Berkunjung ke Ibu Kota dan Puisi Lainnya

Edi Suliswanto

1 min read

BERKUNJUNG KE IBU KOTA

di puncak monas, ndesoku kian jelas
seperti warna-warni kota
dalam jangkau teropongnya

gedung-gedung menjulang wujudnya
menjuntai bayang-bayangnya
hitam mengingatkan hama
melanda sawah-ladang di pelosok sana

jalan-jalan melingkar dan menikung
tak tampak bayang-bayangnya
tetap saja mengingatkan agar waspada
awas! banyak rumah tangga
kecopetan cinta di sana

pabrik-pabrik tak pernah tidur
dan buruh-buruh
mengirim kekhawatiran
yang tak bisa diukur
dari bahaya dapur yang berlibur

(2022)

DI STAN TANAMAN HIAS

tanaman-tanaman
yang dikerdilkan pot
dijual bervariasi
harga sama dengan rasa
selamanya nisbi
seperti suka-suka kita
membuat prediksi;
menaksir harga
kemerdekaan
yang dibonsai.

(2022)

DUA ARAH DUA TUJUAN

Satu jalan dibelah sama
Marka dan tanda

Arah dan batas
Masing-masing tujuan

Terhubung namun tak
Saling menghubungkan

Dua jalan di tengah-tengah
Dari satu yang dibelah

Di masing-masing seberang
Masjid dan gereja saling memandang

(2022)

DERMA

Seperti romantisme Umar,
kau bersepeda keliling gang
Lajumu terganjal keluh seseorang
Kecut dan sial sekeping tatal
menyelusup kulit nasibnya

Perih dan gatal
hatimu ingin cepat-cepat mencabutnya.

(2022)

SETIA KAWAN

kau hadir ke dalam dirinya, menyelamatkan rasa canggung
yang mungkin tiba seandainya alpa memberi punggung
atas apa yang ditanggung

kau memimpin di depan
ketika ia harus turun ke jalan.
bergandeng rasa, merapatkan dua
hati dan jiwa yang telah bertalian.

sebab tak ada yang lebih mahal dari kesetiaan, katamu.
kau menebus itu dengan habis waktu
mendekam di ruang perenungan.

kau ingat, alangkah kejam retorika lidah
berpaling arah kaki melangkah.
di jalan itu, seseorang yang memancing
terhunusnya parang, mencuci tangan dengan darah yang kau tumpahkan
lalu melabel harga diri pahlawan.

tak ada kesetiaan tanpa sebuah ujian, katamu
setiap kali memasuki kedalaman dirimu.
memungut puing-puing yang terpelanting dari kedamaian yang dibanting
dua kubu berseteru di jalan itu. satu persatu kau himpun
seperti artefak, runtut silsilah, pedoman sejarah.

sampah yang terserak di jalan itu,
bilah-bilah yang patah dan terbelah
kau jumput dan kau pilah agar tegak serupa galah dengan
hikmah sebuah musibah

: tongkat pemukul sekaligus penuntun kelak mengayunkan langkah

(2022)

KERTO

Kerto pergi berobat ke puskesmas setempat dengan kartu BPJS kelas 3,
ke rumah sakit terdekat dengan kartu BPJS kelas 3 dan surat rujukan dari Puskesmas setempat.
Kerto pergi ke rumah sakit terdekat untuk menukar kartu BPJS kelas 3 dan surat rujukan dari Puskesmas setempat dengan obat mujarab,
pil pahit dan obat racikan yang berisi bubuk alasan.
Kerto pergi berobat ke rumah sakit terdekat dengan kartu BPJS kelas 3 dan surat rujukan dari Puskesmas setempat yang dikembalikan kepadanya.
Kerto pergi berobat dan meninggalkan hidupnya di rumah sakit terdekat.
Kerto pergi ke rumah sakit terdekat sekadar melihat-lihat tubuhnya di kamar mayat.

(2022)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Edi Suliswanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email