Berkendara dengan aman bagi saya adalah segalanya. Memeriksa kendaraan sebelum berangkat merupakan ritual wajib yang saya lakukan penuh dengan kesungguhan dan khidmat.
Selalu periksa tekanan ban kendaraanmu sebelum berangkat. Kempes kah? Ban yang kempes dapat membuat motor atau mobil oleng ke sana-sini, sementara tekanan ban yang terlalu kencang dapat mengurangi umur shock-breaker kendaraanmu akibat mendarat lebih keras selepas melewati polisi tidur. Selalu berikan tekanan angin yang pas dalam artian tidak terlalu kempes namun tidak terlalu kencang. Idealnya 32-34 psi untuk ban depan, 39-41 psi untuk ban belakang.
Ban sebaiknya diisikan tekanan angin atau nitrogen? Terserah, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Nitrogen membikin ban terasa jauh lebih ringan sehingga kamu dapat berkendara dengan lincah, namun kamu harus rutin menambah tekanannya setiap satu minggu sekali. Jelas lebih costly karena menambah tekanan nitrogen itu berbayar.
Sementara bila diberikan tekanan angin mungkin tidak akan membuat ban kendaraan seringan bila diisi dengan nitrogen, namun selama ban tidak mengalami kebocoran kamu dapat menambah tekanan angin setiap tiga minggu sekali, kabar baiknya di beberapa pom bensin sudah tersedia isi angin gratis dan self-service.
Kemudian bagaimana dengan kondisi helm? Apakah batok helm mengalami keretakan? Helm baiknya diganti setiap lima tahun sekali. Tidak perlu mahal namun patut sesuai SNI. Lebih dari lima tahun biasanya kepadatan batok helm tidak sebagus pada tahun-tahun pertama penggunaannya. Singkatnya, ada baiknya kamu membeli helm baru setiap lima tahun.
Yang terakhir bagaimana dengan kondisi visor helm? Masih jernih atau sudah penuh goresan di sana-sini sehingga menganggu daya pandang kamu saat berkendara? Agar umur kaca visor-mu panjang baiknya jangan pernah menaruh helm pada kaca spion di tempat parkir mal atau gedung karena beresiko jatuh tersenggol oleh motor yang parkir di sampingmu, baiknya titipkan helm pada petugas parkir mal atau gedung.
Usahakan untuk selalu menggunakan visor helm tipe jernih bukan jenis tilt agar ketika malam tiba atau saat turun hujan deras kamu masih dapat menutup visor guna melindungi kedua matamu tanpa menganggu daya pandangmu ke depan.
Saya kira memastikan kendaraan aman sebelum berkendara sudah cukup, namun saya salah selama ini. Pengalaman menyaksikan orang saling gebuk-gebukan di tengah jalan raya akibat masalah sepele membuat saya berpikir kalau berkendara dengan adem itu lebih utama. Bukan maksud menihilkan atau menyepelekan keamanan dalam berkendara. Tidak sama sekali. Aman itu tetap penting. Tapi buat apa juga sih, bila kendaraanmu aman namun kamu tidak bisa mengendalikan emosimu saat berkendara di jalan raya, kamu adu jotos dengan pengendara lain akibat masalah sepele, lantas berakhir dengan cacat permanen atau berakhir di penjara atau bahkan malah kematian? Oleh sebab itu penting untuk adem dulu, aman kemudian.
Di Indonesia ada satu peristiwa adu jotos di jalan raya (road-rage) yang saya ingat karena viral di media sosial. Peristiwa tersebut adalah kasus pemukulan pengendara mobil warna putih terhadap pengendara mobil warna hitam. Si pengendara mobil warna putih memukul telak hidung si pengendara mobil berwarna hitam hingga berleleran darah. Penyebabnya? Sepele. Si pengendara mobil putih merasa si pengendara mobil hitam kerap menyalip mobilnya yang diartikannya sebagai bentuk provokasi untuk balapan di tengah jalan raya. Akhir cerita? si pengendara mobil putih ditangkap oleh polisi dan dikenakan pasal penganiayaan. Teramat konyol, kamu bisa berakhir di penjara akibat ketersinggunganmu yang tidak penting-penting amat itu.
Saya sendiri pernah terlibat road-rage saat berkendara dengan sepeda motor menuju ke kantor. Pada satu pagi di perempatan lampu merah, pengendara sepeda motor di samping saya tidak henti-hentinya menekan tombol klason padahal lampu merah masih menyala nyalang di depan sana. Merasa jengkel dengan ulahnya, saya memutuskan untuk menghadiahinya sebuah tendangan dari kaki kanan saya ke arah sepeda motornya. Kami saling bersitegang dan saling melancarkan pukulan di tengah jalan raya hingga petugas DISHUB datang melerai dan membentak kami agar melanjutkan perjalanan karena telah menganggu pengguna jalan lain.
Kematangan mental seseorang amat berpengaruh dalam mengontrol penuh emosinya. Kabar buruknya tidak semua orang memiliki tingkat kematangan mental yang sama dalam mengendalikan emosi, Kabar baiknya? Menurut Dr Leon James, penulis buku Road Rage and Aggressive Driving: Steering Clear of Highway Warfare penguasaan emosi di jalan raya adalah murni sebuah keterampilan yang dapat dipelajari layaknya keterampilan lain seperti memasak, menulis bahkan berdansa.
