Bak roller coaster, tahun 2021 membawa industri hiburan tanah air naik-turun, bahkan morat-marit. Pandemi berdampak besar pada industri film dan musik. Ditutupnya bioskop, tempat pertunjukan, cafe, dan berhentinya penyelenggaraan acara memaksa pelaku industri hiburan memutar otak agar tetap bisa bertahan dan berjalan.
Kemudahan akses digital setidaknya bisa memperpanjang napas dan menjadi siasat baru untuk terus beradaptasi. Banyak skema diubah. Film-film yang pada awalnya direncanakan untuk tayang di layar lebar terpaksa ditunda. Pilihan yang bisa dipakai adalah menayangkan film-film lewat situs streaming.
Tahun ini, industri film banyak terselamatkan oleh situs dan aplikasi streaming. Sebut saja Netflix, HBO Go, Disney+ Hotstar, WeTV, Iflix, Mola TV, Bioskop Online, Viu dan masih banyak lagi. Ada berbagai judul film Indonesia dari berbagai genre yang tayang di situs-situs tersebut.
Di Netflix, ada film Ali & Ratu Ratu Queens yang mencuri perhatian dan ramai dibicarakan. Film bergenre drama komedi yang diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, Marissa Anita, Asri Welas, dan Tika Panggabean ini mengisahkan Ali yang hendak mencari dan menyusul ibunya ke New York. Namun, dalam perjalanannya, ia bertemu dengan sekelompok ibu-ibu kocak dan rempong yang memiliki kisah dan keunikan tersendiri. Bersama mereka, Ali justru bisa mencari makna keluarga dan jati diri yang sesungguhnya.
Naskah film yang ditulis oleh Gina S. Noer ini memberikan satu kisah berbeda yang ada di New York. Film ini banyak menyajikan kehidupan ekspatriat Indonesia di tanah asing serta kerinduan mereka kepada tanah air. Tak selalu tentang ingar-bingar dan pemandangan gedung pencakar langit, film ini justru menampilkan sudut-sudut dan tempat-tempat sederhana di New York yang jarang terlihat tetapi memberikan kesan.
Di aplikasi streaming Bioskop Online, ada beberapa film lokal yang menjadi bahan perbincangan di media sosial. Salah satunya film Selesai garapan Tompi yang sempat tayang terbatas di platform tersebut. Mengangkat isu pernikahan dan perselingkuhan, penilaian penonton terbelah menjadi dua. Selesai menjadi kontroversi dan banyak menjadi bahan kritik. Kritik tersebut datang dari berbagai pihak yang menyayangkan tak ditunjukkannya sudut pandang perempuan dalam cerita. Narasi yang dibuat juga dianggap seksis dan memojokkan perempuan. Film lain yang tayang pada platform Bioskop Online adalah Aum! yang mengangkat tema perjuangan kebebahasan menjelang reformasi 1998. Film ini dibintangi Jefri Nichol dan Chicco Jerikho.
Serial web Layangan Putus yang sedang tayang di WeTV berhasil mencuri perhatian orang-orang di media sosial beberapa pekan terakhir. Serial ini pada mulanya adalah tulisan curahan hati seorang pemilik akun Facebook yang suaminya selingkuh. Karena berhasil menyedot perhatian publik, tulisan tersebut mendapat lirikan rumah produksi MD Entertainment untuk diangkat menjadi serial web.
Mengangkat problematika rumah tangga dan perselingkuhan, film yang diperankan oleh Reza Rahadian, Putri Marino, dan Anya Geraldine ini berhasil memainkan emosi penonton. Tak seperti sinetron Indonesia di TV nasional yang sering tak jelas alurnya, serial ini menawarkan konflik dan pengembangan karakter yang jelas. Akting para pemerannya kuat dan bisa membawa penonton ke dalam cerita tanpa merasa cringe pada adegan-adegannya. Serial ini berjumlah satu musim dan memiliki 10 episode. Saking banyak dibicarakannya, salah satu kutipan film ini: “It’s my dream, not her! My dream, Mas!” belakangan ini sering sekali dipakai oleh netizan dan dijadikan meme di media sosial.
Berebut Layar
Pada paruh kedua 2021, di tengah segala keterbatasan, film-film Indonesia menunjukkan taringnya di berbagai ajang perhargaan internasional. Film-film ini juga banyak mengangkat tema progresif tentang kesetaraan dan hal-hal yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan.
Kemenangan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas di Locarno Film Festival dan Yuni di Toronto Film Festival telah memberikan optimisme bahwa industri film Indonesia tak seharusnya menyerah karena pandemi. Juga sudah bukan waktunya lagi untuk mengatakan bahwa kualitas film kita masih kalah dibanding film-film asing.
Baca juga
Selain dua film yang sudah banyak diulas tersebut, film pendek Dear to Me yang digarap Monica Tedja mendapat penghargaan di First Step Award 2021 sebagai Best Short and Animated Film. Film ini juga diputar di ajang Festival Film Locarno. Dear to Me yang mengangkat isu LGBT berkisah tentang Tim, pemuda lajang, yang berlibur di pulau terpencil yang penduduknya percaya bahwa melihat rusa adalah tanda bertemu jodoh. Tim berharap bisa melihat rusa agar orang tuanya bisa bahagia ketika ia mendapat jodoh.
Di ajang penghargaan dalam negeri, Penyalin Cahaya sukses menyabet film panjang terbaik pada ajang Festival Film Indonesia 2021. Film ini juga mendapatkan 12 Piala Citra. Film garapan Wregas Bhanuteja ini tak diragukan lagi soal aspek visual dan isi cerita. Penyalin Cahaya berkisah tentang Sur yang kehilangan beasiswanya karena dianggap mencemarkan nama baik fakultas setelah foto-fotonya dalam keadaaan mabuk tersebar. Film ini terasa dekat karena menyuarakan betapa daruratnya penanganan kekerasan seksual di dunia pendidikan. Film ini bisa disaksikan di Netflix mulai 13 Januari 2022.
Film animasi Nussa menjadi tonggak baru produksi animasi Indonesia. Film ini mendapat perhatian masyarakat karena visualisasi animasi yang luar biasa dan nilai kebaikan ceritanya. Nussa menjadi penyembuh dahaga film animasi anak Indonesia yang seret selama bertahun-tahun sekaligus menjadi gong pembuka kembalinya anak-anak ke bioskop sejak pandemi. Film ini menceritakan dunia Nussa dan teman-temannya yang penuh imajinasi dan sikap optimis. Selama penayangannya, Nussa telah ditonton lebih dari 400 ribu penonton. Saat ini, film tersebut juga bisa disaksikan di aplikasi streaming Bioskop Online.
Baca juga:
Pemutaran film-film ini di bioskop harus bertarung dengan protokol kesehatan dan bersaing dengan film superhero Hollywood. Harus diakui, waktu penayangan film Indonesia dan film superhero yang bersamaan berdampak pada berkurangnya layar untuk penayangan film Indonesia. Namun, dengan kemudahan dan banyaknya pilihan aplikasi streaming, sekiranya bisa memberikan alternatif lain bagi penonton yang hendak menonton film tanah air dan belum sempat ke bioskop.