Penadah
Pilu itu
sampai juga ke hulu
Duh, sendu
Kamu berharap pertemuan
Malah dibunuh rindu
Sampai batin keruh
Membekas luka
oleh khianat
yang menyayat
Lalu kamu diam
Tanpa melaknat
Apalagi mengumpat
Jika kamu mau
Berteduhlah
Aku adalah penadah
atas segala keluh itu
Aku tempat pelampiasan
atas derita kasmaran
Kapanpun kau mau
Sampai memutuskan
untuk kembali
atau menetap
(Agustus 2021)
–
Entitasmu, Entitasku
Rasa-rasanya
Entitas darimu
Masih berada
di masa lalu
Tidak sepenuhnya
batinmu melupa
Sungkan
Aku ingin
Memberi kehadiran
Juga kenyamanan
Membuat sunyi
Tidak berbuah duka
Seperti yang dirasa
Hamzah si pujangga
Biar entitasmu
Lepas dari masa lalu
Segera setelah itu
Entitasmu
adalah aku
(1 September 2021)
–
Seabad Sembunyi
Sembunyi
seabad lagi
Sembunyi
dari nyanyian pagi
Kau kukagumi
Parasmu membunuh hulu hati
Aku ingin bertemu di warung kopi
Tempat biasa kau bersemi
Namun itu cuma angan
Pertemuan kita kutakuti
Sebab aku anak angkringan
Kamu anak kopi
Aku minumnya es teh kampul
Kamu red velvet
Aku tak punya duit, dik.
Aku yakin biaya riasmu mahal,
aku tidak sanggup
Ku harap kamu mau
Sekedar ngobrol tak mengapa
Asal kita bisa bertegur sapa
(6 Maret 2021)
–
Terbayang
mati padam
merah meredam,
lilin meleleh,
bukan gelap yang terbayang,
malah wajahmu;
tak pernah padam
(07 September 2021)
–
Fana Kabarmu
Seribu tahun lalu
Sudah lama purnama berlalu
Entah musim apa itu
Ada yang bilang padaku:
“yang fana itu dirimu, waktu, dan tuju”
“bukan begitu” sahutku
Yang fana itu bukan hanya aku pun waktu,
namun juga kabarmu
yang entah kapan kutahu
Mungkin kau tak mau
untuk ‘ku tahu
Padahal aku rindu
ingin lekas bertemu
(April 2018)
–
Biarkan
Biarkan pergi
Sebab pergi adalah jalan untuk kembali
Biarkan berlari
Sebab berlari adalah langkah cepat yang dekatkan hati
Biarkan benci
Sebab benci adalah rindu yang sembunyi
(11 Mei 2018)