Akhir Hidup Sempurna dalam Dongeng Orangtua
kamarmu telah dipenuhi bercangkir-cangkir kopi yang asin oleh air matamu
sesekali kau mengheningkan cipta bersama tawa masai
dengan chorus tangismu sendiri
tubuhmu demam dihajar waktu
detak jam dinding terus tumpah dan tak bisa ditawar
masa beliamu umpama karusel yang terselip di antara
kesunyian yang membengkak di dadamu
di kamarmu, sepi makin riuh bersorak
kau tengah terjebak pesta yang kaubuat sendiri
kau tak punya peta; maupun buku panduan untuk kembali pulang ke rahim ibumu
bagimu menjadi dewasa adalah seni peran paling melelahkan:
luka-luka menjadi berkecambah di dadamu,
cemas-cemas menjadi ruam di tubuhmu
seperti roti barbari bersanding secangkir kopi asin yang mengering
usai menyimak dongeng paling humoris dari ibumu.
Januari, 2024
–
Tahun Baru Pertama di Surga
teruntuk Mbah Poni yang telah berbahagia bersama Bapa di surga
perayaan kesedihan telah usai saat kamboja pertama jatuh menggenangi tawa basah itu dan aku masih terkesima oleh keriput tubuhmu yang berlarik-larik
seperti kertas crepe yang meruntai-runtai bahagia di pesta ulang tahunku yang ke tujuh belas
dahimu yang melisut-lisut hingga lecek adalah jalan iman yang kaugores berkali-kali
tetapi,
hari ini ada surga di antara tahun baru kita
aku pun bertanya-tanya:
bagaimana perayaan tahun baru pertamamu di surga?
adakah pertunjukan menari cuenca di surga?
apakah seloki-seloki penuh chicha dibagikan cuma-cuma di surga?
adakah pesta perjamuan yang menghidangkan bubur nanakusa kesukaanmu—
setelah kembang api pecah di atas keningmu?
Blitar, 25 Oktober 2023
–
Sinterklas yang Lupa Jalan Pulang
malam masih bergetah dingin
menanggalkan ampas kopi membeku sendirian di dasar gelas.
aku masih berpura-pura terpikat oleh serial Home Alone yang mengalun dengan adegan yang itu-itu saja,
sementara anak-anak hujan telah berhasil membuat perapian pada mendiang sepi
yang dihibur oleh lagu ‘selamat natal mama’,
juga pada lisong yang terkatung-katung di bibir muram milik bapak.
aku tak sabar menukar air mata sepanjang tahun, dengan aroma kaos kaki Sinterklas
atau dengan parsel mewah yang menjuntai dari saku langit yang mulai sobek
sedang bapak akan menukar sebuah tunggu dengan tunggu lainnya
sampai menemukan kecup ibu yang tercecer di tiap-tiap cerutunya.
pagi hari bagiku adalah saat paling berkabung:
langit sewarna kulit labu, lalu
beranjak secerah kulit jeruk limau
dan di atas mazbah toples-toples telah kosong,
sebab roti-roti tak beragi itu telah pergi meninggalkan kampung halamannya,
menyisakan seonggok wortel keriput yang meringkuk di dalam lemari es—menunggu sembilan ekor rusa
yang entah mengapa tak pernah tiba,
atau—konon kabarnya sedang terjebak di dalam sebuah buku cerita.
–
Draf
layar ponselmu memucat menunggu kata yang belum beres kaususun menjadi kalimat
diam-diam matamu menertawakan wajah kota yang bersolek dengan kembang api
sementara chernobyl tengah melanda jantungmu
meledakkan tanda tanya besar yang berserakan di mana saja
kau bersusah payah dan hendak berguru kepada Eminescu demi merampungkan basa-basi di layar ponselmu;
kau membayangkan tahun baru dengan berburu kenangan:
menyeruput hot espresso bersama pacarmu,
memberinya fleece dan syal sebelum musim dingin meruntuhkan air matamu,
atau menonton bioskop sembari memikirkan nasib kacang goreng—yang tak bisa menggantikan popcorn,
juga mendengarkan dengan lugu senandung meteora mencubiti jantungmu.
Desember, 2023
–
Puisi Berbulu Domba
tetapi, kaubiarkan puisi-puisi itu menjadi bacin di atas tubuhmu,
membuat tinta dan ruh kata menguap bagai halitosis bercampur aroma kretek
merayapi sudut kepalamu yang berkali-kali pecah
meluberi isi kamarmu dengan pertanyaan, “apa, apa, kenapa, apa, dan kenapa?”
bagimu puisi hanyalah nubuat rekaan
dari ingar-bingar kepala yang terus berulang seperti suara compact disc baret
atau kaset pita kusut yang sering diputar oleh penyiar radio favoritmu.
tapi kau maha lupa: tidurmu adalah puisi, marah-marahmu adalah puisi,
dengkuranmu adalah puisi, gemingmu adalah puisi,
dan
yang kaukutip pertama kali dari alkitab, dharani, sutra, dan mantra
adalah puisi yang sengaja kausamarkan menjadi talin dan doa-doa.
sebab kau pun maha tahu:
tuhan tak suka puisi yang dibuat dari kental air matamu;
atau juga dari suara sember degub jantungmu.
Desember, 2023
*****
Editor: Moch Aldy MA