Terlibat kekerasan di jalan raya adalah sesuatu yang mengerikan karena dalam beberapa kasus dapat menyebabkan hilangnya nyawa. Sesuatu yang bila dipikir secara jernih adalah sebuah kekonyolan luar biasa. Kamu dapat mati di tengah perjalanan akibat ego dan emosimu yang tidak dapat dikuasai dari balik kemudi kendaraan.
Untuk itu saya ingin memberikan tiga butir filosofi dalam berkendara: bagaimana menjadi pribadi yang adem sekaligus stoik dalam perjalanan. Ketiga butir ini amat mudah untuk kamu aplikasikan selama berkendara semudah kamu menempelkan koyo pada bagian punggungmu saat pegal melanda. Filosofi ini dijamin akan dapat membuatmu berkendara dengan adem di jalan raya tanpa perlu terlibat adu jotos di jalan raya (road-rage) karena kamu adalah pusat kendali bagi setiap emosi dan egomu.
- Tuliskan Tujuanmu Berkendara Pada Post-it
Sebelum berkendara segera tetapkan apa tujuanmu berkendara? Lalu tulis tujuanmu itu pada selembar post-it kemudian tempel pada speedometer motor atau dashboard mobilmu. Misal, tujuanmu berkendara pagi ini adalah untuk sampai di kantor pada pukul 08:30 pagi. Tuliskan itu pada selembar post-it dan tempelkan pada speedo-meter sepeda motor atau dashboard mobil. Usahakan pada bagian yang dapat kamu lihat saat berkendara.
Sehingga bila ada kejadian di luar sana yang sebenarnya tidak dapat kamu kendalikan karena di luar kuasamu, entah itu diserempet pengendara lain, di bleyer oleh knalpot kendaraan lain, dimaki-maki oleh pengguna kendaraan lain, bahkan diajak adu jotos sekalipun, kamu bisa kembali melihat tujuanmu berkendara pada post-it yang kamu tempel. Resapi tujuanmu dan jangan biarkan segala yang terjadi di luar sana memengaruhi pikiranmu untuk lupa terhadap tujuanmu.
Jangan sungkan untuk melemparkan senyum atau bahkan meminta maaf bila perlu kepada mereka yang memprovokasimu. Tapi bagaimana kalau kamu tidak salah melainkan orang itu yang salah loh! Lihat Kembali tujuanmu berkendara pada post-it mu itu. Kamu memiliki tujuan dalam berkendara, bukan masuk penjara demi memuaskan ego dan emosi sesaatmu itu. Tidak ada yang salah dari melempar senyum atau meminta maaf kepada pengendara yang memprovokasimu,, hal itu menandakan kalau kamu telah paham dengan tujuanmu berkendara dan kadang mengalah tidak selalu berarti kalah.
- Berhenti Hidup dalam Gelembung
Dalam artian kamu harus berhenti mengharapkan pengendara lain untuk sepemahaman denganmu di jalan raya. Misal ada satu pengendara sepeda motor yang sedang menyalipmu dari sebelah kiri dengan kencang, lantas kamu dibikin jengkel karena salipannya itu. Menurutmu menyalip yang benar haruslah dari sebelah kanan. Iya itu betul dan memang seharusnya begitu.
Namun ingat di jalan raya ini ada ribuan pengendara dengan berbagai macam merek kendaraan yang berbeda, tentu saja ribuan pengendara ini memiliki pola pikir yang bermacam-macam dan tidak semuanya sepemahaman denganmu dalam berkendara, buruknya lagi? Tidak semuanya paham bagaimana berkendara dengan baik dan benar di jalan raya, lantas bagaimana? Bukan tugasmu mengurusinya. Tidak semua hal patut kamu urusi. Yang harus kamu urusi itu emosi dan egomu agar tetap adem selama perjalanan.
- Hindari Perasaan Terburu-buru
Berkendara dengan adem itu patutnya selalu diawali dengan kondisi emosi yang adem juga. Itu tidak akan terjadi bila dari awal kamu berkendara kamunya sudah terburu-buru karena bangun pagi kesiangan, alhasil kamu menerabas apa saja di jalan raya agar tidak terlambat masuk ke kantor.
Perasaan terburu-buru untuk sampai ke suatu tujuan adalah muara dari adu jotos di jalan raya atau road-rage. Karena perasaan terburu-buru membuatmu gelap mata saat berkendara. Kamu tidak lagi peka akan apa yang terjadi di sekelilingmu. Satu-satunya hal yang kamu pikirkan adalah bagaimana caranya agar sampai dan tidak telat.
Lucunya, kalau kamu perhatikan orang-orang yang selalu terburu-buru ini di jalan raya akibat takut telat masuk kantor karena bangun kesiangan, esok hari dan hari-hari ke depannya akan membentuk pola serupa, bangun kesiangan lagi lantas berkendara dengan terburu-buru lagi. Karena itu tidak heran bila di kantor orang yang sering telat masuk kantor atau yang masuk kantor dengan kondisi mepet alias nyaris telat orangnya ya itu-itu saja.
Untuk itu teramat penting untuk menghindari berkendara dengan perasaan terburu-buru. Berkendara yang adem itu adalah berkendara dengan menikmati setiap jengkal perjalananmu dari rumah. Walau kondisi di jalan raya hiruk pikuk dan saling serobot selalu usahakan kalau kamu adalah bukan bagian dari mereka. Kamu adalah pengendara yang sedang menikmati setiap jengkal perjalanan dengan perasaaan yang penuh syukur dan khidmat sekaligus