Buku Manusia Adimanusia: Sebuah Komedi dan Sebuah Filsafat yang berjudul asli Man and Superman karya Bernard Shaw ini akan menjadi drama menyenangkan jika dibaca secara biasa, namun akan lebih nikmat jika dibaca secara nakal: bukan saja menjadi santapan penghibur, namun juga santapan ketersinggungan bagi mereka yang fanatik pada nilai-nilai moralitas konvensional.
Bernard Shaw merupakan seorang kritikus sastra dan dramawan asal Irlandia yang beraliran satire; komedinya yang tinggi akan membuat pembacanya memiliki prasangka-prasangka negatif terhadap dirinya sesaat setelah menghabiskan buku ini tanpa sempat merenungkan pemaknaan yang mendalam atas apa yang sudah kita baca.
Baca juga: Menulis adalah Pertemuan
Manusia Adimanusia mulanya adalah satu drama pesanan yang mengusung tema Don Juan. Don Juan dikenal oleh publik sebagai perayu dan pemburu wanita-wanita yang cantik. Dia dipopulerkan oleh Mozart melalui operanya yang bertajuk Don Giovanni. Dalam drama ini, Shaw tidak menggunakan Don Juan sebagai seorang pemburu, namun menjadi objek yang diburu. Shaw telah merevisi Don Juan melalui komedinya yang satir dan memasuki wilayah isu gender yang sensitif. Mungkin para feminis yang membaca buku ini akan menuduh Shaw sebagai seseorang yang seksis tanpa lebih dulu membaca latar belakang Shaw dan paham yang dianutnya.
Drama empat babak ini menghadirkan pertarungan moral seorang tokoh bernama John Tanner dengan moralitas konvensional yang coba didobraknya. Drama ini diawali dengan narasi yang menunjukkan kepiawaian Shaw dalam menggambarkan kehidupan orang-orang kelas menengah atas di Inggris yang selalu menjunjung tinggi moralitas konvensional dan aturan-aturan kepantasan yang berlaku.
Di babak pertama kita akan disuguhi perkabungan yang dialami oleh Ann. Ann adalah seorang wanita cantik yang dapat memberikan inspirasi bagi seorang pujangga dalam melukiskan keindahan dan kebahagiaan. Ann mencerminkan sosok wanita pada umumnya terkait hubungan mencinta—di mana ada anggapan bahwa wanita cenderung menunggu dan pasif sampai dia dirayu, tidak pernah mengambil inisiatif dalam menentukan pilihannya. Ann kehilangan seorang ayah, yang berarti bahwa dia kini membutuhkan seorang wali untuk menunjukkan jalan hidup yang benar. Seorang wanita muda tidak akan mampu hidup tanpa arahan dari seorang laki-laki yang berpengalaman, setidaknya begitulah aturan konvensional yang coba diungkapkan oleh Shaw.
Keharusan adanya perwalian ini justru menjadi kebanggaan tersendiri bagi Roebuck Ramsden, seorang generasi tua yang menyebut dirinya berpikiran maju dan revolusioner. Dia hidup dengan menjaga martabatnya sebagai seseorang yang terhormat dari kalangan atas. Namun dia adalah sosok orang tua yang kolot dalam pandangan John Tanner. Tanner adalah sosok keras kepala yang selalu membesar-besarkan masalah, sinis terhadap aturan-aturan kepantasan, jujur, dan menyebut dirinya sebagai anggota kelas berduit yang malas dalam buku anehnya yang berjudul Pegangan Revolusionis yang ada pada bagian akhir dari buku ini.
Mungkin orang-orang akan mengira bahwa Tanner merupakan seseorang yang paranoid, namun justru melalui Tanner inilah Shaw mencoba merevisi legenda Don Juan sekaligus merumuskan ide-ide adimanusia yang pernah dipopulerkan oleh Nietzsche melalui Maka Berbicaralah Zarathustra. John Tanner terpaksa menjadi wali bagi Ann atas permintaan almarhum ayahnya. Namun sebenarnya di sinilah awal mula kegagalan-kegagalan yang ironis dari visi adimanusia John Tanner.
Kekalahan Adimanusia
Adimanusia adalah konsep Nietzsche mengenai seorang manusia yang memiliki kehendak yang sangat kuat; yang mencintai hidup meskipun banyak penderitaan di dalamnya (amorfati). Dalam buku ini, Tanner berupaya untuk mewujudkan “keinginan moral” yang memberikan nilai sebagai prinsip dan tujuan hidup, terlepas dari konvensi moral yang ada.
