Penulis, editor, dan konsultan penulisan kreatif PT Bernard Writing Consultancy. Tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. +6285752170581

Aku Rantaimu dan Puisi Lainnya

Bernard Batubara

1 min read

Kau Apiku

Aku bayangkan mati
Di pelukmu
Karena pelukmu terhangat dari segala hal

Aku es
Tidak hidup di panasmu
Aku besi
Tidak hidup di jantungmu

Detak mesin dan denyut darahmu
Aku pembuluh, sel sungai dan samuderamu
Kau jiwa, kau rantai dan oli jari-jari rodaku

Jika Bumi retak, kanvasmu merekamku
Jika sungai ke langit, aku raungmu
Jika sungai ke pohon, aku ruangmu
Jika sungai ke kota, aku bunyimu
Jika sungai ke desa, aku apimu

Maka matilah kita, matilah
Bintang jatuh di mangkuk mi ayam kita
Bintang jatuh di kota, di api rantai mesin kita

Aku Rantaimu

Aku rantaimu
Pegas dingin jantungmu
Pegas panas gigimu
Raung mesin denyut nadimu

Apa benar kota hilang
Ke lubang hitam
Atau berputar di komidi uang
Dan hilang ke aspal jalan besar

Desa kahyangan desa dewi-dewi
Petaka di sini, amarah langit
Amarah surga dan neraka
Pada rasionalitas Psyche

Kita bukan anak-cucu Plato
Kita bukan pembawa pesan Yunani
Tidak ada filsafat di dalam puisi
Cuma sampiran dan lembar-lembar jenaka

Aku dan Kau Mata Rantai

Aku dan kau mata rantai
Bunyi evolusi dan sosial yang semu
Aku dan kau jenuh pada mata rantai
Aku dan kau bebas di antariksa
Kita berdosa sejak terlahir

Tuhan tidak mau tahu, tidak mau ambil pusing
Kita bukan malaikat, iman kita tidak konstan
Kita pangkat pada bilangan avogadro
Telah ditetapkan tidak bisa berubah

Kita dikutuk stagnan
Dalam kemiskinan
Jiwa kita di dalam komidi putar
Kita tidak bisa bayangkan diri kita bahagia
Kita Sisifus

Aku dan Kau Bunyi-Bunyi

Abstraksi kita di dinding-dinding hotel tua
Rokok di tangan satpam
Mengintai kelelawar dan penjual siomay Pelanggan siomay orang asing
Sisifus mendorong gerobak
Bekerja meruntuhkan pemilik modal

Bunyi-bunyi merambat di dinding-dinding hotel tua
Sebuah tubuh hilang ruh, hilang jiwa
Bergelantungan menunggu perhatian
Kita sibuk memvalidasi diri sendiri

Kita narsis! Kita semua narsis
Tidak ada obatnya, kita semua sakit jiwa
Semua orang pasien jiwa, tidak ada dokter jiwa
Semua orang abstrak, semua orang pantulan

Aku Sisifus, kau Narsisus
Kita pantulan Tuhan dan malaikat
Iblis cuma abstraksi
Iblis cuma abstraksi

Iblis di dalam bunyi-bunyi
Sekularisme di permukaan danau
Riak di pantulan danau
Riak di mata Narsisus

Sisifus mendorong gerobak
Narsisus membeli siomay

Kita Bunyi Mata Rantai

Jangan diam dan jangan senyap
Jangan bunyi di balik kuburan
Di balik kuburan, di balik tanah
Keluar jenazah, tubuh Narsisus

Narsisus dan Oedipus
Membonceng Quixote,
Don yang kelaparan

“Aku bisa gila lima menit lagi!”
Seru Don Quixote
“Betapa komedi hidupmu.”
Kata Narsisus

Mata rantai Don Quixote, Narsisus, dan Oedipus
Bertemu di balik kuburan
Kita telah mati di dalam mitos
Demitikasi itu tujuan kita
Demitikasi itu puisi ini

Lalu apa yang kau cari di dalam puisi
Bukan larik-larik mistis penghamba abstraksi
Tapi kodifikasi dan kepuasan
Hamba hormon dan ekstatik

*****

Editor: Moch Aldy MA

Bernard Batubara
Bernard Batubara Penulis, editor, dan konsultan penulisan kreatif PT Bernard Writing Consultancy. Tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. +6285752170581

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email