Ginga Eiyuu Densetsu (2018) termasuk anime underrated. Tidak banyak yang membahas anime ini sehingga kalah pamor dibanding anime lainnya. Meskipun begitu, ceritanya terus berlanjut dalam seri Kaikou, Seiran, Gekitotsu, dan Sakubou. Ginga Eiyuu Densetsu (GED) digarap oleh studio Productions I.G, yang juga menggarap anime Psycho-Pass serta Ghost In The Shell. Anime ini ditempel label 17+ dan memiliki jalan cerita yang sedikit berat.
GED tidak benar-benar baru. Anime ini merupakan hasil remake dari anime lawas berjudul sama. Terdapat beberapa perbedaan adegan pada versi terbaru dan versi lama, tetapi secara jalan cerita semua sama.
Kisahnya bermula ketika manusia mulai menjelajahi bintang-bintang dan menguasai planet-planet lain. Pemerintahan bumi menjadi satu, tetapi lalu ada seorang revolusioner bernama Rudolf I yang mendirikan Kekaisaran Galaksi. Ia lantas memerintah secara otoriter sehingga banyak orang melarikan diri dari negaranya dan mendirikan pemerintahan Aliansi Planet Bebas sebagai tandingan Kekaisaran Galaksi.
Baru mulai menonton, penonton disuguhkan peperangan dahsyat antara dua faksi di galaksi. Selanjutnya, penonton diajak mengikuti perjalanan Reinhard Lohengramm dan Yang Wen Li. Keduanya berperang dengan tujuan masing-masing, yang satu berperang demi idealismenya dan satunya berperang untuk menjalankan tugasnya. Mereka memerangi satu sama lain hingga mulai mempertanyakan untuk apa perang itu.
Politik Intergalaksi
Isu politik yang mewarnai anime ini menjadi daya tarik tersendiri. GED merangkum fenomena pejabat Aliansi Planet Bebas yang memanfaatkan momentum untuk mendapatkan suara dalam pemilihan, pihak ketiga yang memanfaatkan perang sebagai lahan bisnis yang menjanjikan, hingga korupsi dan penyalahgunaan jabatan yang dilakukan oleh bangsawan Kekaisaran Galaksi. Kesemua satir politik itu tersaji dengan apik.
Menariknya, ketika manusia sudah mampu membangun peradaban intergalaksi pun, feodalisme masih merajalela dalam wujud bangsawan Kekaisaran Planet Bebas. Padahal, mereka menggaung-gaungkan kebebasan dan demokrasi. Aparat di sana pun dengan mudahnya “menertibkan” warga yang hidup bagaikan era abad pertengahan kalau dilihat dari pakaian dan kendaraan yang mereka pakai.
Adegan Perang yang Memukau
Dalam versi remake ini, animasinya lebih memanjakan mata, khususnya pada adegan perang. Penggunaan warna di latar luar angkasa sangat kaya. Penggambaran debu-debu nebula sangatlah indah, tapi juga menyeramkan. Sebab, pada keindahan tersebut terdapat kapal-kapal yang mengintai dan siap menembakkan laser dan misil sewaktu-waktu. Ledakan yang disajikan juga tidak terkesan berlebihan ataupun heboh, masuk akal dengan kerusakan yang ditimbulkan.
Akan tetapi, penggemar kapal-kapal antariksa dengan bentuk yang wah mungkin akan merasa bosan dengan desain kapal yang terkesan monoton. Namun, hal tersebut dapat dimaafkan kala melihat barisan kapal tersaji bagaikan manusia-manusia yang sedang berbaris kala upacara, sangat rapi.
Strategi perang yang digunakan oleh Kekaisaran dan Aliansi juga menjadi poin plus sendiri yang menawan minat penonton. Sensasinya menontonnya seperti dengan menyimak pertempuran pada masa kerajaan dengan penggambaran strategi yang detail. Menerobos barisan menjadi kunci dalam pertempuran.
Baca juga:
Lain dengan kebanyakan anime yang kerap berusaha menunjukkan sisi lunak para karakter, karakter di sini serius dan tidak menye-menye. Bagi penggemar karakter wanita tegas dan cerdas, bisa dibilang anime ini adalah gudangnya karakter tersebut. Tidak ada wanita naif dan polos yang mau dimanfaatkan demi kepentingan apa pun.
Tokoh Reinhard dan Yang ditulis dengan sangat baik. Mereka digambarkan abu-abu, tidak hitam-putih. Penonton akan merasa bingung harus memihak siapa dalam konflik tersebut. Gambaran yang hitam-putih terdapat pada para pejabat dan pihak ketiga yang memanfaatkan perang ini.
Anime ini pada dasarnya diperuntukkan bagi para penggemar cerita opera antariksa, juga penggemar anime genre space dan sci-fi. Dari segi grafis, anime ini sangat bagus kalau dibandingkan dengan versi lawas. GED sangat cocok bagi kalian yang ingin mencari hiburan yang mengusung tema politik dan perang secara berjarak, tapi tetap dekat dengan realitas kita sehari-hari.
Editor: Emma Amelia