Hari Pernikahanmu dan Puisi Lainnya

Siska Permata Sari

1 min read

HARI PERNIKAHANMU

hari ini akhirnya datang juga
hari yang sebelumnya cuma ada di mimpi
mimpi yang buruk
yang bangun-bangun bikin bantal basah
mata merah, bengkak, hidung berair
sakit kepala berkonde-konde
langit gelap
awan berat
hujan lebat
hari ini yang akhirnya datang juga
ternyata tidak seburuk seperti di mimpi
mimpi buruk
cuma saja hari ini
menyisakan lubang
lubang apa itu?
yang jelas bukan lubang untuk masuk
tapi untuk tutup
lubang yang
lubang yang
luka?
kosong?
ompong?
melompong?
entahlah. dia menganga saja
seperti lubang.

MERAYAKAN PATAH HATI

di dalam kamarmu
—— yang biru dan gelap ——
kamu rebah di atas kasur kurang empuk
yang basah bau air mata
semalam suntuk
kamu bertatapan
dengan layar ponsel
{satu satunya sinar di kamarmu}
buka spotify
putar mitski,
#np working for the knife:
‘i always knew the world moves on
i just didn’t know it would go without me’
buka grab – makanan – kopi

“eskopsus gula aren pakai oatmilk, less ice ya! tambahin cinnamon roll satu”

(((pesan)))

tunggu…
tunggu…

sebentar lagi giliranmu

: bahagia.

TERPERANGKAP DALAM APA

hari-hari berlalu seperti mimpi dini hari;
kamu ada di rumah, tiba-tiba di Jakarta
—— sedang kerja ——

lalu kamu ada di bus, di kereta, di kebon jeruk, di tebet, di blok m, di kebon sirih, di ruang kantor, di dalam taksi, di dalam kafe, di dalam kamar mandi, di depan stasiun, di depan rel, di rumah, di restoran, di toko buku, di bioskop, di rumah, di tempat tidur, di depan kulkas, di depan layar komputer, di depan bosmu, di depan sepiring ketoprak, di depan es teh tawar, di depan seporsi sate, di hadapan tempat-tempat asing yang tak kamu kenali.

tapi hari-hari tetap berlalu
seperti mimpi
dengan mata terbuka.

MISI MEMBUNUH WAKTU

aku ingin memusnahkan waktu, sebagaimana ia memusnahkan kita. mengiris-iris rambutnya, mencongkel matanya, mengeluarkan isi perutnya, mematahkan lehernya, memotong kaki kirinya.

aku ingin membawa tubuhmu lagi, ke persinggahan tanpa waktu; bercinta di ruang hening tak-berdimensi, kedap suara, dan hampa.
tak ada sesiapapun selain kita; dua tubuh manusia yang tak bisa dipangkas siapapun lagi.

kini waktu telah mati:

telah kuiris rambutnya

kucongkel matanya

kukeluarkan isi perutnya

kupatahkan lehernya

dan kupotong kaki kirinya.

J(a)K(a)RT(a)

aku melihatmu
berceceran seperti huruf
a di Jakarta;
di peron kereta
di bising suara
jalanan,
kolong jalanan,
di pintu kedai kopi
di depan restoran sushi

berkelebat…

seperti hantu;

HANTU, HANTU!
HANTU, HANTU!

Siska Permata Sari

0 Replies to “Hari Pernikahanmu dan Puisi Lainnya”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email