Penyair Paruh Waktu

Ad Infinitum! dan Puisi Lainnya

Sarah Noer

2 min read

Ad Infinitum!

Sampai kekal:

Seorang perempuan; (sebut: seorang pertumpuan)
Datang sendiri atas nama perpisahan.

“Apa yang terjadi adalah sebuah kisah.
Sandiwara telah berakhir, maka bertepuk tanganlah!”

Seorang lagi menambahkan:
Sedikit demi sedikit;
nanti akan menjadi tumpukan.

Dan perempuan sekarat itu kembali bermabuk-mabukan:

“Selama seseorang yang sakit masih memiliki semangat dan dekapan, maka seseorang itu tentu masih memiliki harapan.
Oh, harapan?”
Dan demikian pergumulan itu diciptakan,
Aksi dan insiden itu memecah sebuah peperangan!

Pe-pe-rang-an.

Orang lain berperang, tetapi engkau pengembala yang beruntung;
engkau berbahagia.
Dari laut ke laut.
Dari kaki sampai kepala.
Cinta mengalahkan semuanya.

Dan engkau tentu tidak akan lupa;
Nasib, senang menolong mereka yang tidak sengaja berduka.

Kita berdua:
Kita yang tidak sengaja berdu(k)a.

Acquiris Quodcumque Rapis

Tidak diperuntukkan untuk mereka yang sedang depresi

Sejak semula;
Dari asal-muasalnya;
Engkau mendapatkan apa yang kau pinta;

Rumah tua,
Gubuk lama;
Hati yang terlanjur menjadi luka.

Tak seorang pun berkewajiban melakukan hal yang gila.
Penalaran tak berlaku dari sebuah kemungkinan menjadi sebuah kenyataan;
atau kebenaran.

Seekor harimau tidak menerkam lalat.
Sekali lagi,
Engkau mendapatkan apa yang kau pinta.

Dengar, lihat dan diamlah jika engkau ingin hidup.
Dengarkan pihak lain.

Sengsara adalah teman para Muse.

Dan ingatlah baik-baik;
“Bagi mereka yang beruntung;
 hidup hanyalah tentang minum-minum.”

Tetapi cobalah untuk menangkap malam.
nikmatilah hari ini; atau berpulanglah sekarang juga.
Sebab kartel-kartel harus lekas dihancurkan!

Di-
Hancurkan!

Atau mereka memang senang menyalahkan,
dan mengutuk apa yang mereka tidak betul-betul mengerti.

Cinta dan buana;
Hilang dan pergi begitu adanya.

Kita telah kehilangan satu hari.
Di mana kita seharusnya memilih untuk lekas mati.

“Sebab nasib baik: membantu para pemberani.”

In Vino Veritas

Dalam kebenaran:

Aku datang dari sesuatu yang lain.
Aku melihat, aku mendengar, aku menaklukkan;
Beberapa orang hanya datang untuk melukai.

Kata orang,
Jika kau mendambakan perdamaian,
bersiap-siaplah menghadapi peperangan.”

Padahal di dalam anggur ada kesungguhan;
Di dalam anggur ada kesungguhan.

Adalah hal yang manis dan mulia apabila seseorang gugur demi cinta dan belas kasihnya.
Sebab sekali lagi;

Di dalam anggur ada kesungguhan;
Di dalam anggur ada kesungguhan.

Dan hari ini; pada akhirnya.
Tibalah ini menjadi pertimbanganmu,
kala dendam yang paling dekat denganmu—
akhirnya mesti terhunus juga.

Tetapi, sayang,
Adam yang baik pun kerap mengutuk.
Maka kembalilah pada tempatmu berdiri;
Pada benar karena salah.
Pada salah karena nanti akan benar juga.

Sekarang—
atau tidak sama sekali;
Dunia memang senang dicurangi.

Dunia.
Senang.
Dicurangi.

Dunia.
Senang.
Dicurangi.

Dan kemudian aku datang sekali lagi;
Aku melihat, aku mendengar, aku mencintai.

Berkali-kali.

Ama et Quid Vis Fac

Cintai dan lakukan apa yang kau inginkan;

Dari tajamnya luka kita mengenal seorang pujangga,
Juga pada Kartago yang lebur,
Dan kini terlanjur binasa.

Ini hari yang tepat untuk meminum sebotol anggur.
Di dalam matamu,
Atau di dalam mimpimu yang bisu.

Berdukalah hari ini,
Atau mungkin esok hari.
Melolonglah dengan berani:
bersama trauma,
atau seseorang yang kau inginkan untuk dekat denganmu.

Tetapi pertama-tama, janganlah menyakiti.
Tapi tersakitilah.
Melompatlah dalam keputusasaan.
Jatuh,
Jatuh dan nikmatilah.

Sebab pujangga memang perlu dilahirkan.
Sebab pujangga memang perlu dilahirkan.

Bukan diciptakan.

Lihatlah ke belakang;
Putar bola matamu untuk mengitari sebelas penjuru.
Begitu mudahnya turun ke dalam Averno,
Tapi di mana kau letakkan keberanianmu?
Tidak di mukamu,
Apalagi di muka pintu.
Semua kau biarkan menggantung di atap kartel-kartel tua bernama ingatan yang pengap.

Demikian pula, tidak ada orang yang mencintai serta-merta karena ingin mengalami penderitaan. Bukan pula semata-mata karena penderitaan itu sendiri. Tetapi karena sesekali, terjadi keadaan di mana susah-payah dan penderitaan dapat memberikan kepadanya kesenangan yang besar.

Takdir menyeret mereka yang tidak mau.

Sekali lagi,
Sebab pujangga memang perlu dilahirkan.
Sebab pujangga memang perlu dilahirkan.
 
Bukan diciptakan.

Fiat Lux

Jadilah Terang

Cahaya datang dari timur,
Sementara engkau berjalan perlahan.

Jika engkau tidak bisa menggerakan langit, maka kuasailah neraka.
Sebab cinta musti sama terangnya dengan nyala api.

Dan tentulah,
Selama engkau masih bernapas,
Mestinya engkau tetap berkeinginan;

Jadi terang,
Terombang-ambing tetapi tetap tidak tenggelam.

Pecah-belah, dan berkuasa setelahnya.

Selamatlah kita,
Sebab tak seorangpun berkewajiban melaksanakan hal mustahil:

Tetapi Tuhan mengehendakinya!

Maka lakukanlah,
Lakukan apa yang harus kau lakukan.

Sebab percayalah,
Kemenangan berpihak pada mereka yang kalah.

Sarah Noer
Sarah Noer Penyair Paruh Waktu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email