Botol-Botol

A. Anugrah Hidayat

50 sec read

Botol-Botol

Tak terasa, waktu silih berganti
Bulan yang mulanya biasa, berubah menjadi suci
Botol-botol berisikan teh yang disosor dengan makanan apa pun,
berubah menjadi botol-botol berisi marjan yang tak lagi diambil dari lautan,
melainkan dicomot begitu saja dari iklan sirup di televisi yang terdapat di ruang keluarga

Apalagi, botol-botol berisi buah-buahan anggur milik orang tua sepuh
nan memabukkan lagi terlarang bagi sebagian besar umat
Mereka pasti dilenyapkan (atau bisa saja disembunyikan)

Kini,
Aku hanya sekadar ingin menikmati setetes kerinduan
Yang tetiba saja tertuang dari muka galak dan senyum kecutmu
Yang lebih dingin dan memabukkan dari botol manapun

Ah, celakalah aku!
Di bulan suci ini aku malah memikirkan dirimu dibandingkan Tuhan!

Bogor, 30 Mei 2020

 

Doa yang Kusemogakan

Ketika aku mencoba menghubungi Tuhanku,

aku meminta kepadaNya agar membangunkanmu

dari tidur panjang angan-anganku

 

Lekas Datang

Sewaktu kau pergi menunggu
Lekas tak kunjung datang
Maka datang pun tak kunjung lekas
Sini
Kemari
Kuberi tahu

 

Pulanglah kepadaku, tiada guna menunggu lekas maupun datang

 

Berkunjung

Pada hari di mana malam itu tiba,
Aku pergi untuk mengetuk pintumu
Sialnya aku, rupanya sudah ada lelaki di depan rumahmu
Aku meneleponmu dan berbisik,
Bisakah engkau keluar lewat pintu belakang dan lantas pergi menyusuri sisa hidupku?

Bogor, 9 Agustus 2020

 

Kacamata

Kabarnya,
seorang penjual dan ahli kacamata bangkrut
semenjak seorang lelaki kecewa atas kacamata yang sudah dibeli

Sayangnya,
Setelah memakai kacamata tersebut
Seorang gadis tetap saja tak bisa melihat perasaan sang lelaki

Bogor, 14 Agustus 2020

A. Anugrah Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email