Jika Semua Terjadi
mengertilah dengan apa yang terjadi
berserah kepada hari-hari
di tangan dan di kaki
mau di mana letak berpijak
semoga kau mengerti
jika mencintaimu adalah lautan
ke mari, kita arungi dengan sampan
jika mencintaimu adalah daratan
ke mari, kita jelajahi semua jalan
petang ini tidurlah dengan mimpi
yang indah seperti pelangi
agar kau tak letih beranjak esok hari
agar apa yang kau dapat di esok pagi
bisa kau ucap terima kasih.
–
Warna—Wani
Di sebuah jam yang berdering tanpa pamrih, melempar buah zakar ke dalam mulut sapi, laki-laki, yang sudi dibui tujuh tahun oleh rintihan jeruji, suara-suara sepi yang mulai menerka dalam sebuah ilusi, kau tetap padamu negeri mengabdi di setiap kamis gerimis menepi.
Mana mungkin bangsa besar menaiki bendera setinggi angkasa, jika pemuda diam tanpa kata, nestapa, mengaduk semen penguasa di dalam secangkir bubur, direbut, direnggut, ditembaki rasa malu pertiwi, menangis—lah kartini.
–
Fatum Brutum Amer-lagi
Puan cepat kesini, ingin asa menggandeng tangan kecilmu
pelan-pelan dan perlahan saja kita menyusuri punggung bukit yang licin dan curam ini
Sebab kaki tak kuat lagi mengajakmu berlari-lari
berputar tujuh kali mengejar kupu-kupu emas kesukaanmu
Oh ya, semalam dalam sujud sholat tahajud
aku tidak lupa membawa doamu mengetuk pintu langit agar terbuka lebar melihat cakrawala yang mungkin nanti akan mempertemukan kita lagi (kembali)
Jangan khawatir puan, di lensa kameramu kala itu telah kutitip beberapa wajah menyebalkanku, yang mungkin kau akan ingat suatu saat, kemudian ada anak kecil yang diam-diam memperhatikanmu, lalu berkata: “aku mulai mencintaimu”
Yang menangis di pojok bangku alexis, bergoyang ria di bawah bendera partai, mencoba mengais sisa makan cukong-cukong kotor di kantor, untuk sisa-sisa kebahagiaan sebutir nasi, lantas teriak kebebasan berpoligami, sial, bebas hanya sebatas hasrat selangkangan di balik celana dalam
Kesetiaan menjadi emas di Papua yang direnggut, Eropa menari bersama selir-selir pribumi, cheers, kita menang membabat hutan hanya dengan money-laundry, menggapai binatang demi pajangan, menjadi bintang dengan menyakiti, ini kisah-kasih di tanah merah-putih
Pemuda menjadi pancasila dengan seragam warna-warni, semoga lekas pulih, semoga kita kembali, kembali, fatum brutum amer-lagi, teriak pemuda berpeci putih, pembebasan ini sebatas mimpi di siang hari, mati, mati, mati, kita semua mati ditembak bio-bio palsu instagram, persetan, anjing sekali.
–
Weda
Sebotol anggur, dan, kepada doa-doa yang belum sampai, ejaan kata yang belum terucap, dari timur ke barat kau tetap berjalan, membawa ingkar mufakat
Di tengah kaktus yang tandus, sahara yang kau bilang sebagai surga, sedang kau berjalan terseok mencari apa itu cinta dan makna
Hingga malam tiba nyanyian sumbang dari rona bibirmu terdengar, lalu fajar datang, kau masih ada di bunga mimpi sebagai bidadari, tanpa Romawi
Semua terbangun melihat cahaya, bulan dan bintang sampai matahari tiba di langit, burung-burung hinggap di atas kepalamu, kasturi bermekaran di sekitar, sementara kau malah berlari mengejar semua yang semu
–
Semoga Kau Mengerti
cemas
menjelma
bom
hiroshima
dan
kau seperti
sakura
yang entah
kepunyaan siapa
sudikah aku membawamu
bahagia
dunia dan akhirat—nya
menggapai surga
menaiki anak tangga
melewati sidratul muntaha
hingga tuhan berbicara dan bertanya:
“siapa dia wahai anak manusia?”
lantas berlututlah aku, dan berkata;
“wahai tuhan yang maha agung, o inilah wanita yang selalu berada dalam doaku di sepertiga malam saat purnama berpendar sempurna.”
–
Angin
di antara jejak angin malam hari
daun-daun
menyapa lagi
batang-batang
jatuh
di antara sepi
dan
akar yang mati
lantas
rindu
lari
menari
malam ini
antara batas gedung
kaca-kaca
tampak murung
terkurung
di dalam
sarung
larut malam bukan larutan gelap
larut malam ini selalu setia dalam dekap
larut malam terlarut tanpa sikap
semoga
surga
segera
datang
mendekap.
–
Senin
I
kita harus tetap berbahagia
meskipun
tanpa siapa-siapa
hidup harus tetap berjalan
sebagaimana
mestinya
II
seharusnya
semua
yang buruk
bisa diterima
dengan
baik-baik saja
III
lalu senin datang
membawa
segudang lelah
ke beranda
manusia