Ghozali Tidak Everyday dan Bukan untuk Everybody

prabowo yogamahendra

2 min read

Beberapa hari ini media sosial dan berita nasional diramaikan dengan seorang pemuda berfoto selfie laku jutaan hingga miliaran rupiah. Dari situlah orang mencari tau tentang profil dan foto selfie pemuda yang bernama asli Sultan Gustaf AL Ghozali ini.

Karena di Indonesia sudah jamak untuk latah dan ikut-ikutan tanpa tahu persoalan sebenarnya, mungkin tidak lama lagi setelah itu akan banyak orang yang ramai-ramai foto selfie, gabung marketplace dan jualan foto tersebut dengn NFT (non-fungible token).

Baca juga FOMO: Takut Tertinggal, Takut Membuat Keputusan

Tetapi apakah keberuntungan Ghozali Everyday, mahasiswa semester 7 Fakultas Ilmu Komputer Prodi Animasi D-4 Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, bisa diulang oleh setiap orang?

Jawabannya, tentu tidak. Kejadian ini unik dan banyak faktor yang mengakibatkan melambungnya harga foto selfie Ghozali di marketplace OpenSea.

Pertama, foto-foto selfie ini dihargai oleh kolektor karena konsistensi pengambilannya yang berlangsung selama 5 tahun. Orang yang mengatakan sang pemuda 22 tahun ini kaya mendadak tentu salah besar karena ia telah mulai mengambil foto selfienya sejak 5 tahun lalu.

Ghozali pun tak menyangka akan mendapat uang miliaran karena dia mengambil foto selfie selama 5 tahun. Padahal awalnya foto selfie itu untuk dijadikan video timelapse perubahan dirinya sejak lulus dari SMK 5 Semarang pada 2017 lalu. Konsistensinya berfoto selfie selama 5 tahun setiap hari itu diapresiasi kolektor NFT dan laris dibeli. Koleksi NFT Ghozali Everyday termurah dijual seharga 0,28 ETH atau kisaran Rp 13,5 juta. Dengan total 932 koleksi, maka bisnis NFT milik Ghozali bernilai hampir Rp 12,6 miliar.

Yang kedua, ada sekelompok orang — mungkin karena kasihan, simpati atau salut dengan konsistensinya — yang sengaja menolong mendongkrak nilai foto-foto selfie tersebut. Salah satu yang menolong Ghozali adalah celebrity chef Arnold Poernomo yang membeli 32 foto selfie tersebut, dan beberapa kolektor lainnya.

Ketiga, pengumpulan foto selfie ini adalah kreativitas yang unik dan mungkin yang pertama di OpenSea serta dilakukan oleh seorang pemuda tak bernama. Kombinasi ini menarik dan memberikan nilai tersendiri terhadap foto-foto selfie tersebut karena keindahan dan nilai seni foto-foto itu sendiri tidak mungkin membuatnya laku sedemikian tinggi.

Ghozali pun mengaku belum bercerita ke orangtuanya soal pendapatannya yang mencapai Rp 1,5 miliar. Dia khawatir orangtuanya bingung caranya mendapatkan uang.

Bagi mereka yang bergelut di dunia perdagangan karya seni, nilai penjualan fantastis sesungguhnya bukan hal yang asing. The Forever Rose, sebuah gambar mawah merah digital berhasil dijual senilai satu juta dollar Amerika Serikat pada malam Valentine 2018. Jumlah yang kemudian disumbangkan kepada lembaga pendidikan komputer di Amerika Serikat tersebut menunjukkan adanya tren baru di pasar seni global. Berbagai nilai fantastis lainnya juga berhasil dicapai seperti lelang gambar digital berjudul Everydays milik Beeple berhasil dilelang senilai 69 juta dollar Amerika Serikat di balai lelang Christie pada Maret 2021.

Kini, sejalan dengan bertumbuhnya era digital, karya digital pun mulai dilirik. Para pekerja seni, atlet bahkan klub sepakbola menerbitkan karya digitalnya menggunakan platform NFT. Menggunakan teknologi blockchain, NFT berhasil menjadi fenomena baru tidak hanya di dunia seni melainkan juga menjadi pembicaran para pakar finansial. Hal tersebut dapat terjadi karena teknologi yang mendasari NFT sendiri adalah blockchain. Teknologi tersebut tidak asing di telinga mengingat mata uang crypto currency seperti Bitcoin dan Etherium juga menggunakan platform yang sama

Nilai transaksi NFT dalam sepekan saat ini telah mencapai 8,2 milyar dollar Amerika Serikat dengan penjualan total 30 juta karya seni digital. Sebuah nilai fantastis yang tentunya menarik berbagai investor maupun trader untuk mendalami pasar NFT ini. Namun demikian, seperti halnya investasi lainnya semua hadir bukan tanpa risiko.

Kenapa NFT laku, karena  NFT memungkinkan pembeli memiliki barang asli dari karya digital tersebut. Tak hanya itu, NFT berisi otentifikasi bawaan, yang berfungsi sebagai bukti kepemilikan. Kolektor menghargai “digital bragging rights” yang melekat pada NFT, lebih dari barang itu sendiri

Jadi, peluang sangat besar memang menanti anak muda Indonesia, dan kita bisa dan harus memanfaatkan kesempatan yang disediakan oleh dunia digital ini. Tetapi kita harus keluar dengan kreativitas unik kita sendiri karena meniru Ghozali mentah-mentah tidak akan membawa keberhasilan.

Kata orang, yang pertama adalah unik dan bernilai tinggi, yang kedua dan selanjutnya hanyalah pengekor dan tidak akan punya nilai.

prabowo yogamahendra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email