Bagi sebagian orang, kucing adalah hewan yang sangat lucu dan menggemaskan. Namun, bagi Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, pengarang pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta itu justru sebaliknya. Ziggy menggambarkan kucing sebagai hewan yang licik dan menyeramkan. Karena pada akhirnya, kucing akan menjadikan pemiliknya sebagai pembantu. Ziggy melampiaskan kekesalannya terhadap kucing dalam novel terbarunya yang berjudul ‘Kita Pergi Hari Ini’ terbitan Gramedia Pustaka Utama, tahun 2021.
Dalam novel terbarunya tersebut Ziggy memilih tokoh-tokoh yang terdiri dari anak-anak kecil, yaitu kakak-beradik yang bernama Mi, Ma, dan Mo (yang masih bayi), kemudian ada si kembar Fifi dan Fufu, juga Nona Gigi seekor Kucing Luar Biasa. Tapi jangan berharap kisah yang menggemaskan dari novel ini, sebab kita akan mendapat hal yang sebaliknya. Banyak pesan tersembunyi dalam novel ini, salah satunya tentang kerakusan manusia mengeksploitasi sumber daya alam.
“Sebab di Kota Suara, semua uang yang tersedia di dasar laut sudah diambil para perompak, uang di bawah tanah diambil para perampok, dan uang di ranting pohon diambil oleh pengusaha kayu yang jahat.”
Overpopulasi dan Kemiskinan
Dari penggambaran Ziggy tentang Kota Suara, tempat Mi, Ma, dan Mo tinggal, terdapat isu tentang overpopulasi dan kemiskinan yang membuat anak-anak tidak mendapat kehidupan yang layak. Di Kota Suara digambarkan sangat riuh oleh tangisan anak kecil, sebab dalam setiap rumah ada banyak anak kecil, bisa mencapai 5-7 anak, dan orangtua mereka menolak untuk mengikuti program Keluarga Berencana.
Kesulitan ekonomi yang terjadi di Kota Suara juga menyebabkan kedua orang tua harus sama-sama mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Konsekuensinya anak-anak mereka menjadi terlantar dan tidak mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup. Sedikit beruntung bagi keluarga yang mampu membayar pengasuh untuk anaknya. Tetapi, tentu saja hal itu tidak dapat mengganti kasih sayang dan perhatian orang tua.
Gender
Di novel Kita Pergi Hari Ini, Ziggy menggambarkan Mi sebagai anak yang keren (bandel) karena dia seorang anak laki-laki, sedangkan anak Ma adalah anak yang manis (lembut dan sopan) karena dia seorang anak perempuan. Di sini kita dapat melihat stigma di masyarakat bahwa laki-laki mesti macho atau maskulin, sedangkan perempuan mesti feminim.
Namun, Ziggy mematahkan stigma tersebut dengan memunculkan sesuatu yang berbeda pada si kembar Fifi dan Fufu. Fifi yang merupakan anak laki-laki justru digambarkan sebagai anak yang manis (feminim), sedangkan Fufu yang merupakan anak perempuan justru digambarkan sebagai anak yang keren (maskulin). Ma sedikit heran mengetahui fakta tersebut.
Eksploitasi terhadap binatang
Disebabkan kedua orang tua Mi, Ma, dan Mo yang harus bekerja, mereka terpaksa meminta bantuan Cara Lain, yaitu memanggil kucing pengasuh bernama Nona Gigi. Kehadiran Nona Gigi awalnya sangat membantu. Namun, petaka bermula ketika Nona Gigi mengajak Mi, Ma, dan Mo serta Fifi dan Fufu melihat “hal-hal indah” di tempat asal Nona Gigi, yaitu Pulau Kucing Luar Biasa.
Di Pulau Kucing Luar Biasa, Mi, Ma, dan Mo serta Fifi dan Fufu menemukan hal yang sangat menyeramkan. Semua yang ada di sana terbuat dari bagian tubuh manusia. Mulai dari cookies yang terbuat dari telinga anak kecil yang diculik dan diternakkan oleh Kucing Luar Biasa, hiasan dinding dari kepala anak kecil, rumah yang terbuat dari tulang-belulang serta gigi anak kecil (karena gigi anak kecil adalah bahan bangunan terbaik), dll.
Dari gambaran di Pulau Kucing Luar Biasa tersebut Ziggy sebenarnya sedang membahas isu tentang ekploitasi yang dilakukan manusia terhadap binatang lain. Banyangkan mulai dari pakaian yang kita pakai, makanan yang kita konsumsi, alat rumah tangga, hampir tidak lepas dari berbagai bagian tubuh binatang. Belum lagi peternakan yang sangat tidak berprikebinatangan, memaksa hewan-hewan bereproduksi secara cepat dengan menyuntikkan hormon-hormon tertentu, lalu mengkonsumsi mereka sejak masih bayi.
Selain isu-isu menarik di atas cara Ziggy menulis novel Kita Pergi Hari Ini, juga sangat menarik. Seperti, adanya catatan kaki yang mengecoh pembaca. Awalnya kita akan mengira catatan kaki tersebut serius dan benar adanya, namun ternyata itu hanyalah gimmick yang menambah keseruan kita saat membaca novel ini. Ziggy juga banyak bermain dengan kata yang bermakna ganda. Selain itu, Ziggy juga membuat nama-nama yang unik, semisal Mr. Ius, Boh Ong, Gama Ukerja, Bacako Mikaja, dll.