gatekeeper Bunker Collective Space. suka bercerita dan mendengar. sedang tertarik dunia fiksi dan fixie.

2×2: Dulu Tak Laku, Kini Laris Diburu

Ahmad Radhitya Alam

2 min read

Kita mengenal Gigi sebagai band yang besar dengan segala penghargaan dan karya-karya besarnya. Namun, adakah yang masih ingat memori kelam Gigi dalam pembuatan album 2×2? Mungkin terdengar asing di kalangan awam, tapi ini merupakan sejarah Gigi yang akhirnya bisa membawa mereka sampai ke titik sekarang.

Baca juga:

Setelah ditinggal Aria Baron di tahun 1995, Gigi semakin pincang tatkala Thomas Ramdhan dan Ronald Fristianto turut mengundurkan diri dari band. Kondisi ini membuat dua personel tersisa, yakni Armand Maulana dan Dewa Budjana, seperti limbung. Mereka berdua sudah hampir menyerah di arena musik Indonesia. 

Keluarnya Thomas dan Ronald benar-benar membuat Armand dan Budjana marah. Bahkan, mereka sempat berpikiran untuk membubarkan Gigi dan membuat duo. Namun, dengan didukung manajemen Gigi, mereka tetap nekat melanjutkan band.

Untuk membuktikan bahwa Gigi masih bisa berkarya di belantika musik Indonesia, mereka kemudian merilis album dengan tajuk 2×2. Posisi bassist dan drummer lantas diisi Opet Alatas dan Budhy Haryono selepas kepergian Thomas dan Ronald. Namun, nyatanya, pemain pengganti tidak benar-benar bisa menggantikan posisi personel sebelumnya. Seolah tetap ada kekosongan yang belum terisi sepenuhnya.

Bagi penggemar Gigi kelahiran 2000-an, barangkali album 2×2 bukanlah rilisan Gigi yang dikenal lagu-lagunya. Sebab, memang Gigi sendiri nyaris tidak pernah membawakan lagu-lagu dari album ini. Paling hanya lagu Bumi Meringis yang masih dibawakan, itu pun jarang sekali.

Wajar saja sebenarnya jika lagu-lagu di album ini jarang dibawakan—personel Gigi sendiri mengakui kalau album ini aneh. Bagian yang aneh dan janggal adalah dampak dari kemarahan Armand dan Budjana. Armand pun dalam sebuah wawancara mengakui kalau 2×2 adalah album yang paling dibencinya.

Dengan kemarahan dan kenekatannya, bukan berarti album ini digarap secara asal-asalan. Malahan, album ini terasa seperti album yang dikerjakan secara keroyokan. Bagaimana tidak? Banyak sekali kolaborator lokal dan internasional yang turut membantu proses pengerjaan album ini.

Nama-nama musikus beken seperti Indra Lesmana hingga Billy Sheehan ikut urun bagian di album ini. Selain itu, masih ada Harry Kim dan Arturo Velasco (Phil Collins Brass Sections), Eric Marienthal, dan masih banyak lagi. Namun, sayangnya, proses pengerjaan yang kurang maksimal membuat hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.

Dengan banyaknya kolaborator yang turut membantu, album 2×2 seolah menjadi album yang gagal. Album ini adalah album Gigi dengan penjualan paling sedikit. Gejolak internal band hingga minimnya promosi dan terbatasnya produksi adalah beberapa alasan mengapa album ini kurang laris.

Entah bagaimana jadinya andaikata personel-personel Gigi tidak pada cabut. Posisi bass dan drum masih diisi Thomas dan Ronald, serta Baron senantiasa menjadi tandem Dewa Budjana. Barangkali, album ini menjadi proyek termegah Gigi waktu itu.

Namun, hidup adalah sebuah proses. Itu pun yang diungkapkan Budjana menanggapi hasil dari album ini. Bagaimanapun, ini merupakan catatan perjalanan sebuah band. Dan, band itu adalah Gigi yang senantiasa membuktikan dirinya masih ada dan layak diperhitungkan. Mungkin, tanpa adanya album ini, Gigi tidak bertahan sampai sekarang. 

Pengalaman Gigi dengan album 2×2 ini patut menjadi pembelajaran untuk anak band jaman sekarang. Di tengah terpaan cobaan hengkangnya dua anggota Gigi, anggota yang tersisa tetap nekat menjalankan band dan menelurkan karya, bukannya memilih bubar dan kabur dengan pilihan masing-masing. Kesabaran dan kegigihan Armand dan Budjana adalah teladan buat anak-anak band yang bimbang ditinggal kawannya yang memilih jalan lain—jadi PNS, misalnya.

Pelajaran lain yang bisa diambil dari produksi album ini adalah dengan banyaknya musisi besar yang terlibat, bukan berarti akan menghasilkan karya yang besar pula. Ruh sebuah karya sebenarnya terletak pada hati dan perasaan pembuatnya. Barangkali, karya yang dibuat dengan sederhana dan tulus malah menjadi karya yang besar.

Baca juga:

Walaupun dianggap album yang gagal dan kurang menjual, tapi akhirnya album ini malah menjadi album yang dicari karena kelangkaannya. Para penggemar berat Gigi rela merogoh kocek lebih dalam demi mendapatkan rilisan satu ini. Bahkan, di sebuah marketplace pernah ada yang menjual album 2×2 dengan harga yang bikin geleng-geleng kepala.  

Bukan tanpa alasan para penggemar Gigi rela merogoh kantong dalam-dalam demi memiliki satu copy album ini. Album 2×2 adalah arsip yang penting untuk Gigi dan penggemarnya. Di samping itu, album ini menghadirkan kolaborasi dengan musisi-musisi internasional yang moncer di zamannya. Bahkan, yang sampai sekarang masih menjadi idola banyak orang.

 

Editor: Emma Amelia

Ahmad Radhitya Alam
Ahmad Radhitya Alam gatekeeper Bunker Collective Space. suka bercerita dan mendengar. sedang tertarik dunia fiksi dan fixie.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email