fragmen ketubuhan
telah terpajang bingkisan seni:
sebuah perjumpaan-perjumpaan frame
menampung mata para pengunjung
dan mengajak ia berbicara
pada tubuh; hamparan masa kecil
yang terhisap pori-pori tanah
perempuan itu mendayung tangan
sebahu, mengerakkan lima jarinya
kanan kiri secara bergantian
jalannya bergontai seperti menyeberang
dalam genangan air
dan ia melewati jukstaposisi
instalasi seni rangka rumah kayu
yang memancar dari neon putih
dalam tekanan kaki terus bejalan
hingga mendekat pada sebuah tangga
menghampiri lukisan toska
perlahan ia menjumpai bingkai
sisi tengah tentang lukisan laut
yang jika semakin dipandang
busa-busa ombak keluar dan muntah
dan terus mengisi ruang pameran
matanya tak beralih
hingga air laut itu berdebur
seluruhnya, menjadi mengambang
termasuk dari karya seniman lainnya
pengunjung lain tak karuan
dan semakin tenggelam
lalu, perempuan itu
tersedot dalam lukisan;
menamai dirinya ratu samudra
(Bantul, 2023)
–
kemunculan kota skizofrenik
pemuda-pemudi itu mondar-mandir
uring-uringan dengan dinding
dan menjadi bersalah; menyadang
tembok derita benar adanya
termasuk mengasingkan,
mereka sering memaki diri
di dalam kepalanya bilang
kalau dunia sering berputar
dan berkomedi hingga
pemuda-pemudi itu berkelakar
tapi juga cepat sedih jika
seperti rasa sakitnya penuh
kalau sedihnya tak mampu dibagi
“celaka! mana rumahku
hancur, nanti tinggal di mana?
tubuhku hinggap pada siapa”
“aku ingin jadi siput berkaki”
serentak: pemuda-pemudi yang
bingung, cemas hilang kendali
membawa rumah ke alun-alun kota
jalan menuju kota telah banyak
pemuda-pemudi kota yang menggendong
membungkuk berduyun sambil misuh, nyanyi
bahkan sok berfatwa senja
berkumpul dan merayakan
dari orang-orang yang menjauhi,
membuat jarak hingga dipinggirkan
mereka membuat pestapora
layaknya coachella
berkerumun dengan rumah
di punggung ketidakadilan
lalu pemuda-pemudi itu
menari menjadi dirinya
berbicara semaunya
dan memperjuangkan
tubuh kesadaran
(Bantul, 2023)
–
doa yang menubuh
kau diam di situ
memaku diri sendiri
lalu pandanganmu
jatuh memantul sinar emas
lampu jalan merambat pada aspal-aspal
dan menggenang
seperti sebuah kubangan
kini perjalanan menuju diri
diriwayatkan hening
hingga kesepian telah menggunung
tiba di puncak malam
lorong jalan dan deret orang
berpagut cemas:
menunggu saudara
yang setidaknya berkabar keadaan
di kening orang-orang
telah ia tulis untuk tuhan
daftar-daftar harapan
selembar untuk kesembuhan
satu lagi untuk diberi
kekuatan batin
yang tidak pasti
darinya yang kecil
dan meminta apa saja
dinding yang sebata
tempat para hamba
memanjat tangga udara
sudah tak terhitung dari jalur ini
menjadi lokus merapal doa
dari tubuh yang berserah
pejam matanya melontarkan
permohonan-permohonan
menuju langit
yang diturunkan bersama
kesulitan dan kemudahan
(Bantul, 2023)
*****
Editor: Moch Aldy MA