@upontheheal

Ibadah Minggu di Rumah Hantu

Gilang Nugroho

2 min read

Rumah Hantu 

aku pernah tinggal di sebuah rumah
yang luas dan nyaman membuat siapa saja begitu betah

cerah di pagi hari
hangat di siang hari
teduh di sore hari
sejuk di malam hari

tapi
konon
di rumah itu ada hantu

yang akan muncul pada waktu-waktu tertentu
namun tak pernah kulihat selama tinggal di rumah itu

tapi
konon
di rumah itu ada hantu
yang muncul
setiap malam
setiap malam jumat
setiap malam kliwon
setiap malam jumat kliwon

tapi
konon
di rumah itu ada hantu
yang juga muncul
setiap bulan purnama
setiap bulan september akhir
setiap bulan oktober awal

 

Ibadah Minggu Pagi 

pada suatu minggu
aku bangun di awal pagi
lebih awal dari hari-hari yang lalu
lebih dulu dari matahari

berdandan dengan sandang paling rapi dari lemari
bersanding dengan bapak, ibu, kakak dan adik

naik mobil keluarga khas masyarakat ekonomi menengah pinggir kota
menuju tempat ibadah di pusat kota

enam puluh delapan menit tidak terasa
kami sudah tiba di gerbang gereja
mencari parkir dan berhenti
turun dari mobil dan jalan kaki

melangkah kami dari katedral
menuju seberang ke istiqlal

menunaikan ibadah sunah berjamaah
setiap satu tahun sekali

 

Tidak Ada Rotan di Desa ini 

beberapa tahun belakangan
sering terjadi perkelahian
antar warga saling berebut lahan
perkelahian tak terhindarkan

kendati demikian
para warga bersepakat tidak boleh menggunakan senjata tajam
karena kepercayaan bahwa siapa yang menikam maka akan sial hingga tujuh turunan

kendati demikian
perkelahian tetap tak terhindarkan
warga bersepakat menggunakan alat pemukul ranjang yang terbuat dari rotan

seperti perkelahian pada umumnya
warga yang kuat adalah pemenangnya
warga yang kalah harus menyerahkan lahannya

melihat warga yang kuat semakin berkuasa
kepala desa menggelar rapat rahasia
yang hanya dihadiri oleh beberapa kepala saja

keesokan harinya
kepala desa mengumpulkan seluruh warga di balai desa
barisan keamanan desa dikerahkan saat itu juga
menggeledah setiap rumah untuk mengambil semua rotan untuk disita

“demi suasana yang kondusif dan demi kepentingan bersama”
tegas kepala desa

beberapa waktu berlalu
bulan berputar sudah lebih dari 47 kali

melihat warga yang semakin tenang dan ramah
kepala desa menggelar rapat rahasia
yang hanya dihadiri oleh beberapa kepala saja

keesokan harinya
kepala desa mengumpulkan seluruh warga di balai desa
barisan keamanan desa dikerahkan saat itu juga
mengambil sebagian besar lahan dari warga yang kuat
mengambil seluruh lahan dari warga yang kalah

warga tidak bisa melawan
seluruh rotan sudah diselundupkan ke pulau seberang
warga tidak bisa melawan
menggunakan senjata tajam adalah kutukan

tapi para pemuda adalah warga yang tidak pernah pikir panjang
mereka bergerak bersama ke kantor kepala desa
dengan senjata hanya berupa genggaman tangan
menerobos barisan keamanan desa

melihat kerumunan hampir menembus halaman
kepala desa menggelar rapat rahasia
yang hanya dihadiri oleh beberapa kepala saja

satu kepala berkata, “ingat! kita tidak boleh menggunakan senjata tajam, itu adalah kutukan”
kepala desa membalas, “kita tidak akan menggunakan senjata tajam”

satu kepala yang lain berkata, “tapi kita juga sudah tidak memiliki rotan”
kepala desa membalas, “tidak ada rotan, aka-47 pun jadi”

 

Bunga Tidur itu adalah Ibu 

ibu terbangun setiap beberapa waktu di sepanjang malam
mengipas-ngipas si kecil dengan apa saja yang bisa digapainya atau dengan tangannya saja

mengangkat kelopak matanya yang berat
ibu memastikan si kecil masih terlelap

tidak kegerahan
tidak digigit nyamuk

 

Buku Puisi dan Pagi di tengah Pandemi

menatap rak buku di ruang tengah
(sudut rumah kesukaan kakak)
aku melihat api bekerja

menatap bangku plastik di teras depan
(sudut rumah kesukaan almarhum bapak)
aku melihat kakak sudah tidak lagi bekerja

Gilang Nugroho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email