Tanner mengatakan: “…keinginan moral telah mengarahkan sifat destruktif dalam diriku untuk tujuan-tujuan moral. Aku telah menjadi pendobrak dan yang kuhancurkan bukan cuma mentimun atau pohon ara, tapi kepercayaan dan berhala-berhala.”
Bagi Tanner, perang moral yang paling serius adalah peperangan antara wanita keibuan dengan adimanusia: pernikahan hanya akan mereduksi adimanusia dengan kehendak yang sejati menjadi seorang manusia biasa yang menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah. Sedangkan wanita keibuan akan mencengkeram dan membebani pria dengan kewajiban dan kepantasan tentang menjadi seorang ayah. Setelah terikat dengan konvensi moral berupa pernikahan, maka seorang pria tidak akan lepas dari cengkeraman wanita. “Kalau laki-laki hendak pergi ke tempat yang tidak disukai wanita memang tidak ada hukum yang melarang, tapi wanita merebahkan diri di bawah kaki laki-laki supaya laki-laki tidak bisa melangkah.”
Baca juga: Abbas Kiarostami dan Kemungkinan-Kemungkinan
Adimanusia versi Shaw memang menjadi idealisme nekat yang mencoba mendobrak kemanusiaan yang normal. Adimanusia menolak berkompromi dengan kepura-puraan untuk saling menyenangkan, namun bersikap jujur dan apa adanya meskipun itu menimbulkan permusuhan yang serius. Bagi Tanner, manusia rela berpura-pura meskipun hal tersebut bertentangan dengan nuraninya. Tanner tertarik dan mencintai Ann—dia tidak perlu berbohong dengan naluri itu. Namun Tanner pun mengambil sikap yang jujur tentang kemunafikan dan kepasifan seorang wanita seperti Ann. Kemunafikan tertinggi dari Ann yang menjadikannya “pemenang moral” dalam drama ini terjadi ketika Ann menolak cinta dari Octavius dan memberitahukan bahwa almarhum ayahnya telah memilih Tanner sebagai calon suaminya. Jebakan itu juga sudah dipasang dari awal untuk memenjarakan Tanner dalam ikatannya. Sebelum meninggal, ayah Ann bertanya pada Ann tentang siapa yang diinginkannya sebagai wali. Ann memilih Tanner.
Wasiat itu menjadi senjata bagi Ann untuk mengharuskan Tanner selalu berada di dekatnya. Pada akhirnya Ann menggunakan keperempuanannya untuk menjerat Tanner melalui sebuah “keharusan” untuk melakukan pernikahan. Mengapa Tanner tidak menolaknya? Jika kemudian pertanyaan itu timbul, maka jawabannya sederhana: Tanner mencintai Ann. Meski pada awalnya Tanner bersikeras untuk menolaknya, namun Ann menjeratnya melalui “kepasrahan” seorang wanita pada umumnya yang membuat pria merasa bersalah. Tidak ada pilihan lain yang dapat membantu Tanner untuk keluar dari persoalan yang dilematis ini, kecuali terpaksa memutuskan untuk menjadi manusia-manusia biasa yang hidup sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang.
Padahal sebelumnya Tanner memperingatkan Octavius untuk hati-hati terhadap jerat kemunafikan Ann melalui filosofinya yang mendalam, bahwa kebebasan lalat akan diberangus oleh laba-laba yang kelihatannya pasif dan hanya menunggu mangsanya, tapi dia membuat jerat berupa rangkaian jaring sebagai jebakan untuk lalat tersebut.
Dalam kenyataan ini, Tanner mendeklarasikan kekalahan moralnya dengan membuang kebebasannya yang paling agung untuk kebahagiaan yang membosankan. Dia meminta agar pesta perkawinannya dilakukan secara biasa-biasa saja. Tanner juga mengumumkan bahwa segala barang-barang tidak berguna yang ditimbunkan kepadanya sebagai “ucapan selamat” atas pernikahannya akan dijual dan hasil yang didapatkannya akan dipakai untuk membayar pengedaran edisi gratis dari buku anehnya (Pegangan Revolusionis) yang mengungkapkan persoalan moralitas manusia. Di dalam buku itu Tanner menjungkirbalikkan tata nilai dari narasi-narasi besar, seperti demokrasi, kesetaraan manusia, revolusi, kemajuan, sosialisme, bahkan eksistensialisme itu sendiri.