Di Permukaan
untuk Khalil Gibran
hari-hari yang kita lalui
membosankan tapi penuh kejutan.
mirip ikan yang berenang,
kita sesekali muncul di permukaan.
kita mencari suatu yang baru
sebab hari-hari penuh sesak
dan diliputi haru.
tapi semakin kita mencari
semakin jauh pula
apa yang hendak dijumpai.
sesuatu jauh terbentang di depan sana
kita ikan-ikan migrasi
berpindah satu tempat ke tempat baru
tapi apa yang kita cari muskil ditemu.
di permukaan
kita mencari jawaban
tapi hanya akan menemui
semakin banyak pertanyaan.
apa dunia ini sengaja dicipta
dari tanda tanya?
tak ada kepastian.
sebab hari-hari yang kita lalui
membosankan tapi penuh kejutan.
seperti ikan muncul di permukaan
melanjutkan hidup atau
menyerah pada keadaan.
(Bengkulu, 2023)
–
Buah Hati Negara
untuk Khairul Anam
suatu subuh negara datang padamu
dan kau bertanya mengapa?
kau bingung dan tak mampu berkata-kata
hanya menerka apa yang terjadi berikutnya.
akhirnya kau dibawa pergi
dan kau tinggalkan istri juga buah hati.
lantas, kini, kau jadi anak tiri.
negara memang suka bercandyaaa
kau pernah jadi yang paling dicintai
tapi bisa dengan cepat dibenci.
negara memang paling suka mempermainkan kita,
buah hati darah dagingnya sendiri.
sebab kau merah. sebab kau kiri.
sebab kau banyak menyimpan rahasia.
(Bengkulu, 2023)
–
Menjadi Bagian Negara
untuk Febriana KF
jadi bagian dari negara
menjelma keinginan semua manusia.
ketika jadi abdi negara
kau terbebas dari penderitaan.
tapi di luar sana,
sebenarnya penderitaan bermula dari negara.
di tahun-tahun sebelumnya,
negara jadi pemarah.
banyak orang terpisah dari keluarga
lantas hilang entah ke mana.
tapi kau aman
ketika tubuhmu berseragam abu-abu.
setelah sebelumnya kau disaring negara.
kau seleksi CPNS dan ditanya seberapa Pancasila.
lantas kau jadi bagian negara.
setelahnya hanya ada bahagia dan bahagia.
selebihnya, semua kuning. semua menguning.
beringin tumbuh lebat di dada dan halamanmu.
sebab terkadang, bersetia juga perlu.
meski penderitaan ada di hadapan matamu.
(Bengkulu, 2023)
–
Membincangkan Diklat yang Kita Ikuti
untuk Ulfa Rizqi P
/sambutan/
mengunjungi diklat
kita bisa dibunuh sepi.
kata-kata telah mati di hadapan para petinggi
sebab selalu diawali gelak tawa
dan cakep dari peserta.
kau tahu, pantun yang diberi
sama seperti sumpah serapah yang sumbang.
seperti basabasi, tapi terpaksa ditertawai.
darinya, kita dengar yang itu-itu saja.
/acara/
selamat pagi, Bapak!
selamat pagi kami ucapkan.
inti dari segala inti
adalah ketika lagu-lagu didendangkan
dan ibu-ibu muda bernyayi di hadapan.
acara ini tak lebih dari senang-senang
selebihnya hanya tidur dan makan.
/penutup/
lekas saja. kami tak butuh kata-kata lagi.
ada yang harus ditemui
sebab sudah terlalu lama dijebak sepi.
(Bengkulu, 2023)
–
Suatu Pagi di Pasar Minggu, Bengkulu
untuk Febriana KF
di pasar minggu,
aku menemukan diriku yang lain
yang tersesat di kota asing ini.
ia menghampiriku dari masa lampau
seraya bertanya:
mau masak apa hari ini?
hari ini, aku ingin memasak rumah
dan kenangan yang kutinggalkan.
aku ingin membawanya kembali.
meski kutahu, itu tak semudah yang kuangan.
di pasar ini
aku membeli bahan yang sekiranya kuperlukan
untuk menghadirkan rumah dan kenangan.
aku memesan ingatan,
memesan kekasih yang kutinggalkan,
juga memesan seluruh kebahagiaan
yang tertinggal di sana
tanpa turut serta.
aku ingin membumbuinya dengan bocil
yang menangis ketika kutinggal pergi.
rumah aneka rasa.
PSN yang ada-ada saja.
dan yang tak kulupa, yang terpenting di dunia,
ingin kutambahkan simbah yang kupamiti,
tapi ia lebih dulu pergi ketika aku sampai di sini.
kini ia kekal. ia abadi.
di pasar minggu pagi ini,
aku menemukan diriku yang lain.
ia sedang menulis puisi.
sesekali mengangankan masa depan
dan mengingat masa lalu
yang berisi kesedihan dan kebahagiaan
untuk diulang kembali.
(Bengkulu, 2023)
*****
Editor: Moch Aldy MA