Diktum 9.0
pungli makin liar
air bah informasi
orang dalam mengelap dasi
“silakan tuan, ini barang baru.”
aku virtual, kamu virtual
bercinta di kolom partisipan
zoom gratisan, sinyal ngadat
gagal orgasme, kick saja
mukanya ngeselin
ojol dan pinjol beradu bogem
negara masuk UGD, burung garuda batuk-batuk
ada apa dengan Zara-Okin?
Buna lebih Intel dari Intel
JRX lupa ngambil surat vaksin,
dan kita yang masih terus bertanya tentang kemerdekaan itu sendiri
2021
Manuskrip yang Tak Usai
seperempat matamu jatuh
di atas kasur lumpuh
yang kaki-kakinya dipenuhi rayap
dan luka-lukanya dikerumuni nestapa
kau bilang padaku, menua bersamaku
tentu barang yang mahal, porselen cina
yang mudah pecah, dan khayalmu bebas
dari nilai-nilai dan angka-angka
ini tidak ada hubungannya dengan
kabar-kabar duka, obituari
penuh dusta, atau kisah-kisah rekaan
yang ditulis jurnalis malas
ini adalah kisah antara aku dan kamu
naskah kuno yang tenggelam di lautan
tanpa nama, dan sialnya, kita belum sempat
menyelesaikan; bahkan untuk mengatakan
perpisahan; bahkan untuk mengenang ciuman pertama di malam terkutuk;
penuh amuk wabah
2021
Kebudayaan Nasi Bungkus
sebungkus nasi campur
lauk tahu bacem, semur
daging dan potongan
kebudayaan
di luarnya, puisi yang
meraung-raung minta
diperhatikan
sebelum cuci tangan
ia bersihkan sambal dan
bumbu-bumbu bahasa
yang menempel di
sela jari tangan dengan
lidah opininya yang lincah
lalu membuang kertas minyak
dan sisa sayur kolom tercecer
ke dalam tong sampah
pembendaharaan lama
tanpa tahu siapa penyair
yang kegirangan puisinya
masuk koran Minggu Pagi
dan seniman kelaparan
yang membuat ilustrasi
dan belum sempat makan
nasi semalam dan apesnya
ketiduran
2021
Elegi Sidoarjo
sidoarjo sore ini adalah
genangan keringat buruh pabrik
yang meleleh membasahi aspal
beradu dengan nasib dan info chip
sidoarjo petang ini sebuah tempat
singgah bagi pekerja luar kota
yang menyalakan malam dengan
kehangatan keluarga dan listrik
kosan yang njeglek melulu
dan sekali lagi, Sidoarjo tengah malam
memeluk apa-apa yang luruh
merapikan segala yang tercecer
dan menyuntikkan harapan baru
pada tubuh-tubuh layu
agar bugar di pagi hari penuh kabut
ketidakpastian
2021
Kehilangan yang ke Sekian Kalinya
waktu menguar
bau kesedihan
dan sepiring malam
terhidang di dadamu
asinan air mata
mengendap dan
berkejaran dengan
isak tak henti-henti
kini,
masih saja kau bertanya
warna langit ketika
hutan-hutan terbakar
dalam tengkukmu
kini,
masih saja kau berkata
berapa kali lagi aku harus
tabah saat semua telah pergi
dan tidak pernah putar balik
sekali lagi
2021