penulis lepas yang suka kelepasan menulis

Fakta Penelitian: Ada Plastik di Ikan yang Kamu Makan

Ismail Noor Surendra

2 min read

Mayoritas sungai di Pulau Jawa sudah tercemar. Hasil penelitian menunjukkan 80% ikan di Pulau Jawa mengandung mikroplastik.

Melihat sampah-sampah yang kian berserakan memang menjengkelkan. Sampah yang rata-rata plastik ini kian menumpuk hingga menjadi pemandangan yang tidak mengenakkan. Apalagi jika sampah-sampah tersebut tercebur ke sungai. Sampah-sampah yang tercebur di sungai ini menimbulkan banyak sekali masalah. Selain bisa mengakibatkan banjir, sampah yang mengambang dan tenggelam dalam sungai ini juga mengakibatkan mikroplastik.

Mikroplastik adalah serpihan plastik yang ukurannya sangat kecil, lebih kecil daripada cuilan kuku jari. Mikroplastik ini berukuran kurang lebih 5mm. Partikel itu tidak terlihat mata, tapi jika dilihat dengan alat bantu penglihatan akan terlihat. Mikroplastik ini merupakan serpihan yang terurai dari sampah-sampah plastik yang terbuang di sungai.

Penelitian yang dilakukan oleh ECOTON ((Ecological Observation and Wetlands Conservation) menunjukkan fakta mencengangkan. Yaitu ditemukan banyak polusi air berupa mikroplastik. Remah-remah plastik ini berukuran 4,8 milimeter yang larut bersama air sungai di mayoritas sungai di Pulau Jawa.

Partikel itu terjadi akibat pembuangan limbah pabrik, sampah plastik, kosmetik, popok bayi, dan sebagainya ke sungai. Deterjen dan shampoo yang dikonsumsi masyarakat lalu dibuang ke sungai turut mencemari lingkungan. Karena partikel dari deterjen dan shampoo yang dikonsumsi masyarakat juga mengandung mikroplastik.

ECOTON juga menjelaskan bahwa tata kelola pabrik dan pola konsumsi plastik yang jelek dari masyarakat telah mengakibatkan pencemaran ini. Kurang tegaknya regulasi dari pemerintah kepada pabrik-pabrik membuat banyak pabrik ini seenaknya membuang sampah ke sungai. Budaya masyarakat yang suka memakai plastik sekali pakai juga memicu munculnya sampah yang berserakan.

Temuan dari ECOTON ini juga menyebutkan bahwa 80% ikan di bantaran sungai di Pulau Jawa sudah terkontaminasi mikroplastik. Ini menjelaskan juga bahwa ikan-ikan tersebut sudah tidak layak untuk konsumsi.

Partikel mikroplastik yang ada di sungai itu dimakan kerang, yuyu, lalu dimakan oleh ikan. Kandungan polutan yang berasal dari mikroplastik, pestisida, dan limbah industri itu dimakan ikan lalu dimakan manusia. Karena manusia memang ada posisi paling atas rantai makanan.

Bahaya yang timbul jika mengonsumsi ikan dari sungai di antaranya rusaknya sel peredaran darah, osteoporosis, kerusakan sistem kerja otak, resistensi insulin, dan sebagainya. Untuk perempuan bahaya penyakit akibat mikroplastik ini adalah kanker serviks, kanker payudara, kanker ovarium, dan abnormalitas organ produksi.

Bila mikroplastik itu masuk ke saluran pencernaan manusia, bisa merobek usus atau lambung karena pecahan ini tidak bisa dicerna. Bisa saja sebagian keluar bersama kotoran, tapi masih ada yang tertinggal.

Apalagi bila masuk sel darah, plastic mikro ini ikut terserap dalam jaringan sel darah dan bisa mengganggu sistem syaraf pusat. Bila terlalu sering bisa menyebabkan gangguan sistem pencernaan atau sistem syaraf, dan perlahan bisa menyebabkan kematian.

Kandungan bahan beracun (polutan) yang berasal dari pestisida, limbah industri, dan microbit dari sampah rumah tangga. Ukuran kecil tapi bisa menjadi besar, dimakan ikan lalu ikan dimakan manusia jadi berbahaya.

Apalagi air sungai sendiri merupakan bahan baku air minum dan diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Air yang tercemar seperti ini setiap hari kita konsumsi setiap hari; dari mandi, cuci baju, masak mie, bikin kopi, dan sebagainya sebenarnya menggunakan air yang tidak bersih. Apalagi kandungan mikroplastik ini sudah terbukti melalui banyak penelitian sudah banyak terkandung dalam air mineral yang kita konsumsi setiap hari.

Pembicaraan tentang bahaya mikroplastik ini sekarang menjadi pembahasan di dunia. Sedangkan di Indonesia jarang ada pembahasan secara serius terkait bahaya mikroplastik. Kurangnya kepedulian dan edukasi dari masyarakat rasanya membuat isu ini kurang seksi bagi masyarakat. Perlunya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya ini rasanya sangat perlu karena bahayanya sudah nyata melalui penelitian dari ECOTON.

Perlunya mengubah gaya hidup tanpa sampah semestinya semakin disosialisasikan kepada masyarakat. Pemakaian plastik harus terus dikurangi. Karena masalah pencemaran ini sudah genting sekali.

Ismail Noor Surendra
Surendra Ismail penulis lepas yang suka kelepasan menulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email