala desa menggelar rapat rahasia
yang hanya dihadiri oleh beberapa kepala saja
keesokan harinya
kepala desa mengumpulkan seluruh warga di balai desa
barisan keamanan desa dikerahkan saat itu juga
menggeledah setiap rumah untuk mengambil semua rotan untuk disita
“demi suasana yang kondusif dan demi kepentingan bersama”
tegas kepala desa
beberapa waktu berlalu
bulan berputar sudah lebih dari 47 kali
melihat warga yang semakin tenang dan ramah
kepala desa menggelar rapat rahasia
yang hanya dihadiri oleh beberapa kepala saja
keesokan harinya
kepala desa mengumpulkan seluruh warga di balai desa
barisan keamanan desa dikerahkan saat itu juga
mengambil sebagian besar lahan dari warga yang kuat
mengambil seluruh lahan dari warga yang kalah
warga tidak bisa melawan
seluruh rotan sudah diselundupkan ke pulau seberang
warga tidak bisa melawan
menggunakan senjata tajam adalah kutukan
tapi para pemuda adalah warga yang tidak pernah pikir panjang
mereka bergerak bersama ke kantor kepala desa
dengan senjata hanya berupa genggaman tangan
menerobos barisan keamanan desa
melihat kerumunan hampir menembus halaman
kepala desa menggelar rapat rahasia
yang hanya dihadiri oleh beberapa kepala saja
satu kepala berkata, “ingat! kita tidak boleh menggunakan senjata tajam, itu adalah kutukan”
kepala desa membalas, “kita tidak akan menggunakan senjata tajam”
satu kepala yang lain berkata, “tapi kita juga sudah tidak memiliki rotan”
kepala desa membalas, “tidak ada rotan, aka-47 pun jadi”
Bunga Tidur itu adalah Ibu
ibu terbangun setiap beberapa waktu di sepanjang malam
mengipas-ngipas si kecil dengan apa saja yang bisa digapainya atau dengan tangannya saja
mengangkat kelopak matanya yang berat
ibu memastikan si kecil masih terlelap
tidak kegerahan
tidak digigit nyamuk
Buku Puisi dan Pagi di tengah Pandemi
menatap rak buku di ruang tengah
(sudut rumah kesukaan kakak)
aku melihat api bekerja
menatap bangku plastik di teras depan
(sudut rumah kesukaan almarhum bapak)
aku melihat kakak sudah tidak lagi bekerja