Animasi Doraemon selalu memiliki tempat di hati para penonton setianya. Sejak kecil, animasi ini menemani hari-hari kita setiap Minggu pagi. Jadi, cukup sulit untuk menghilangkannya dari ingatan.
Animasi asal Jepang yang satu ini selalu punya sisi menarik dalam alur ceritanya. Mulai dari visi tentang masa depan yang terkadang sulit diterima oleh akal sehat, tapi cukup menyenangkan jika diterima sebagai imajinasi yang menghibur.
Namun, sebagaimana kata Harari dalam bukunya yang berjudul Sapiens, hasil dari proses kognisi yang bernama imajinasi itulah yang mengantarkan manusia menuju masa-masa yang akan dilewatinya, masa depan. Entah masa depan yang digambarkan dalam animasi Doraemon benar-benar terjadi atau tidak, yang jelas, sebagai manusia yang bijak, kita tentu ingin berubah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Selain gambaran masa depan, hal lain yang menarik dari animasi buatan Fujiko F. Fujio ini adalah tokoh Nobita. Sepintas, Nobita tak tampak memiliki karakter pemimpin jika kita melihatnya dalam serial Doraemon saja. Dalam kartun seri, Nobita digambarkan sebagai sosok anak yang pemalas, bodoh, dan terlalu bergantung kepada Doraemon. Singkatnya, segala sifat yang kita anggap tidak ideal dari seorang manusia ada dalam diri Nobita.
Namun, karakter Nobita akan berbeda dalam film-film Doraemon. Mulai dari film pertama, Doraemon dan Dinosaurus Nobita (1980), hingga yang terbaru, Doraemon: Nobita dan Perang Bintang Kecil (2021), tampak karakter Nobita sebagai seorang pemimpin. Akan tetapi, berbeda dengan gambaran pemimpin kebanyakan yang berkharisma, pintar, pandai beretorika, dan memiliki banyak pengikut, semua kualitas itu tidak ada pada diri Nobita.
Baca juga:
Merujuk pemikiran Tim Elmore yang mendeskripsikan tentang situasi dan kondisi kemunculan seorang pemimpin, maka Nobita termasuk dalam tipe situational leader. Nobita adalah tipe pemimpin yang muncul hanya dalam situasi dan kondisi tertentu. Berbeda dengan, misalnya, Dekisugi yang merupakan habitual leader. Dekisugi adalah pemimpin yang telah terbiasa memimpin dalam keadaan apa pun, di mana pun, dan kapan pun. Dari segi kualitas, Dekisugi terlampau jauh berada di atas jika dibandingkan dengan Nobita. Sampai-sampai, dalam sebuah manga alternatif karangan seorang penggemar, Dekisugi diceritakan menjadi seorang presiden di masa depan.
Namun, jangan salah apalagi sampai mendiskreditkan karakter Nobita sebagai sosok yang lemah. Sebab, dalam setiap film, Nobita selalu menjadi sosok penyelamat bagi teman-temannya ketika bahaya mengancam keselamatan mereka semua—entah melalui cara yang strategis maupun reaksioner.
Jika dikaitkan dengan seri kartun Doraemon, kualitas pemimpin pada diri Nobita tidak terlalu dianggap pengaruhnya oleh besar teman-temannya. Namun, sebagaimana perkataan bijak dari Lao Tzu, pemimpin akan menjadi yang terbaik jika sedikit orang mengetahui bahwa dia ada. Setelah tugas dan tujuannya selesai, orang-orang akan berkata: kami telah melakukannya sendiri.
Kembali merujuk perkataan Lao Tzu, seharusnya pemimpin itu melayani dan menjaga yang ia pimpin tanpa embel-embel mengharap pengakuan dari orang yang ia tolong. Sebab, menjaga dan melayani merupakan tugas utama seorang servant leader.
Utamanya, seorang servant leader haruslah memiliki rasa empati kepada sesama manusia. Meskipun terkadang Nobita melakukan aksi penyelamatannya hanya karena pujaan hatinya yang bernama Shizuka, rasa empati merupakan salah satu modal utama atau bahan bakar pelecut yang memunculkan sosok pemimpin pada diri Nobita.
Empati adalah pengubah sosok seseorang, entah orang itu memiliki kualitas di atas maupun di bawah rata-rata untuk menjadi sosok seorang pemimpin. Pemimpin yang memiliki jiwa melayani berasal dari nuraninya sendiri. Hanya perlu nurani untuk mengubah kita semua menjadi pemimpin.
Editor: Emma Amelia