Hidup yang Godot dan Puisi Lainnya

ariel amanda kutajeng

56 sec read

Pertanyaan

Saat pulang sekolah
seorang anak bertanya pada ayahnya

Apakah cita-cita, Ayah?
Ayahnya menunjuk garis pantai

Carilah bunga karang paling indah, Plato
ambillah dan jangan pulang sebelum kau menemukannya

Anak itu pergi dan tidak pernah kembali

Soal Pekerjaan Rumah

Ibu terhimpit di antara kata sibuk dan kata libur:

Jika ibu tidur pukul sepuluh dan bangun pukul dua, membuat kue lalu pergi ke pasar tiap hari tanpa jeda. Apakah ibu pantang lelah atau pantang lemah?

Ayah muncul di belakang kata bahaya dan cahaya:

Jika ayah gemar bermain petak-umpat dengan Pamong Praja. Apakah ayah menerangi dapur rumah atau memerangi negara?

Tagihan

Ibu menyembunyikan lembar kesunyian
di bawah bantal tidurnya

Dari sela pintu yang tidak bisa ditutup rapat
ia tatap anaknya yang putih merangkai mimpi di depan televisi

Dalam puisi
Kata-kata mengalir dari matanya yang jingga
dan harapan-harapan akan masa depan

gugur
satu
demi

satu

Hidup yang Godot

Ia menatap arloji
lalu menghidupkan televisi
Hari ini hari libur
artinya, tenggelam bersama
kartun anak minggu pagi

Kehidupan selalu dimulai pada jumat sore
dan berakhir pada minggu malam setiap pekan

Tiap ada sesuatu yang melintas di kepalanya seperti
keinginan untuk mengingat hal-hal yang ia lupakan
Godot menenggak segelas anggur dan berusaha membuat
segalanya berhenti untuk tampak begitu panjang dan membosankan

Socrates

Ia mengambil gelas itu dan menelan seluruh
isinya dalam sekali tegukan. Menghadap ke
murid-muridnya, ia berkata bahwa
tidak ada anggur semantap ini
Minuman paling tepat buat perayaan
kemenangan kecil dalam rangkaian
nasib yang bangsat

Rasanya manis sekali
seperti saat dalam puisi
dan segala yang gelap di dunia berubah
menjadi terang-benderang, sekali, lagi.

(Tangerang Selatan, 2021)

ariel amanda kutajeng

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email