Budi dan Revolusi Industri
Ini Budi
Ini Ibu Budi
Ini Bapak Budi
Budi gemar di kamar setiap hari
Dengan laptopnya UI/UX ia pelajari
Ibu Budi memfoto masakannya sendiri
Lalu mengunggahnya di marketplace terkini
Bapak Budi duduk di teras berdiam diri
Menyesali transaksi cryptocurrency tadi pagi
Ibu Menanak Nasib
Sedari tadi ibu di dapur
Mengaduk panci di atas tungku
Menanak nasib, kata ibu
Ibu ambil sedikit dari dalam panci
Dikunyah dan telan pelan-pelan
Nasibnya masih keras, kata ibu
Doa Pedagang Online
Sore sudah hampir habis
Daganganku belum juga laris
Masih utuh sedari pagi
Bagai utangku di warung Pak Haji
Bapak menunggu di teras rumah dengan secangkir batuk pahit seperti biasa
Ibu masih WFH mencuci baju-baju majikan dari komplek sebelah
Adik sedang sibuk pura-pura belajar di kamarnya
Aku masih duduk di sini, menjaga dagangan seraya me-refresh akun olshop-ku secara berkala
Sore sudah hampir habis
Daganganku belum juga laris
Apa saatnya kuturunkan harga?
Ambil untung sedikit atau sekadar balik modal atau harus jual rugi saja?
Oh Tuhan
Yang Maha Penguasa
Yang Maha Pengusaha
Yang Maha Entrepreneur
Bantulah hamba
Aturan Membaca
Wahai anak muda
Bisakah kamu membaca “baca”?
Aku belum pernah coba
Maukah anda mengajarkannya?
Be a ba
Ce a ca
Baca
Sepertinya aku bisa
Silakan
A ce a
Be
Berhenti!
Apa yang kamu lakukan?
Aku membaca “baca”
Bacalah “baca” dari kiri
Itu sudah peraturan baku di negeri ini
Dengarkan!
Aku punya seorang kawan
Ia pernah membaca “baca” dari kanan
Di ujung malam ada petugas datang
Lalu ia diamankan
Be a ba
Ce a ca
404 Tidak Ditemukan
Pada suatu sore, aku pulang dari rumah kawan, melewati jalan yang jarang kulewati. Aku melihat mural bagus sekali. Serupa wajah yang tak asing bagi seluruh rakyat di negeri ini.
Kusiapkan kamera HP untuk kuabadikan. Tapi hal itu tidak kesampaian.
Begini kronologinya:
Kemarin pukul 4 sore aku lihat mural
Namun tersisa 0 kb di memori HP
Kudatangi lagi 4 hari kemudian, mural itu